Bab 11

12.3K 458 17
                                    

Setelah menempuh perjalanan sekitar beberapa jam. Kini, mobil mewah milik Gerry sudah memasuki area perumahan elite. Tak berselang lama kemudian, Gerry menghentikkan mobilnya tepat di depan sebuah rumah bertingkat dua.

Lelaki itu melepas sabuk pengaman. Gerry menoleh menatap Maya yang masih tertidur dengan lelap. Tangan kekar lelaki itu terulur untuk menepuk pipi Maya pelan.

“Bangun, udah sampai.” ujar Gerry yang sama sekali tidak didengar oleh Maya.

“Ck, punya istri kebo banget sih,” gumam Gerry seraya berdecak sebal.

“Eumh,” Maya menggeliat kecil dalam tidurnya.

Perlahan kedua matanya mengerjap pelan. Maya tersentak kaget saat perempuan itu melihat wajah Gerry dari jarak dekat. Tanpa berperasaan tangannya mendorong tubuh Gerry hingga membuat lelaki itu terbentur ke dashboard mobil.

“Aduh,” Gerry merintih saat punggungnya terbentur.

Maya meneguk salivanya kasar. “L-lo ngapain deketin wajah lo kayak tadi hah? Mesum lo!” seru Maya seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Gerry menatap Maya jengah. “Lo berlebihan. Gue cuman mau bangunin lo. Kita udah sampai.”

Setelah mengatakan kalimat tersebut, tanpa sepatah kata pun Gerry beranjak membuka pintu mobil dan berjalan memasuki rumah barunya.

Maya hanya bisa diam melihat punggung tegap suaminya yang kian menjauh.

“Huh, dasar playboy.” cicit Maya yang kemudian turut keluar dari mobil Gerry.

•••

Maya terdiam di depan rumah berwarna putih dua lantai di depannya itu. Dalam hatinya, ia mengagumi rumah mewah ini. Ck, memang jangan diragukan lagi. Kedua mertuanya itu sangat royal dan baik kepadanya.

Kaki Maya melangkah memasuki rumah yang akan menjadi tempat tinggalnya. Maya berkali-kali dibuat kagum dengan interior rumah ini.

Kalau kata orang-orang sih, sangat aesthetic sekali rumahnya. Maya pun kembali melanjutkan melihat-lihat ruangan yang ada di rumah ini.

Di rumah ini terdapat tiga ruang kamar, dua kamar mandi, ruang dapur, ruang tamu, ruang keluarga, serta ruang kerja untuk Gerry. Papa Anton memang sangat baik sekali. Walaupun dari wajahnya beliau terlihat sangat dingin dan tak tersentuh.

Don’t judge a book by it’s cover.

Maya mulai menaiki anak tangga. Perempuan itu berpikir jika semua kamar berada di lantai atas.

Buktinya, dia sudah mencari kesana-kemari, namun tidak mleihat satu pun ruangan kamar yang ada di lantai bawah.

Maya melihat salah satu pintu ruangan kamar yang terbuka. Kakinya melangkah mendekati pintu kamar itu. Maya membuka pintu tersebut agar lebih lebar. Benar dugaannya. Ruangan ini adalah kamar utamanya.

Maya pun dapat melihat koper miliknya dan milik Gerry tergeletak di lantai kamar. Gendang telinga Maya mendengar suara gemericik air yang berasal dari dalam kamar. Maya pun mengangguk paham.

Ternyata tidak hanya mewah, kamar ini pun memiliki kamar mandi sendiri.

Maya mulai merapikan barang-barang bawaannya. Perempuan itu mulai menyusun semua pakaiannya dan memasukkannya ke dalam lemari besar yang ada di kamar tersebut.

Setelah selesai merapikan pakaian miliknya. Tak lupa Maya pun merapikan pakaian milik Gerry. Bukan bagaimana, sekarang statusnya sudah jelas menjadi seorang istri.

Maya hanya menjalankan nasihat-nasihat Oma-nya untuk menjadi istri yang berbakti. Dua puluh menit kemudian, perempuan itu sudah selesai dengan kegiatannya.

Maya meregangkan otot-otot tangannya. Huh, Maya tidak berpikir jika rumah yang dihadiahkan oleh kedua mertuanya akan sebesar dan semewah ini.

Di satu sisi Maya senang. Tapi, disisi lain, perempuan itu bergidik ngeri saat membayangkan jika dirinya harus membersihkan rumah sebesar ini seorang diri.

Ceklek!

Suara pintu terbuka membuyarkan pikiran Maya. Perempuan itu melongo melihat Gerry keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk sebatas paha. Jangan lupakan, rambutnya yang basah ikut menetesi lantai kamar.

Glek.

Pandangan Maya tidak sengaja melihat perut lelaki itu. Ada enam kotak setelah Maya hitung. Seolah terhipnotis oleh penampilan Gerry, Maya sejak tadi terus-menerus memandangi perut sixpack suaminya itu.

“Ekhem,” Gerry berdeham lumayan keras berusaha mengalihkan pandangan Maya.

“Gue tau gue ganteng. Nggak usah segitunya juga kali, lihat tubuh gue.” tutur lelaki itu yang kembali menyadarkan Maya.

Maya berteriak kesal dalam hatinya. Kenapa juga dia harus terpesona oleh tubuh lelaki playboy itu. Namun sial. Maya tidak bisa konsentrasi dengan benar saat matanya kembali mencuri-curi pandang pada tubuh kekar Gerry.

Gerry mengendikkan bahunya acuh. Lelaki itu berjalan menuju kopernya dan hendak mengambil pakaiannya. Namun, setelah dibuka, kopernya kosong tidak ada satupun pakaiannya disana.

“Ehm, gue udah pindahin baju lo ke lemari.” ujar Maya saat Gerry menatapnya meminta penjelasan.

Gerry lantas berdiri dan membuka lemari. Benar saja, semua pakaiannya sudah tersusun rapi disana. Tidak hanya pakaiannya saja, Gerry juga melihat ada pakaian istrinya disitu. Memang, lemari yang sangat besar ini mampu menampung lebih banyak pakaian.

Gerry pun langsung memakai kaos berwarna hitam dan melorotkan handuknya ke bawah. Maya membuang wajahnya ke lain arah. Entah kenapa, wajahnya memanas melihat Gerry yang sama sekali tidak memiliki rasa malu.

Berpakaian di depan orang lain.

Gerry yang melihat gerak-gerik Maya pun menyunggingkan senyum miring. Padahal, lelaki itu memakai boxer, jadi Maya tidak akan melihat asset berharganya.

“Lo nggak punya malu banget sih,” gerutu Maya setelah Gerry selesai berpakaian.

Gerry menautkan kedua alisnya. “Kenapa harus malu?” tanya lelaki itu.

Maya berdecak kesal melihat respon Gerry yang terlihat santai.

“Ya itu..” Maya enggan menjelaskan kejadian tadi.

“Kenapa harus malu sama istri sendiri?” Gerry tersenyum menantang tatkala melihat Maya yang terdiam mati kutu.

“Toh, nanti juga kita sama-sama lihatin tubuh kita masing-masing.” Gerry berucap seraya melangkah menuju pintu kamar.

Lelaki itu menoleh pada istrinya. “Jadi, biasain dari sekarang. Biar lo nggak shock lihat tubuh gue.”

Setelah mengucapkan kalimat itu, Gerry melangkah keluar kamar meninggalkan istrinya yang menampilkan raut wajah cengo.

“Gerry kampret,” maki Maya seraya mengibas-ngibaskan tangannya pada wajahnya yang kembali terasa memanas.

•••

🐅Jangan lupa vote dan komen🐅

Married with Playboy (End)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt