Safe School (SMA)

103 15 0
                                    

Tamu spesial : Nanon Korapat Vihokratana! Anak tunggal kaya raya, adopsian TayNew yang seumuran Arthit

Arthit bukanlah satu-satunya korban lelaki dari perbuatan keji pak Sar, ternyata ia juga bertemu dengan Nanon, putra dari paman New-nya yang di adopsi. Nanon mempunyai sesuatu yang sama dengan Arthit, yaitu berparas cantik dan rumor yang beredar di kalangan siswa adalah kelamin ganda. Hal ini juga membuat Nanon menyembunyikan kelainannya selain kepada keluarganya sendiri. Termasuk Arthit yang tak menyangka alasan pak Sar hampir melecehkannya adalah karena paras manis pemuda tersebut.

Awalnya Nanon bungkam, tak mau mengatakan apapun, toh wali siswa lain sudah membuat laporan tentang guru tersebut, namun beberapa hari yang lalu setelah pertemuan wali siswa, Tay sang ayah mendapati putranya yang mendapat pesan ancaman kepada Nanon dari pak Sar. Di dalam pesan itu tertulis jika Nanon ikut melapor, maka pak Sar akan benar-benar menghamilinya, ancaman yang sama seperti yang Arthit dapatkan. New tidak terima, putra satu satunya diperlakukan tidak baik oleh gurunya sendiri, akhirnya ia ikut membuat laporan terhadap Sar.

"Nanon mending nginep di sini dulu deh sama I-Oon, takutnya kalo dia sendirian malah kenapa-kenapa, kalopun ada gue sama kak Tay, masih ada Arthit yang seumuran dia dan ngalamin hal yang sama," tutur New pada sang sahabat, matanya menatap sendu Nanon yang sedang asyik memakan Ramen instan bersama Arthit dan Natcha di depan tv, menonton film dari aplikasi berlangganan.

Krist dengan cepat mengangguk, "Bener! Kalo perlu kalian juga nginep di sini aja!" Tawar bunda tiga anak tersebut, namun New menolak halus, ia dan Tay akan sibuk mengontrol perkembangan kasus Sar, dan akan membantu penyelidikan bahkan menjadi perwakilan dari para orang tua siswa. New yakin Krist tak akan sanggup melakukannya karena Krist terlalu emosional untuk saat ini. Pengendalian emosi Krist sedang tidak baik.

Akhirnya Nanon mau tinggal bersama dengan Arthit untuk sementara waktu, remaja itu juga membutuhkan teman berbicara selain papa dan ayahnya. Tinggal bersama keluarga Krist mungkin akan membuatnya sedikit lebih baik, apalagi rumah sang kekasih juga dekat dari rumah Arthit.

"Itu mah mau lo aja tinggal di sini, biar Ohm ngapelinnya lebih deket, kan?" Cibir Natcha kemudian mengunyah kacang tanah kemasan yang sudah dibukanya, lalu menyimpan kulitnya di satu tempat untuk nanti di buang ke tempat sampah.

Sementara itu Nanon melirik Natcha malas, "Iri aja lu jomblo! Makanya jadian, jangan prenjon mulu ama Keen...aduh! Sakit anjir!"

"Rasain! Wlekk!"

Nanon meringis, jidat lebarnya terkena tembakan maut kacang milik Natcha. Setelah menghabiskan ramen dan juga membersihkan kekacauan mereka saat makan, ketiga remaja itu pindah ke kamar Arthit untuk mengerjakan tugas mereka masing-masing, ditemani satu bungkus kacang tanah, Arthit duduk diam asyik dengan tugas geografinya. Sedangkan Natcha yang sudah menyelesaikan tugasnya dengan asal itu menjadi bosan dan mengajak Nanon mengobrol ringan di selingi dengan Nanon yang menulis jawaban dari tugasnya.

Gadis sulung Ruangroj itu penasaran dan menilik buku lawan bicaranya tersebut, "Non, lo nggak mumet ngeliat angka sama simbol-simbol ginian?" Komentar Natcha, "Sumpah lo jadi anak jangan pinter-pinter banget, napa! Ayah bunda gue pinter tapi kenapa gue gak pinter juga, ya?"

Sementara itu Nanon terkikik, ia menyentil kening Natcha gemas, "Jauh-jauh lo dari pipi gue! Lu kata pipi gue perut bayi di tempelin mulu?" Sarkas Nanon, sedari tadi Natcha mendusal kepada pipi Nanon seraya mengamati soal Fisika di buku tersebut. Natcha meringis, ia terlalu gemas dengan pipi gembul saudaranya.

"Anak Ipa ya kerjaannya begini, ngitung rumus, ngitungin waktu perjalanan orang dari Jogja ke Bekasi, padahal mah orang mau jalan mah ya jalan aja kan ya? Mau dihitung gak dihitung yang penting kan selamat," jelas Nanon sambil bergumam, ah... Nanon rasanya hampir gila mengambil jurusan rekomendasi dari gurunya sewaktu menengah pertama. Seharusnya ia mengambil jurusan IPS bersama Natcha dan Arthit saja.

Tok tok tok

"Bunda boleh masuk?"

Krist menyembulkan kepalanya dari balik daun pintu kamar Arthit, setelah mendapat izin sang empu kamar, barulah Krist masuk dan duduk di dekat anak-anaknya, "Arthit, Nanon..." panggil yang lebih tua ragu, sementara ketiga remaja yang ada di depannya itu menatap dengan antusias menunggu ucapan Krist selanjutnya.

"Eum...jadi gini, uncle Earth sama timnya butuh keterangan dari kalian berdua...kalo misalkan besok selesai bunda ngajar, bunda bawa kalian ketemu uncle Earth, mau? Nanti juga ada papa New kok di sana!" Bujuk Krist takut-takut, sementara kedua pemuda manis itu terdiam, juga Natcha yang masih menunggu jawaban dari adik adiknya. Bagaimanapun, Nanon sudah ia anggap seperti adiknya sendiri, sama seperti Chimon yang sudah bersama mereka semenjak putra Off dan Gun itu masih baru bisa berbaring saja.

Kemudian kedua pemuda tersebut saling bersitatap, dan mengangguk, "Iya! Kita mau!"

"Oh Tuhan, thank you verry much, boys! I don't know what will happen without you two, guys!"

***

Sesuai janji, Krist mengajak Nanon dan Arthit pergi ke kantor Earth, di sana ada New, Singto, serta satu orang lagi yang merupakan seorang psikolog. Kemudian juga ada Sar yang tersenyum miring kepada Nanon dan Arthit yang gemetar. Psikolog tersebut mengamati, jika Nanon dan Arthit takut melihat Sar dan merasa tertekan oleh pria gembul sang terdakwa.

"Akhirnya kalian dateng!" Sambut Earth lega, "Ini kenalin, dokter Bright, Nanon sama Arthit bisa konsul apapun sama dokter Bright" tuturnya, Krist Nanon dan Arthit tersenyum menyapa Bright.

Earth menghela napas, "Jadi, kayaknya langsung aja, ya? Kayaknya saya butuh ngobrol sama Nanon duluan, soalnya dari laporan New, keadaan Nanon lebih parah ketimbang Arthit, gapapa, kan?"

Baik Arthit maupun Nanon mengangguk, Arthit menatap Nanon yang beranjak mengikuti paman mereka. Setelah itu, jantungnya berdebar kencang karena melihat Sar, tubuhnya pun begitu. Krist dan Singto duduk di sisi kanan kiri Arthit dan memeluknya, "Gak perlu takut, ayah sama bunda di sini, ada dokter Bright juga, dan kalo dia macem-macem ke kamu, polisi udah stand by di samping Sar, okey?"

***

Rupanya kasus ini bukan perkara mudah, karena penyokong Sar bukan orang sembarangan, seorang komite di sekolah Arthit. Namun, nenek dan ayah Arthit adalah pemiliknya, kekuasaan sebenarnya berada pada mereka. Berkat petisi dan laporan dari para wali siswa, Sar dengan mudahnya dimasukan ke dalam penjara dengan hukuman seumur hidup di dalam penjara sendirian.

Dengan beredarnya berita tersebut, sekolah Arthit diberi penghargaan 'Sekolah Aman' bagi para siswanya. Predikat tersebut bukan dari bagaimana sekolah tersebut tidak mempunyai skandal jelek, namun dinilai dari bagaimana cara kerja guru dan orang-orang di dalam sekolah tersebut untuk melindungi siswanya.

SMA dan rangkaiannya, selesai! Sampai ketemu di cerita selanjutnya!

By the way...

Vee pengen up ini waktu b'day Krist, tapi kelupaan blm dilanjut sampe sekarang, masih pada mau ga?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Vee pengen up ini waktu b'day Krist, tapi kelupaan blm dilanjut sampe sekarang, masih pada mau ga?

Keluarga Macamana (Oneshoot)Where stories live. Discover now