Prolog

442 49 2
                                    

Hembusan bayu bergerak dari arah timur mengiringi debu putih yang berasal dari gerumulan pasir. Pemuda bertubuh pendek duduk di bebatuan sambil memeluk lutut. Menerawang lautan yang membentang luas sehingga memenuhi sudut matanya.

Mendengarkan kicauan burung yang terbang bebas di angkasa dengan deru ombak yang bising sampai memenuhi isi telinganya.

Seolah menulikan telinganya untuk mendengarkan hal yang lain, membutakan matanya untuk melihat hal lain kecuali laut.

Matanya menatap kosong panorama cairan biru di depan, ia menelisik jauh di sana melihat bayangan kapal-kapal seakan mengambang di air.

Angin yang bertiup kencang, menerbangkan helaian rambutnya. Menambah suasana nyaman dan sejuk. Huh, dia tidak bisa berbohong soal indahnya laut.

_____

Dingin.

Duduk di atas balkon semalaman cukup membuat badannya gemetaran hebat. Dengan cangkir teh hangat di tangannya pun tidak bisa menurunkan suhu dingin di malam ini.

Matanya mendongak ke atas, melihat taburan bintang yang indah. Sialan, hari ini sedikit mendung ia tidak bisa memotret pesona langit malam ini.

Semoga Tuhan tidak menurunkan hujan pada malam ini. Pemuda satu ini sedang berjuang untuk mendapatkan momen langka dari hamparan langit.

Sekali lagi, ia mendongak ke atas dan lagi-lagi dia berdecak kagum. Kepalanya bergeleng pelan seolah-olah keindahan langit pada malam ini tidak ada tandingannya.

Tidak ada yang bisa mengalahkan pesona langit. Seluruh yang berhubungan dengan langit semuanya indah. Saat matahari terbenam, saat awan cumulonimbus berjejeran memenuhi langit, saat gemerlap bintang berhamparan. Itu semuanya indah.

_____
TBC
1. Bayu=angin

Samudra Laut [END]Where stories live. Discover now