Part 7

145 39 17
                                    

--

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

-
-

Andra terjaga ketika dering ponselnya berbunyi. Dengan setengah sadar, menempelkan ponselnya dekat kuping.

"Halo," ujarnya dengan suara bangun tidur.

"Halo, siapa?" Tanyanya.

"Halo."

"Ngomong, tolol. Siapa sih orang iseng yang nelpon." Andra kesal, dia melihat layar ponselnya guna melihat siapa yang menelepon.

"Buset, alarm ternyata. Pantes bisu." Andra membanting pelan ponselnya lalu meregangkan tubuhnya.

Dia menguap sebentar lalu bangkit. Berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci wajah, menghidupkan kran air lalu membasahi wajahnya menggunakan air yang dingin.

Andra sadar kalau ia sedang berada di kamar Laut. Dia ketiduran.

Jadi, ia bergegas pergi menuju ke bawah untuk menemui yang lain. Di bawah, dia melihat ada Laut dan yang lain sedang bercanda ria di sofa. Bahkan ada Adam juga yang duduk di samping Gian.

"Widih~ pangeran kita udah bangun," celetuk Heri.

"Berisik."

Andra berjalan mendekati mereka, lebih tepatnya mendekati Laut. Laut dalam posisi tidur menyamping di sofa. Andra mengangkat kepala Laut lalu duduk di sofa menjadikan pahanya sebagai bantalan untuk kepala Laut.

"Udah lama, Dam?" Tanya Andra.

Adam sekadar mengangguk untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Andra.

"Lo udah makan?" Pertanyaan kali ini ditujukan untuk Laut. Andra menunduk untuk melihat wajah Laut, bahkan tangannya tak segan-segan untuk membelai.

"Belum, gue laper~" Laut merengek dengan nada imut. Membuat siapa saja yang mendengar pasti akan menahan gemas.

"Mau makan apa?"

"Dih, cuma Laut doang nih yang ditawar, kita enggak?" Sewot Heru.

"Beli sendiri, lo punya kaki."

"Andra sekarang udah punya adek baru, kita dibuang anjir. Tega kau Mas Andra." Heru dan Heri bertingkah seperti seorang tersakiti, dramatis sekali.

Gian mengernyit jijik. "Alay goblok," ujarnya.

Laut cuma tertawa, sedangkan Andra tersenyum kecut. Apakah tingkahnya memang seperhatian ini dengan orang baru. Setau yang ia ketahui tentang dirinya, dia masa bodo dengan orang asing. Lalu Laut? Apakah dia orang asing baginya?

"Gue keluar dulu ya, nyari angin." Andra beranjak dari duduknya, sebelum itu dia mengangkat kepala Laut dengan lembut.

"Gian, lo aja yang pesen makanan," sambungnya.

Andra kembali ke kamar untuk mengambil jaket dan kunci motor. Setelah itu, dia turun dan pamit lagi pada teman-temannya.

"Kok mendadak begitu?" Tanya Laut bingung. Dia melirik ke arah Gian.

Samudra Laut [END]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora