18 | mas, kamu nyebelin!

Start from the beginning
                                    

"Oke. What do you want to know?"

"Lihat, lihat coy. Dia menjual privasi pacarnya dengan mudahnya."

"Bangke." Mail senewen.

Zane menggeleng-geleng. "Sebenernya udah hilang minat sih. Kelamaan negonya."

Ehsan ketawa-ketawa. Jarang-jarang Mail bisa di-bully soalnya.

"Jangan gitu, dong, Kawan. Masa jauh-jauh dia nyamper ke sini nggak dihargain sama sekali."

"Oke, gue yang nanya ya." Zane terpaksa melanjutkan yang terlanjur dia mulai. "So, when? When did it all begin?"

"Nggak lama setelah Agus-Iis nikah."

"Woy??" Kali ini Ehsan shock beneran mendengar jawaban Mail itu. "Waktu itu bukannya tuh anak mau dijodohin sama lo, Zane?"

"Bercanda doang itu." Mail nggak terima pacarnya dibilang mau dijodohin dengan orang lain.

"Enggak, nggak bercanda. Orang gue pernah lihat ada foto Bude, Pakde, Trinda, pergi makan sama Onta dan Bapak Captain America."

"Emang iya?" Kegocek juga si Mail. Soalnya Trinda emang nggak pernah cerita. "Makan doang, kan? Mana mau Onta dijodohin? Ama bocil, lagi."

"Bocil juga lo pacarin!"

"Well ... is not that she's minor. Tapi kan Zane nggak demen sama yang age gap-nya kejauhan."

"Pembelaan mulu nih. Padahal dianya lagi grooming. Tapi nggak mau ngaku dosa."

"Ya ngapain juga ngakuin dosa ke elo?"

Zane berusaha menengahi. "Itu apaan? PDKT-nya? Terus jadiannya?"

"Nggak lama setelahnya."

"Ckckck. Bro, we don't really care who you date, whose child you groom. But Trinda? Just like Agus, we feel stabbed in the back. We already consider that child our own lil sister, are't we? Or is it just me?"

~

Mail mendengar suara Zane lamat-lamat.

Tu anak pamit mau cabut. Dengan serangkaian pesan-pesan yang Mail balas dengan gumaman tanpa mencerna ucapan temannya itu lebih lanjut.

Dan entah berapa jam kemudian, Mail baru terbangun lagi.

Sudah siang.

Berkat nggak bisa tidur selama di Jogja kemarin, Alhamdulillah tadi malam dia berhasil tidur cukup panjang dan cukup nyenyak.

Mungkin karena hasil akhir dari obrolan ngalur-ngidul semalam adalah Zane akan serius mempertimbangkan kemungkinan dirinya membeli properti yang dia tawarkan, makanya Mail merasa sedikit beban di pundaknya berkurang? Atau karena dia tidur di kasur yang katanya seharga enam puluh jeti? Agaknya Mail sudah harus mempertimbangkan investasi ke kasur demi kesehatan tulang di masa tua.

Sadar apart sudah kosong dan nggak ada makanan sama sekali, cowok itu mencari-cari handphone untuk order sarapan.

Sayangnya, ponselnya mati dan butuh bermenit-menit lamanya dia mengobok-obok ruang kerja Zane demi menemukan charger.

Dan ketika ponsel itu menyala, ratusan notifikasi datang membanjiri.

Mail langsung merasa mulas.

Dikliknya satu nama di daftar pesan masuk. Lalu dia baca dengan seksama.


[TRINDA]

Mas ke SG? Di mananya? Ketemu siapa? Sampe kapan?

Aku balik besok siang.


Mas? Mau ketemu nggak? Nginep di tempatku? Atau udah dibookingin hotel ama si Oz?


Helloow?

Auk ah.


Mas? Oz bilang, Mas ketemu Zane? Nginep di sana kah?


Ugh.

Baiqlaa.


Mas jangan bilang kamu ke SG gak bawa charger HP??


Ya Allah, pacarku gini amat.


Besok sarapan sama doi juga kah? Mau balik bareng? Kamu belom beli tiket kan? Aku beliin tiketnya.


Oy.

Malangnya nasibku.


Udah siang nih. Haven't you woken up yet?


Ugh.


Sampe kapan sih di sini? Gak kangen apa?


Oke deh. Aku udah mau otw ke airport, nih.


Sampe ketemu di Jkt.


Mas, aku bete.


Mas, kamu nyebelin.

Dated; Engaged [COMPLETED]Where stories live. Discover now