8. Kisah Laut

145 42 7
                                    

--

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-

Sendirian.

Berjalan sendiri di butiran pasir-pasir, menginjaki partikel halus yang terasa sedang menggelitiki kaki Laut. Laut berjalan lurus ke arah lautan dengan kedua tangan yang sengaja dimasukkan ke dalam saku celana.

"Dingin," gumam Laut.

"Lebih dingin lagi kalo gue ke sana."

Laut terus berjalan ke arah hamparan laut, dia masih mengenakan seragam sekolah putih biru.

Air matanya seketika lolos dengan begitu saja. Dia memegang dadanya yang terasa nyeri.

Hari sudah gelap, birunya laut digantikan dengan kelamnya laut.

Laut terus berjalan, hingga tak terasa air laut sudah mencapai pinggangnya. Dengan isakan tangisnya dia masih terus berjalan. Dia akan tersiksa akibat sesaknya napas kekurangan oksigen karena menangis ditambah disumpal dengan air yang akan memenuhi indra pernapasannya.

Dia akan mati walaupun tersiksa terlebih dahulu. Bukan kah itu lebih baik? Disiksa oleh orang lain, sekalian saja dia menyiksa dirinya sendiri.

"Hiks- sakiitt." Laut merasa ada seseorang yang melemparinya pakai cangkang kerang dari arah belakang.

"Woi~~ ngapain malem-malem nangkep ikan?"

Laut mendengar ada suara orang yang berteriak. Dia menoleh ke belakang, dan benar saja, ada pemuda yang berdiri tak jauh dari sana sambil melambaikan tangannya.

Laut tak menggubris, dia melanjuti langkahnya. Miris, mau bunuh diri saja harus ada penonton.

Bahkan lihatlah, dia berlari untuk menyusul. Apakah pemuda tersebut gila? Laut begitu kesal, di detik terakhir hidupnya saja masih ada yang menganggu.

"Di sana dalem cok. Lo mau ngapain? Ayo balik!"

Laut menepis kasar tangan pemuda tersebut. "Enggak usah ikut campur, biarin gue sendiri."

"Gue bakal biarin lo sendiri kalo kita udah di darat."

Laut kepalang kesal, dia mendorong pemuda tersebut hingga jatuh ke belakang. Membuat telapak tangan pemuda itu berdarah akibat terkena serpihan cangkang kerang.

Dia meringis menahan sakit.

Laut sungguh tidak peduli dengan drama yang telah ia ciptakan, dia melanjutkan perjalanannya.

Samudra Laut [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang