Season 2 : Kedatangan pelanggar

Mulai dari awal
                                    

"Anda ditunggu para petinggi menuju balai pengadilan." Saut seorang petugas dingin menatap pria tersebut.

Pandangan pria itu perlahan berubah dari kelelahan menjadi ketakutan.
"A-apa yang akan mereka lakukan?" Ucap pria itu lalu mengerling ke arah penjaga di sekelilingnya itu, cemas dengan keringat yang membasahi keningnya.

Tidak ingin merespon, penjaga-penjaga itu secara bersamaan mengangkat lengan pria tersebut. Dengan kakinya yang masih dibawah terseret di tanah. Walaupun, Tuan Danang meronta-ronta, namun kekuatan dan fisik penjaga yang begitu besar, tidak terpengaruh sama sekali dengan perlawanan dari pria itu.

"T-tunggu, TUNGGU! jangan bawa saya!!!" Teriak Tuan Danang, berusaha melepaskan diri.

Seorang penjaga yang memegang tangan kirinya tidak tahan dengan rontaan itu dan dengan cepat, memukul ubun-ubun pria itu, membuatnya pingsan di tempat. Barisan itu seketika berhenti membenarkan posisi mereka untuk membawa pria itu kedalam bangunan.

Namun, sebelum bergerak, penjaga yang memukul Tuan Danang tadi memanggil salah seorang penjaga yang masih berdiri tegak di sekitar pintu gerbang utama untuk menuju ke hadapannya.

Setelah berjalan cepat dan berdiri dihadapannya, penjaga itu menyuruhnya,
"Bangunkan Tuan muda Supraja."

Penjaga itu mengangguk singkat lalu bergegas menuju kedalam bangunan megah itu.

Penjaga yang menyuruh itu kemudian merasakan sesuatu di sekitarnya, seperti ada yang mengawasi. Dia melihat ke arah sekitar sebelum memberitahukan sesuatu ke salah satu penjaga yang lain.
"Perhatikan daerah ini." Tegasnya. Disusul anggukan dari beberapa penjaga lain.

Kemudian, penjaga yang bertugas membangunkan seseorang itu berjalan cepat serta menaiki tangga-tangga besar, hingga pada akhirnya sampai di depan sebuah kamar yang tidak ditutup pintunya.

Menampilkan seorang pemuda dengan tubuh jangkungnya dan rambut pendek dengan kulit sawo matang, menatap bulan dari arah jendela, termenung.

"Tuan,-"

"Aku akan segera kesana." Tukas pemuda itu cepat tanpa melepaskan pandangannya dari bulan itu.

Penjaga itu kemudian membungkukkan sejenak tubuhnya pamit sebelum akhirnya pergi meninggalkan pemuda itu sendiri.

"Reza, aku ingin bertanya sesuatu kepadamu,"

"Apa benar kamu menjual jiwa-"

"Kenapa kamu penasaran akan hal itu, Hazel?"

"Tentu saja karena aku mengkhawatirkanmu!"

"Memangnya siapa aku di kehidupanmu, sehingga kamu mengkhawatirkanku seperti itu?"

Reza mengepalkan tangannya kuat, lalu memejamkan matanya sebelum menghela nafas panjang.

Mata coklat pemuda itu kembali terlihat ketika kelopaknya terbuka. Lelaki itu beranjak dari kursinya berjalan menuju ke luar kamarnya, mengarah ke balai pengadilan.

Ketika sampai disana, ternyata sudah ramai dengan petinggi-petinggi yang ada di bangunan megah nan gelap itu. Balai itu seperti ruangan pengadilan kota, ada tempat duduk untuk petinggi yang pro maupun kontra. Tempat duduk lebih tinggi dan agung juga untuk petinggi yang mengadili. Bedanya hanya pada struktur ruangan yang lebih lebar dan besar, mengikuti arsitektur bangunan tersebut.

"Reza, darimana saja? kau sudah kutunggu sejak tadi." Sahut seorang gadis yang melambaikan tangannya ke arah pemuda itu.

Pemuda itu mengerling, melihat. Bangku kosong yang biasa diisi olehnya disebelah gadis itu.

"Seperti biasa ini adalah tempat dudukmu tuan muda." Ucap gadis tersebut seperti tau apa yang pemuda itu pikirkan sambil tersenyum manis.

Benar, gadis itu adalah gadis sama yang ikut menjadi kawan Reza ketika menyamar menjadi dua siswa-siswi di padepokan Bahuwirya.

"Hey! Kau ngelamun saja dari tadi, ayolah bersemangat sedikit!" Lanjut Gadis itu berusaha merangkai obrolan dengan pemuda yang sudah tidak berselera berbincang sejak hadir di ruang ini.

Lelaki itu kemudian tersenyum sarkas.
"Bersemangat untuk menghukum pelanggar itu maksudmu, Kana?"

Nama gadis yang duduk di samping Reza saat ini bernama Kana Kumara Setyaji. Gadis yang mempunyai takdir sama seperti Reza untuk menjadi anak-anak penerus dari organisasi gelap ini, yang tidak sanggup menuju jalan ke padepokan sehingga berakhir menuruti kehendak leluhur masing-masing, karena orang terkasih.

"Itu tau! Ayolah, kamu biasanya menunggu saat-saat seperti ini bukan?!" Seru gadis itu terkekeh dihadapan pemuda tersebut .

"Jangan membuatku terdengar seperti orang yang mencintai kekerasan." Reza hanya bisa menghela nafas.

"Tapi kamu menyukainya bukan?" Disambung tawa remeh dari gadis disebelahnya.

Kemudian ruangan itu kedatangan pelanggar yang tidak sadarkan diri dan dibawa oleh penjaga dari arah pintu gerbang.

Kini ruangan senyap, karena seluruh perhatian berfokus pada pelanggar itu.

"Wah...dia pasti akan mendapat yang terberat dengan firasat seperti itu dia pasti memberontak kepada penjaga, sungguh usaha yang sia-sia." Lirih gadis itu pelan memperhatikan pemandangan itu, namun perkataannya masih bisa didengar oleh Reza.

Lelaki itu hanya bisa terdiam dan menyetujui perkataan gadis itu dalam hati.

Pria itu dilempar oleh penjaga ke lantai, kemudian kedua tangannya di borgol di tempat seperti kayu horizontal dengan banyak gantungan tangan yang membuat pelanggar terduduk dengan kondisi tangan diborgol dan dikunci pada sambungan kayu itu. Hal tersebut mengakibatkan ketika pelanggar mendapat hukuman, dia tidak akan bisa lari, namun hanya bisa meronta-ronta dalam duduknya. Kakinya dibiarkan lepas begitu saja tanpa diikat.

Karena pria itu belum sadarkan diri, seorang petugas dengan cepat, menampar dengan keras pipi pria tersebut, mengakibatkan memar hebat yang sudah ada di pipi pria tersebut makin merah dan keunguan, serta berhasil membangunkan Tuan Danang, setelah tidak sadarkan diri, dengan rintihan sakit dan pandangan bingung ke arah sekitarnya sekarang.

Thok!

Thok!

Thok!

Suara kayu bergerigi paku menyita seluruh perhatian di tempat itu.

"Mari kita mulai pengadilan malam ini." Suara berat itu berhasil membisikan ruangan dengan sekejap,
------------------------------------------------------


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

When You Lost ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang