Bab 20. Jangan Kasih Tau Shella

10 7 0
                                    

Bab 20. Jangan Kasih Tau Shella

Lebih baik menyembunyikan rahasia yang menyakitkan agar tidak menyakiti hati orang.

Turnament Basket adalah sesuatu yang paling di gadang-gadangkan di SMA Tunas Bangsa. Selain selalu mencetak juara, pemain basket juga tak kalah gantengnya. Kini, SMA Tunas Bangsa melawan SMA sebelah, kini Zahra mengajak Shella menonton. Zahra tak ingin jika Shella sendirian di rumah dan juga tidak ingin jauh dengan Shella.

Zahra duduk di tribun paling atas. Kini, dirinya bisa melihat seisi lapangan. Orang yang menonton pun jauh di luar dugaan Zahra. Anak-anak SMA sebelah juga saling berdatangan, mendukung sekolah mereka. Seragam yang berbeda, sangat terlingat mencolok di area tribun ini.

Zahra membuka ponselnya, mengabari Rina bahwa dirinya kini berada di tribun paling atas. Saat menemukan Rina, Zahra melambai-lambaikan tangannya. Berharap Rina melihantnya. Seharusnya sih harus lihat, karna tadi Zahra sempat mengirimkan foto dimana dirinya berada.

Rina berjalan menuju ke arah Zahra. Saking padatnya orang-orang, Rina sampai mengatakan 'permisi' agar bisa melewati lautan manusia ini.

Kini, Rina menatap Zahra penuh sebal, ia harus berjalan jauh dan naik keatas hanya untuk menonton pertandingan basket.

"Lain kali, nyari tempat itu yang strategis doong" omel Rina

"Ini kan strategis, bisa kena angin juga" ucap Zahra cekikiran. Melihat raut cemberut Rina.

"Nih minum" ucap Zahra menyodorkan air mineral ke arah Rina. Botol itu langsung di saut paksa dan Rina meneguknya hingga setengah. Kini, Rina duduk di samping Zahra yang menggunakan jket warna pinknya.

"Eh ada Shella" ucap Rina.

"Iya, di ajak Kak Zahra"

Kini, mereka bertiga fokus ke arah lapangan basket. Suara ricuh para supporter bahkan melebihi suara toa masjid. Benar-benar ricuh. Seisi tribun pun sama, semua di penuhi orang-orang yang saling meneriakkan nama pemain dukungan mereka.

"Kak Zaraa itu Kakak ganteng.." ucap Shella dan berhasil membuat Zahra memelototkan matanya. "Panggil Kak Fatih ya" ucap Zahra.

Rina yang di sampingnya pun tertawa cekikikan melihat itu. "Cie pipinya merah, cie" ucap Rina. Gadis itu lalu mengambil cemilan yang di samping Zahra. Memakannya tanpa berdosa. "Ciee pipinya merah"

"Apaan sih"

"Hahaha"

Turnamen baske itu akhirnya di menangkan oleh tim Fatih. Yang tak lain dan tak bukan adalah SMA Tunas Bangsa. Semua anak-anak basket lalu mengangkat Fatih ke atas badan mereka, mengelilingi lapangan basket sambil melambai-lambaikan tangannya ke arah penonton, seperti seorang yang sedang melakukan fassion show. "Gila Tih, keren banget tadi mainnya" ucap Kevin.

"Kan gue selalu berhasil kalau main"

Azka yang mendengar itu langsunng melepaskan kaos jerseynya. Melemparnya ke arah Fatih. Tumben sekali Azka berani. "Jangan sombong, mentang-mentang ketua" dan Fatih hanya mengedikkan bahunya. Membuat Azka semakin kesal saja.

Kini, para penonton juga supporter semuanya menghampiri Fatih setim. Hanya sekadar berjabat tangan mengucapkan selamat. Seketika, anak-anak basket mendapat totebag banyak yang berisi makanan juga minuman. Kini, mereka semua duduk di salah satu bawah pohon. "Gilee gilee giee man, main basket bisa dapat makanan segini" ucap Azka memandang makanan yang di berikan oleh anak-anak tadi.

"Sebegitu famous kah kita Hahah" kini, anak-anak basket itu tertawa renyah bersama. Saling memakan makanan juga mengistirahatkan badan mereka. Turnament tadi benar-benar menguras tenaga mereka. Tak sia-sia usaha mereka latihan terus-menerus. Bahkan Pak Budi—guru basket—menjanjikan akan men-traktir mereka semua.

Antara Jogja dan SemarangWhere stories live. Discover now