last time

462 16 0
                                        

"DOKTER PASIEN SUDAH SADAR!!" salah satu perawat yang menangani Hannuma memberitahu dokter. "Baik kalau begitu saya akan mengecek keadaan pasien, kalian berdua bisa menunggu di ruang tunggu."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Johan dan Edward menunggu dengan keadaan yang tak bisa dijelaskan. "Bagaimana jika sesuatu buruk terjadi pada Hannuma?" Johan menepuk pundak Edward "jangan berpikir negatif, percaya saja pada Hannuma."

Hampir dua jam mereka menunggu, tapi belum ada tanda-tanda dokter keluar.

Tak berapa lama salah satu perawat keluar dengan wajah yang pucat "saudara Hannuma meminta kalian berdua masuk..." Kata sang perawat. Tanpa pikir panjang Edward dan Johan masuk ke ruangan itu.

"Hannuma kau sudah sadar, apa ada yang sakit?" Tanya Edward. Hannuma hanya tersenyum dan menggeleng lemah.

"Dokter apa keadaan Hannuma baik-baik saja? Mengapa dia sangat lemas?" Dokter nampak diam dan menghembuskan nafas samar.

"Kalian berdua juga dokter jadi tak perlu bertanya saya bagaimana keadaan pasien." Johan mengerutkan keningnya, sepertinya ada yang salah dengan kalimat dokter itu. Saat mendengar perkataan dokter dengan cepat Edward memeriksa ulang bagaimana keadaan Hannuma. Dia memegang pergelangan tangan Hannuma dan menatap Hannuma sendu "denyut nadinya melemah..." gumam Edward yang membuat Johan mendekat ke mereka berdua.

"Hannuma kau benar baik-baik saja?" Tanya Johan, namun jawaban yang sama dia dapatkan, hanya sebuah anggukan. "Aku baik-baik saja, tak perlu cemas."

"Apa aku boleh bertanya pada kalian?" Hannuma berucap dengan nada yang lemah. Johan mengangguk.

"Apa aku punya saudara kembar?" Edward yang mendengarnya kaget dia dengan cepat menghadap ke arah Johan yang sedang menatap Hannuma sendu.

"Ya, kau punya saudara kembar Han..."

"Johan!" Edward memperingatkan Johan, namun Johan tak menghiraukan larangan Edward. Hannuma tersenyum mendengar jawaban itu.

"Tidak Hannuma, kau hanya memiliki adik bukan kembaran," anggah Edward. Entah mengapa perasaan Edward tak karuan, dia mulai berpikiran negatif soal Hannuma. "Dia juga berhak tahu apa yang sebenarnya terjadi Edward, biarkan saja..." Johan mencoba memberi pengertian pada Edward, tetapi Edward menggeleng kuat. Johan menepuk kembali pundak Edward "sudah saatnya dia tahu..." ucapan itu keluar membuat Edward terdiam dan menatap Hannuma yang juga menatapnya dengan pandangan sedih. Akhirnya Edward mengangguk samar.

"Sebenarnya aku hanya menggantikan kembaranku yang menjadi kelinci percobaan oleh baba, benar kan?" Mereka berdua kaget dengan pernyataan yang Hannuma ucapkan, tapi mereka tetap mengangguk. "I-iya..., yang kau ucapkan benar adanya."

a notebook [END]Where stories live. Discover now