32. Kunjungan si Cantik

Start from the beginning
                                    

"Halo, Mantan," suara Wina mengumandang dengan renyahnya.

Jata membalas dengan senyum tipis. "Mau ngapain, Win?"

"Ya ampun! Galakmu nggak ada kurang-kurangnya, ya?" Bibir sintal itu memulai kemanjaannya.

Kini Jata benar-benar merasakan ada hal lain memasuki ruang itu. Angin dingin menyertai kedatangan Wina. Diliriknya Asrul. Pemuda itu mengamati dirinya dengan sorot mata tajam.

Jata meneguk air putih sebelum mempersilakan Wina duduk. Luar biasa, kancing blus ketat itu sekarang terbuka lebih banyak. Lekuk di antara dua kubah yang membusung itu terlihat jelas. Darah mulai mengalir deras ke bawah, lalu berkumpul dan berdenyut di sana.

Serta merta, Jata teringat perkataan Puput tentang proses ejakulasi. Sangat benar apa yang dikatakan istri polosnya. Seharusnya ia bisa memutus rantai proses itu di suatu tempat sehingga tidak terjadi proses berikutnya. Dirinya sudah sering melakukan itu dan jarang gagal. Akan tetapi, berhadapan dengan Wina saat ini, sang adik mempunyai kesadaran sendiri, bangkit tanpa diminta pemiliknya. Beruntung ia duduk di balik meja sehingga tonjolan itu tidak terlihat. Entah bila terlalu lama diteruskan. Ia tidak yakin bisa mengendalikan diri.

Jata menengok jam tangan. "Aku mau pulang makan. Kalau ada perlu, cepat ngomong."

"Iya, iya. Jangan khawatir. Aku tahu diri, kok. Aku nggak akan mengganggu kenikmatan pengantin baru. Aku cuma mau bilang bulan depan ada auditor datang. Bos besar minta kalian bersiap-siap," kilah Wina.

"Cuma itu?" Aneh sekali, pikir Jata. Perempuan ini sengaja mendekatinya atau bagaimana? Gedung tempat kerja Wina terpisah beberapa puluh meter dari gedung tempatnya bekerja. Bukan sekali ini saja Wina harus menyampaikan berita kepada karyawan di gedung ini, namun baru kali ini Wina menyampaikannya dengan datang berkunjung.

"Iya, cuma itu." Wina tersenyum manja. "Tapi Bos Besar pesan, kerusakan di power house[2] segera dibenahi biar nggak ada temuan. Siapkan juga daftar masalah untuk didiskusikan lusa."

"Kamu bisa kirim pesan lewat WA atau telepon. Nggak perlu datang kayak gini."

"Jata, mantanku yang paling ganas, jangan mikir macam-macam. Aku datang ke sini karena mau jalan-jalan. Duduk terus di kantor seharian bikin kakiku bengkak. Lihat!" Wina mengangsurkan kaki jenjang mulus yang bak milik model ke depan. "Jadi, Jata, aku butuh jalan-jalan supaya ototku kencang dan bengkaknya hilang. Lumayan, seratus meter jalan bikin jantung sehat, lho."

Jata menelan ludah. Lagi-lagi Wina menyebabkan denyutan di selangkangan semakin kencang. 

Alasan, batinnya. Masa jalan-jalan pakai high heels kayak gitu? Ia melengos diiringi dengkus keras. 

"Terserah apa maumu!"

Wina tersenyum melihat wajah merona di hadapan. Di usia yang telah matang, tak mungkin dirinya salah memaknai tatapan penuh percikan yang diberikan Jata. Ia tahu Jata pun merasakan gelora yang sama. Hanya mulut lelaki itu saja yang pedas. Di dalam sana, sesuatu tengah menggelembung minta dipenuhi. Oh, rupanya ini yang membuat hatinya tidak karuan sejak pagi. Tidak sia-sia dirinya merindukan lelaki itu dan memimpikannya beberapa kali. Ternyata diam-diam ikatan batin mereka bersambung kembali.

"Ya udah. Aku juga nggak mau lama-lama di sini, kok." Sesudah itu Wina bangkit, sengaja dengan gerakan meliuk yang mengundang. "Kalau kangen aku, jangan sungkan telepon atau kirim pesan."

Perempuan yang tengah mengajukan gugatan cerai itu geli sendiri. Menggoda suami orang itu ternyata enak sekali. Dulu, dirinya selalu mati-matian menahan sikap karena kerap dituduh sebagai penggoda iman walau tidak melakukan apa pun. Bahkan suaminya pun sempat menuduh perempuan murahan. Ia lelah dengan semua itu. Mengapa tidak sekalian saja menikmatinya? Toh julukan itu telah melekat padanya. Dan Jata, lelaki menawan itu, tengah terengah menahan hasrat.

"Bye," pamit Wina. Bibir bergincu merah keunguan yang kontras dengan kulit putihnya itu melengkung membentuk senyum kemenangan. Ia bisa menebak bahwa selangkangan sang mantan tengah berdenyut keras. 

Rasain! batinnya geli.

_________________

[1] CLBK = singkatan gaul untuk Cinta Lama Bersambung Kembali

[2] power house dalam PLTA adalah tempat atau ruang instalasi turbin dan generator, dimana tenaga air diubah menjadi energi listrik.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Percobaan 44Where stories live. Discover now