"Tak perlu baba, aku tidak haus." tolak Haikal dengan halus. "Tidak kau harus dilayani Hannuma PELAYAN, TUAN MUDA KALIAN PULANG, BAWAKAN DIA MINUMAN!!" baba berteriak. Haikal kelabakan dengan tingkah baba. Baba berdiri dan mengambil nampan kosong dan diberikan ke Haikal. "Ini Han, minumlah..." baba menyerahkan nampan itu pada Haikal dan diterima oleh sang empu. "Terimakasih baba..." Haikal menaruh nampan itu di sampingnya. "Apa minumannya tak enak? Perlu baba saja yang buatkan?" Haikal menggeleng "tak usah baba, itu minumannya masih panas aku akan menunggunya sedikit dingin dulu." Bohong Haikal. 'depresi baba sepertinya semakin parah, dilihat dari bagaimana dia berimajinasi' batin Haikal yang menatap bagaimana tingkah sang baba dari tadi.

"Kedatanganku kemari hanya ingin menanyakan keadaan baba, apa baba baik-baik saja?" Haikal dapat melihat perubahan ekspresi dari baba. "Baba baik Han, namun bagaimana dengan Haikal?"

"Memang Haikal kenapa ba?" Tanya Haikal, dia ingin mengetahui apa yang baba ingat tentangnya.

"Baba menyiksanya..." Lirih baba. Haikal masih diam menunggu baba melanjutkan kalimatnya. "Baba selalu memaksa agar dia meminum obat dan baba menyuntikan obat agar dia berhalusinasi, apa baba jahat?" Haikal tersenyum teduh.

"Mengapa baba ingin Haikal berimajinasi?" Haikal sedikit memancing baba dengan pertanyaannya. "Baba hanya tidak ingin Haikal memiliki kenangan indah saja, baba ingin dia menderita. Jika bukan mamamu memaksa untuk menjemputnya maka kecelakaan itu tak akan terjadi." Baba tanpa sadar meremat pergelangan Haikal dengan kencang. "Shhh..." Haikal merintih dan baba sadar langsung melepaskan cengkeramannya "m-maaf apa itu sakit?" Baba mengelus pergelangan Haikal. Haikal menggeleng pelan "tak apa aku tahu apa yang baba rasakan."

Baba melihat Haikal yang menitikkan air mata dengan segera baba menghapusnya "Hannuma tidak boleh sedih, maafkan baba, baba yang salah..." Baba memeluk Haikal dan mengusap punggungnya. 'maafkan aku baba... Ini semua salahku seharusnya aku yang mati, bukan Hannuma' Haikal semakin terisak saat merasakan pelukan hangat baba.

.

.

.

.

Haikal keluar dari ruangan baba dengan mata sembab, "bagaimana? Apa baba mu mengatakan sesuatu?" Haikal menceritakan apa yang tadi baba katakan padanya. "Kau tak apa?" Tanya Johan, Haikal mengangguk "aku tak apa."

Haikal duduk di bangku taman rumah sakit, mengamati bagaimana beberapa pasien yang dibolehkan keluar dari ruangannya dan bermain layaknya anak kecil, Haikal tertawa kecil. "Seandainya saja kau masih hidup..." Haikal mengusap foto berukuran kecil di tangannya.

Haikal duduk memandangi foto itu, sampai ada sesuatu yang menyentuh pergelangan tangannya. Haikal menoleh ke samping dengan ekspresi kaget. "Kau seperti melihat hantu saja." Kata orang itu dan duduk di samping Haikal. "Kau membuat jantungku berdetak kencang bodoh, aduhh" Haikal mengusap kepalanya saat Johan dengan seenaknya menjitak kepalanya. "Tidak sopan." Ucap Johan yang tak dihiraukan Haikal.

"Kenapa melamun?" Tanya Johan.

"Aku hanya merasakan penyesalan tanpa sebab..." Haikal berkata lirih. "Padahal saat itu aku juga tak tahu apa yang terjadi, peristiwa itu terjadi tiba-tiba dan entah mengapa aku juga kabur dari rumah dan membuat Hannuma yang terkena imbasnya." Johan menepuk pundak Haikal pelan.

"Tak perlu merasa seperti itu, lagipula Hannuma juga tak mempermasalahkan."

"Tapi tetap saja itu salahku Johan...."

"Huuhhh... Dengarkan aku Haikal!, Semua itu sudah takdir dan tak ada yang bisa merubahnya kecuali Tuhan. Kuharap kematian Hannuma ini menjadi pelajaran untuk kita semua." Haikal menyetujui apa yang Johan katakan. Johan memberikan sebuah catatan usang pada Haikal "bacalah, aku akan segera kembali."

Haikal membuka buku itu dan tak sengaja menemukan tulisan menarik.

_bingung

Aku tak tahu bagaimana dan apa aku sekarang
Semua membingungkan
Dari berbagai cerita, aku merupakan tokoh yang berbeda
Mereka bilang aku baik
Ada yang bilang aku pendiam

Ada juga yang berkata bahwa aku itu pendendam

Hidupku juga tak tentu arah
Hanya seperti air yang terus mengalir tanpa tahu kapan menggenang

Hidupku seperti dipermainkan
Mereka tak peduli padaku
Hanya aku yang harus mengerti diriku

Aku tak punya tujuan hidup
Aku tak tahu ingin seperti apa kedepannya
Aku harus bagaimana sekarang?
Apa aku akan membunuh pikiran ini atau justru membunuh diriku sendiri?

Tertanda:Hannuma

Haikal membalik halaman berikutnya dan dia juga menemukan kata-kata yang ingin disampaikan Hannuma.

_aku sebenarnya siapa?

Kata baba aku tak bisa berbuat apa-apa
Kata mama aku hanya beban

Baba akan memarahiku jika nilaiku turun
Dia memberikanku kasih sayang yang berbeda dengan saudaraku
Dengan cara membawaku ke tempat yang dia bilang bagus, namun menurutku itu tempat kotor
Dan membuatku babak belur dan berkata bahwa itu cara kasih sayangnya padaku

Jika aku tak menuruti perkataan mama aku dihukum
Jika aku bermain dengan mainan Jino aku dihukum
Aku harus bagaimana?

Aku iri...
Aku ingin seperti Jino
Aku juga ingin disayang
Aku ingin di lindungi bukan melindungi
Aku rapuh
Aku ingin pelukan

Dan akan kudapatkan semua itu suatu saat nanti

Tertanda: Hannuma

Haikal terisak. 'apa seburuk itu efek dari obat yang diberikan baba, sampai-sampai dia berimajinasi buruk.' Haikal melihat Johan dan Edward yang berjalan kearahnya. "Apa kau sudah membaca catatan itu?" Tanya Edward yang diangguki Haikal. "Memang seburuk itu baba mu menciptakan dunia baru bagi Hannuma sampai dia tak dapat membedakan mana dunia aslinya dengan dunia imajinasi nya."

"Aku harap dia sudah bahagia di sana dan aku harap di kehidupan selanjutnya dia akan menjadi anak yang kuat seperti sekarang dengan kehidupan yang menyenangkan tentunya." Haikal berucap dengan memeluk catatan itu sambil menatap atas.

"Dia pasti sudah bahagia Haikal" -Edward

"Dia pasti sudah bahagia Haikal" -Edward

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

END

Ini cerita pertamaku, jadi mohon dukungannya dengan klik 🌟 dan komen jika ada typo pada setiap chapter atau bisa juga beri saran dan kritik untuk membuat ku berkembang. Terimakasih ☺️

warning:

•[CERITA INI DIBUAT BERDASARKAN IMAJINASI PENGARANG SENDIRI, JADI MAAF JIKA ADA KESAMAAN DALAM NAMA DAN TEMPAT]

•[CERITA INI DIBUAT UNTUK KESENANGAN AUTHOR SAJA, JADI JANGAN TERLAKU BERHARAP YANG TERBAIK UNTUK CERITA INI]

a notebook [END]Where stories live. Discover now