⚠️ [19] DANGEROUS GHOST

55.7K 2.8K 288
                                    

-Dangerous Ghost-

“Calvin!”

Saat memasuki rumah, Zee langsung berlari ke kamar, dan terus memanggil nama Calvin, saat hantu tampan itu tak kunjung menampakkan diri. Kekhawatiran Zee semakin menjadi-jadi saat Calvin tak ada di kamar. Gadis itu turun kembali ke lantai satu, untuk mencari maminya.

“Mi, mami?”

Tapi naas, sang mami pun tak ada di rumah. Zee berlari ke belakang rumah, dan tetap saja tidak menemukan siapa-siapa.

Perasaan Zee mulai tak enak. Tanpa sadar, gadis itu menangis. Dengan lesu, Zee kembali masuk ke dalam rumah, menuju ke kamarnya.

“Calvin? Lo di mana?”

“Please, jangan ngilang gini. Gue khawatir sama lo. Calvin!”

Hening, dan sepi. Sama seperti keseharian Zee sebelum Calvin ada di rumah ini. Kesepian melanda, membawa Zee kembali pada kekosongan hati.

“Calvin ... lo di mana?” lirihnya.

Avin di sini.

Dengan cepat Zee mendongakkan kepala, Calvin ada di hadapannya, ya, dia benar-benar Calvin, si hantu tampan tapi mesum itu ada di depannya. Dengan segera, Zee memeluk Calvin.

“Lo kemana aja?! Gue khawatir sama lo! Please jangan pergi, gue nggak mau sendiri.”

Calvin terdiam untuk sesaat, yang ia lakukan saat ini membiarkan Zee memeluknya, untuk yang terakhir kali. Calvin mencium puncak kepala Zee cukup lama.

Zee.” Panggil Calvin serius.

Zee melepaskan pelukan mereka, menatap Calvin penuh tanda tanya. Ada yang berbeda dari Calvin sekarang. Hati Zee semakin merasa gundah.

“A-apa?” tanya Zee dengan suara bergetar.

Kalo Avin pergi, nggak papa ya?

Tanpa bisa ditahan, air mata Zee menetes membasahi pipinya. Zee menatap Calvin tak percaya. Tidak, Zee tidak ingin Calvin pergi.

“Nggak. Nggak boleh!! Lo nggak boleh pergi Calvin. Gu-gue ... gue butuh lo di sini ... jangan pergi ....”

Calvin memalingkan wajah, tak kuasa dengan Zee yang menangis, dan memohon seperti ini. Hatinya ikut terasa sakit.

“Lo udah janji sama gue, nggak bakal ninggalin gue. Dan janji itu harus ditepati,”

Maaf ....”

“Gue nggak bakal maafin lo kalo lo pergi Vin.” Ancam Zee.

Maaf Zee. Tapi Avin harus pergi.”

“Cal-lo? Lo mau ninggalin gue hah? Kenapa? Apa gue punya salah?” Calvin menggelengkan kepala, Zee tidak bersalah sama sekali. “Terus apa Vin? Kenapa lo mau pergi?”

Calvin mendekati Zee, hendak mengelus kepala gadis itu, namun Zee menepis tangannya dengan kasar.

“Jawab dulu pertanyaan gue. Kenapa lo mau pergi hah?! Gini cara lo? Lo deketin gue, bahkan sentuh gue, dan sekarang lo mau ninggalin gue? Di mana otak lo Vin. Tega lo sama gue hah?! DI SAAT GUE CINTA SAMA LO KENAPA LO MAU PERGI?!” teriak Zee, marah. Gadis itu melampiaskan seluruh emosinya.

Calvin menundukkan kepala, menahan rasa sesak yang bergejolak. “Maaf. Tapi kita berbeda. Zee masih hidup, sedangkan Avin udah mat-“

“Gue nggak peduli meskipun lo udah mati Vin!”

Zee, dengerin dulu. Maaf, tapi Zee nggak bisa cegah Avin. Avin harus pulang, waktu Avin udah habis.”

Zee terkekeh pedih. Dadanya terasa sesak, ribuan jarum seakan menghujam jantungnya. “Lo jahat Vin ... LO JAHAT!! SETAN SIALAN!! KALO AKHIRNYA LO PERGI KENAPA LO BUAT GUE NYAMAN DI DEKET LO HAH?!”

Zee,” lirih Calvin.

“Apa di sini cuman gue yang anggap lo berarti di hidup gue? Lo anggap gue apa selama ini Vin? Lo deketin gue buat apa sih? Pemuas nafsu lo?”

Calvin menggelengkan kepala, ia sama sekali tak pernah menganggap Zee sebagai pemuas nafsunya. Calvin benar-benar mencintai Zee setulus hati, tapi keadaan yang meminta dirinya untuk pergi.

Avin sama sekali nggak pernah anggap gitu Zee. Avin beneran cinta sama Zee.”

“Kalo lo cinta sama gue kenapa lo mau pergi? Lo anggap semua yang pernah kita lewatin itu apa? Meskipun lo bukan manusia. Gue ngerasa lo masih hidup Vin.”

Tak ada jawaban dari Calvin membuat hati Zee tambah nyeri. Gadis itu mengusap air matanya, kasar. Menatap Calvin penuh kekecewaan.

Zee,”

“Berisik. Kecewa gue sama lo Vin. Sana pergi, itu yang lo mau kan? Pergi aja sana. Gue emang nggak berarti apa-apa kan buat lo?”

Calvin menarik Zee ke dalam pelukannya, mencium kening Zee begitu lama, menumpahkan segala perasaannya. Ia menahan rasa sesak, dengan air mata yang mengalir deras.

Avin cinta sama Zee. Tapi Avin harus pergi. Maafin Avin....” bisik Calvin.

Zee perlahan membuka mata, saat tak merasakan pelukan Calvin lagi. Kosong, kamar ini hanya diisi dirinya. Tak ada lagi Calvin, hantu tampan itu benar-benar pergi.

Tubuh Zee melemas, ia terjatuh ke lantai. Rasa sakit di dada Zee amat menyiksa. Gadis itu menangis sejadinya, memanggil Calvin untuk kembali.

“SIALAN!! Kenapa lo beneran pergi? Calvin!!”

“Calvin ... gue nggak mau sendiri. Kenapa lo pergi?”

“CALVINNN!!” jerit Zee dengan tangis semakin histeris.

Untuk kali pertama, Zee ditinggalkan oleh seseorang yang berarti dalam hidupnya. Rasanya begitu menyakitkan, bahkan ditinggalkan Calvin lebih menyakitkan dibandingkan kehilangan teman-temannya di sekolah. Calvin adalah teman pertama Zee yang benar-benar Zee percaya.

Calvin, merupakan sosok yang membuat hari Zee berwarna. Meskipun hantu tampan itu sangat menyebalkan jika sudah berbuat mesum. Zee menyukai sentuhan Calvin yang lembut.

Sosok manja Calvin membuat Zee mengeluarkan sifat aslinya. Bersama dengan Calvin keseruan tercipta. Meskipun hanya sekejap mata, Zee merasakan kebahagiaan yang tak pernah ia dapatkan.

Tapi kini, semua hal yang terjadi bersama dengan Calvin hanya sebuah kenangan yang tak akan Zee lupakan. Kehadiran Calvin begitu melekat.

“Kenapa lo bohong sama gue Vin? Kenapa rasanya sesakit ini, Tuhan?”

Zee memeluk kakinya sendiri, terus menangis hingga suaranya habis. Untuk pertama kalinya, ada yang membuat Zee menangis seperti ini. Ia masih tak rela jika Calvin pergi.

“Ck. LO JAHAT CALVIN!! LO SETAN TERBANGSAT YANG PERNAH GUE TEMUI!! TAPI SIALNYA GUE SAYANG SAMA LO!! ARGHH!!”

Zee menarik rambutnya frustasi. Gadis itu berdiri, melemparkan semua barang yang ada di dekatnya, melampiaskan semua emosi yang meledak-ledak.

“Lo jahat Vin. Jahat!”

Zee meringkuk di atas kasur, memeluk bantal dengan erat. Air matanya kembali menetes tanpa bisa ia cegah. Terlalu menyakitkan membuat Zee enggan menerima kenyataan.

Belum memulai, tapi sudah berakhir mengenaskan. Cinta kandas hanya karena mereka beda dunia. Tak ada lagi yang lebih menyakitkan dibandingkan sebuah kehilangan.

Mata gadis itu membengkak, karena terlalu banyak menangis. Sekuat tenaga, Zee menghentikan tangisnya, tapi tak bisa. Bahkan tanpa ia suruh, air mata itu terus jatuh.

Mengenang kebersamaan dengan Calvin membuat Zee lagi-lagi tak bisa merelakan hantu tampan itu. Rasa sakit di dadanya sungguh menyiksa. Zee hanya bisa berharap jika Calvin tak benar-benar pergi. Jika ada kesempatan sekali lagi, Zee ingin hidup bersama Calvin.

“Cinta beda alam ternyata semenyakitkan ini.” ucap Zee.

Gadis itu menutup mata dengan sebelah tangan, lalu tertawa sumbang, mengenang nasibnya. Zee berharap jika ini hanyalah mimpi. Tapi sial, rasa sakit itu tak ingin pergi.

-Dangerous Ghost-

Next?

Jangan lupa vote dan komen

DANGEROUS GHOST [NEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang