Bab 18

27.6K 2.9K 25
                                    

"Pake baju ini cukup nggak, Mas?" Kinara membawakan satu baju dan celana bersih untuk Ardan. Ini adalah baju baru yang biasa ia simpan karena dulu Raka suka sekali numpang mandi di apartemennya.

"Baju siapa?"

"Baju baru kok. Belum pernah dipake sama sekali," jawab Kinara.

Ardan menatap Kinara dengan tidak percaya.

Kinara berdecak dan menunjukkan label harga yang belum dilepas. "Nih kalo nggak percaya. Ini beneran baju baru."

Ardan akhirnya menerima baju dan celana yang diberikan oleh Kinara. "Kamu kok nyimpan baju cowok di apartemennu?"

Kinara tersenyum salah tingkah. "Dulu mantanku suka numpang mandi di sini, tapi nggak pernah bawa baju ganti. Makanya aku sediain baju baru yang bisa dia pake," ucapnya berusaha menjelaskan. Melihat Ardan yang nampak manggut-manggut, ia langsung menambahkan. "Cuma numpang mandi aja. Nggak pernah nginap kok."

Ardan menatap Kinara dengan sebelah alis terangkat. "Emang saya nanya?"

"Takut Mas Ardan salah paham."

"Kalopun pernah nginap juga bukan urusan saya," sahut Ardan. "Kamar mandinya dimana?"

Kinara langsung menunjukkan pintu kamar mandi yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Begitu Ardan sudah menghilang di balik pintu kamar mandi, ia menghempaskan bokongnya ke sofa. Untung saja keadaan apartemennya cukup bersih meski sudah lama tidak ditempati. Mungkin lain kali ia harus meminta tolong pada Adam untuk mempekerjakan orang yang bisa membersihkan apartemen ini selama ia tinggal di Malang. Selagi menunggu Ardan barganti baju, ia mengecek ponselnya. Padahal sebelum berangkat ia mengabari Nura dan Eta akan kembali ke Surabaya. Dua temannya cukup senang dan tak sabar bertemu dengannya. Tapi karena hujan, kemungkinan besar rencana untuk mencari kado akan ditunda besok. Dan Kinara tidak bisa bertemu dengan dua tmannya juga hari ini.

Sepanjang perjalanan ke apartemen, taksi online yang dinaiki oleh Kinara dan Ardan terjebak macet dan banjir. Waktu tempuh menuju apartemen yang seharusnya empat puluh menit, jadi satu setengah jam. Yang dikhawatirkan oleh Kinara adalah keadaan tubuh Ardan yang menggigil di dalam mobil. Dengan kondisi baju yang basah dan ac mobil yang kencang pasti membuat Ardan tidak nyaman.

Kinara berjalan ke arah pintu kaca yang mengarah langsung ke balkon. Hujan belum juga berhenti. Bahkan makin deras dan petir saling bersahut-sahutan. Ia berjalan ke arah dapur dan tidak menemukan bahan makanan yang bisa untuk dimakan. Ia lupa kalau selama di apartemen, ia tidak pernah sekalipun memasak. Akhirnya ia memilih memesan makanan online selagi menunggu Ardan keluar dari kamar mandi.

Sekitar lima belas menit kemudian Ardan berjalan keluar dari kamar mandi. Rambutnya basah karena ia menyempatkan untum mandi.

"Mas Ardan mandi?" Kinara bertanya dengan panik.

Ardan mengangguk. "Maaf tadi saya lancang buka lemari di kamar mandi. Saya nemu tumpukan handuk. Itu bersih kan?"

"Bersih."

"Tadi saya ambil satu buat mandi."

"Mas Ardan nggak takut masuk angin kalo langsung mandi?" tanya Kinara tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.

"Saya mandi pake air hangat."

"Ya, tapi kan...."

"Saya beneran nggak bakal kenapa-napa," sela Ardan cepat. "Badan saya nggak selemah itu kalo harus sakit gara-gara kehujanan."

Kinara masih ragu dengan jawaban Ardan. Ia khawatir laki-laki itu akan kembali sakit. Padahal baru beberapa hari ini Ardan baru sembuh dar sakitnya.

"Kamu nggak mandi?"

Let Me Closer (Completed)Where stories live. Discover now