Bab 12

28.3K 2.9K 30
                                    

Baju berwarna kuning soft dipadu dengan celana coklat membuat kulit Kinara yang putih semakin bersinar. Tidak lupa tas selempang kecil untuk mempermanis penampilannya. Sekali lagi ia memastikan penampilannya sudah sempurna di depan standing mirror yang ada di kamarnya. Saat sibuk mrmatut penampilannya, suara teriakan Hilda sudah terdengar. Itu artinya Hilda sudah ada di depan rumahnya.

"Cantik nggak?" tanya Kinara bertepetan dengan membuka pintu untuk Hilda.

Hilda yang tengah duduk di atas motor meneliti penampilan Kinara dari atas ke bawah. Menurutnya, setiap hari Kinara selalu terlihat cantik. Bahkan hanya menggunakan kaos oblong dan celana panjang, tidak akan melunturkan kecantikan Kinara.

"Aku cantik nggak?" ulang Kinara lagi.

Hilda mengangguk-anggukan kepalanya. "Cantik. Mbak Kinara cantik banget."

Kinara langsung tersenyum cerah. Setelah memastikan pintu rumahnya dikunci, ia naik ke atas boncengan motor.

Hilda menoleh ke belakang. "Nggak pake helm?"

Kinara menggeleng. "Aku udah nyatok dari pagi. Nanti nggak cantik lagi rambutnya."

Hilda berdecak. "Kebiasaan banget nggak mau pake helm."

"Kepalaku rasanya berat banget kalo pale helm. Kayak bawa LPG 3 kilo," dumel Kinara.

"Yaelah Mbak. Kayak pernah ngangkat LPG aja."

Kinara tertawa. "Bener juga. Aku aja nggak pernah ngangkat LPG," ucapnya disela-sela tawanya. Kemudian ia menepuk pundak Hilda dua kali. "Udah yuk berangkat. Aku nggak sabar mau ketemu sama si Ardan."

Hilda hanya geleng-geleng kepala dan mulai menyalakan mesin motor. Ia mengemudikan motor dengan tenang sembari menikmati udara pagi yang sejuk.

Begitu sampai dan motor sudah diparkir dengan rapi, Kinara langsung turun dari motor. Kinara langsung diberitahu Hilda arah menuju ruang kerja Ardan. Saat memastikan dirinya sudah mengingat arah yang ditunjukkan oleh Hilda, mereka langsung berpisah di persimpangan jalan. Hilda ke arah kanan menuju ke area vila dan Kinara ke kiri menuju bangunan yang menjadi ruang kerja Ardan.

Dengan langkah ringan Kinara melangkahkan kaki menuju arah yang sudah diberitahu oleh Hilda. Walaupun sampai di tengah jalan ia harus kembali bertanya pada petugas yang ditemui karena ternyata ia lupa apa yang sudah dikatakan Hilda padanya.

Sampai di sebuah bangunan bercat putih yang berdiri sendiri, Kinara menarik napas panjang sebelum mengulurkan tangan untuk mengetuk pintu. Lama tidak ada sahutan dari dalam membuat Kinara menjadi kesal. Beberapa kali ia mengetuk, tapi tidak ada jawaban juga dari dalam ruangan. Kinara berpikir ruangan tersebut kosong. Ia berencana menunggu di suatu tempat sebelum kembali di sini untuk menemui Ardan.

Baru saja berbalik badan, ternyata sosok yang Kinara cari tengah berdiri di hadapannya. Sontak ia langsung tersenyum mendapati keberadaan Ardan.

"Kamu ngapain di sini?"

Senyum Kinara langsung luntur ketika mendengar pertanyaan dari Ardan. "Mas lupa ya?" tanyanya dengan wajah sedih.

"Lupa apa?" Ardan menggaruk kepalanya bingung.

Kinara berdecak kesal. "Kemarin Mas Ardan bilang mau dibikinin lukisan."

"Oooo...." Ardan membulatkan bibirnya begitu mengingat percakapan mereka tempo hari. "Terus kamu ngapain di sini?"

"Aku nggak tau spot mana yang harus aku lukis."

"Bebas sih. Kamu boleh pilih spot apa aja yang ada di tempat ini. Kalo bisa spot yang paling bagus."

Let Me Closer (Completed)Where stories live. Discover now