Chapter 10. Calon Kakak Ipar

Start from the beginning
                                    

"Yohanes," sapanya.

"Evan belum selesai rapat ya?" tanya Yohanes sembari berjalan masuk.

"Kayanya sih belum, lo gak ikut rapat emang?"

Yohanes menggeleng. Ia tiba-tiba duduk di samping Karina dan bersandar di sofa.

"Enggak, gua baru banget balik dari luar kota," jawabnya.

Karina memperhatikan sesaat, menyadari Yohanes yang terlihat kelelahan. Iapun kembali duduk di samping Yohanes, namun tidak terlalu dekat.

Karina kini menatap sekeliling dan menyadari ruangan milik Evan memang berukuran lebih kecil dibanding ruangan Yohanes yang saat itu Karina datangi. Mungkin karena Yohanes akan mendapatkan posisi tertinggi disini, seperti ayahnya.

Kini Karina memperhatikan lagi Yohanes yang bersandar dan memejamkan matanya.

Jika Yohanes yang merupakan calon bos saja terlihat kelelahan seperti ini, bagaimana dirinya nanti?

Karina jadi merasa bahwa tekanan pekerjaan disini akan terasa lebih besar dibanding di kantornya yang lama.

"Tenang aja, Karina."

Tiba-tiba Yohanes berucap, membuat Karina mengerjap.

"Lo gak bakal tersiksa selama kerja buat gua," ucap Yohanes.

Karina membulatkan kedua matanya. Ia tersentak sebab Yohanes berucap seperti ia bisa membaca pikiran Karina.

Laki-laki itu kini sudah membuka kedua matanya, dan tersenyum manis pada Karina.

"Sekretaris sama asisten gua juga mengakui kalo gua ini leader yang baik, gua gak pernah overwork karyawan-karywan yang kerja buat gua."

"Kalo lo butuh break, juga gak akan gua persulit."

Karina yang mendengar itu terdiam sesaat. Ia melihat Yohan yang tersenyum dengan tulus padanya, seolah mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.

Kini Karinapun tersenyum miring. "Gua udah biasa overwork, lembur hampir setiap hari, lo pikir seorang perempuan di dunia kerja kaya gua, bisa dapet posisi gua sekarang kalo bukan karena kerja keras?"

Yohanes seketika tersenyum geli. Perempuan ini selalu saja bisa menjawab pertanyaannya dan membuatnya skakmat.

"Bener sih, apalagi dunia kerja buat perempuan itu jauh lebih banyak tantangannya, dibanding laki-laki," tutur Yohan.

Karina yang mendengar itu mengerjap sesaat, tak menyangka Yohanes akan mengakui hal tersebut dengan gamblang. Suatu fakta yang masih sulit diterima banyak orang.

"Gua bakal pastiin lo gak ngerasain itu selama kerja sama gua nanti, Karina," tutur Yohan lagi, sambil menatap Karina dengan tatapan yang lembut.

Karina perlahan menyunggingkan senyuman sungguhannya. Ia mengangguk pada calon atasannya.

"Thanks, Yohan," ucap Karina, begitu mengapresiasi sikap Yohanes terhadapnya.

Sementara Yohanes kini justru terdiam. Kedua matanya sedikit membulat, menahan debaran jantungnya ketika menatap Karina yang untuk pertama kali, tersenyum tulus padanya.

Padahal biasanya, perempuan ini hanya membalasnya dengan senyuman miring, ataupun ucapan yang terkesan 'savage.'

Yohanes tak menyangka Karina juga memiliki sisi yang seperti ini.

Sementara di depan pintu, ada seorang karyawan perempuan yang hendak masuk ke dalam ruangan, namun tak jadi setelah mengintip Karina dan Yohanes yang sedang berbincang.

mysaviorWhere stories live. Discover now