Bagian 1. Alun-alun kota Semarang

173 22 8
                                    

Bismillahirrahmanirrahim..

Di tahun yang baru ini, aku mencoba menulis cerita baru. Dengan judul "Aku dan Kota Semarang"

Berharap, kalian semua bisa menikmati cerita ini.

Happy Reading.

* * * * * 

Bagian 1. Alun-alun kota Semarang

Semarang itu Kota Istimewa!

Tes!

Satu tetes air mata itu jatuh diatas permukaan buku yang sedang dibawa gadis itu. Tangannya masih saja menorehkan tinta hitam diatasnya. Lama berkutat, gadis itu masih setia dengan kegiatannya, tanpa memperdulikan orang-orang yang berlalu lalang di depannya.

Rambutnya yang tergerai kini berterbangan bersamaan angin malam yang berembus menusuk-nusuk kulit wajahnya. Tangannya kini menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah manisnya itu. Menghapus air matanya perlahan, berharap itu dapat mengurangi kesedihannya saat ini.

Menutup buku Diary-nya dan menyandarkan punggungnya ke bangku taman. Menatap langit malam diatas sana yang bertaburan bintang. Kini bibir itu tertarik ke atas, menciptakan sebuah lengkungan manis dan lesung pipi yang indah.

Tanpa di tebak pun semua orang pasti sudah tau bila melihat wajahnya, hatinya kini sedang tak baik-baik saja.

Merapatkan jaketnya, menggosok-gosokkan tangannya agar mengurangi hawa dingin di tubuhnya. Waktu kian malam, tetapi alun-alun kota Semarang ini semakin ramai saja oleh para remaja juga orang dewasa. Kini, ia menatap kedepan. Gemebyar lampu dan deru suara kendaraan motor selalu menghiasi kota ini. Ia kembali tersenyum, Apakah semua orang itu sibuk? Tanyanya dalam hati.

Kini, gadis itu berdiri. Melangkahkan kakinya langkah demi langkah. Hari yang sangat panjang menurutnya hari ini. Ia segera ingin sampai rumah, semoga beban yang selama ini ia simpan rapat-rapat akan tetap seperti ini.

Ya, semoga.

Dari arah belakang, seorang cowok baru saja membeli minuman. Menduduki kursi itu dan tak sengaja menemukan sebuah buku. Alisnya tertekuk saat melihat itu, dilanjut tangannya meraih buku itu.


* * * * * 

Gimana, lanjut engga?

Salam manis, Hilya.

Antara Jogja dan SemarangWhere stories live. Discover now