"Ngapain gue mikirin Raga, seharusnya gue seneng, Kinan fokus. Raga bahagia dengan yang lain, jadi gue juga bisa bahagia sama Kak Iqbal." tegas Kinan pada dirinya, Raga bukanlah takdirnya nanti.

Tiba-tiba saja ia mengingat perkataan Kalara di kantin sekolah.

"Tapi kalau sekarang? Kenapa nggak sibuk lagi?"

"Kak Iqbal kan lagi libur dulu, itupun kak Iqbal masih kerjain tugas." jelas Kalara.

Kinan langsung berdiri, ia memikirkan sebuah ide yang menarik kali ini untuk mendekati Iqbal.

Kinan berlari ke ruang kerja papanya. "Pa...Papa!"

"Papa!" panggil Kinan heboh mendatangi sebuah ruangan kerja.

Sang papa terkejut, dengan Kinan yang tiba-tiba datang sambil memanggilnya. "Kinan? Ada apa Nak?" tanya Shalimar ayah Kinan.

"Pa, Kinan mau minta izin sama Papa."

Shalimar menatap lekat anaknya "ada apa Kinan, mau minta izin apa?"

"Pa, aku boleh nggak nginep di rumah Kalara?" ucap Kinan memberanikan diri.

"Boleh kan?"

"Boleh" ucap Shalimar tanpa berpikir panjang, karena ia sangat percaya kepada Kinan.

Kinan langsung memeluk papanya. Kinan cepat cepat pergi ke kamar untuk bersiap, namun Shalimar mengentikan langkah kaki gadis itu.

"Kinan!" Panggil Shalimar.

Kinan seketika berhenti, ia berbalik. "Kenapa Pa?"

"Papa besok mau jemput Mama, kamu mau ikut? Kalian juga udah lama nggak pernah ketemu."

Kinan mengeleng pelan. "Emang harus?"

"Kinan, itu Mama kamu."

"Papa aja sendiri, aku nggak usah, ngapain Mama harus kembali," Kinan mengatakan dengan kesal.

"Kinan, walaupun begitu dia Mama kamu." Jelas Shalimar dengan pernyataannya.

"Pa, emang Mama peduli sama aku? Sama kak Megi? Mama peduli? Jawab pa."

Kinan tertawa kecut. "Papa aja nggak bisa jawab."

Shalimar memilih bergeming. "Mama aja nggak peduli sama Papa, apa lagi sama anak anaknya."

"Padahal Mama tau sendiri, kita butuh Mama di sini, dan Mama lebih milih sama pekerjaannya."

"Kinan dengerin Papa dulu"

"Kinan!"

Kinan berjalan pergi, ia tidak mau membicarakan mamanya lagi, Kinan tau perkataannya barusan memang sangat kurang ajar, tetapi Kinan juga mengatakan apa yang sebenarnya.

Shalimar kembali duduk, ia tak berpikir, Kinan masih mengatakan dengan jawaban yang sama.

"Kinan, maafin Papa."

***

Di kamar, Kinan terdiam, mengingat kembali perkataannya barusan kepada papanya. Dengan mamanya tidak lama lagi akan kembali.

"Nggak penting, Mama aja nggak peduli sama aku."

"Ngapain mama harus kembali, dia juga udah bahagia di sana."

Di sini kita telah tau, keluarga Kinan tidak seharmonis yang kalian kira, hidup di keluarga kaya, tidak menjamin hidup Kinan merasa bahagia bersama orang tuanya. Kinan sangat membenci mamanya. Apa yang telah ia lakukan bertahun-tahun lamanya, lebih memilih bekerja di luar kota dan kini sang mama tiba-tiba mau kembali.

𝐓𝐄𝐑𝐀𝐊𝐇𝐈𝐑 [On-going]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora