BAGIAN 31

2 1 0
                                    

Diaz menatap pantulan dirinya dicermin. Menarik nafas dalam dengan senyum lebar diwajah tampannya. Yang terjadi kemarin sudah terhapus terbawa mimpi. Sekarang Diaz ingin melanjutkan kembali hidupnya. Blazer JetBlack Combi White Stripe melekat pas ditubuh atletisnya.

"Tok... Tok... Tok" Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Diaz.

Dengan langkah ringan, Diaz berjalan berniat membuka pintu. Seorang wanita hamil berdiri tepat didepan kamarnya saat Diaz membuka pintu.

"Tampannya pria didepanku ini!" Seru wanita itu sambil menangkup wajahnya dengan kedua tangan.

Diaz tersenyum salah tingkah. Pasalnya yang memujinya saat ini sudah berstatus istri orang. Kalau bukan, sudah pasti Diaz sudah jatuh hati. Apalagi melihat paras cantik dan imutnya wanita ini.

"Ahraaaaaaaa!" Teriakkan yang menggema diseluruh rumah itu memudarkan raut wajah berbinar wanita didepan Diaz.

Wanita didepan Diaz yang tidak lain Ahra itu memutar matanya jengah.

"Ish... Mengganggu kesenanganku saja" Gerutu Ahra kesal.

Diaz terkikik geli "Cepat temui dia, jangan sampai si budak cinta itu mengamuk" Katanya.

"Biarkan saja, jangan pedulikan dia" Ahra kembali menatap Diaz tanpa peduli Sharga yang lagi-lagi berteriak memanggil namanya.

"Diaz, hari ini aku ikut denganmu ya. Aku ingin menemui Fai dan El" Kata Ahra menyampaikan maksudnya kenapa dia berada didepan kamar Diaz saat ini.

Diaz mengernyit bingung. "Memangnya ada apa dengan Sharga? Dia bisa mengantarmu bertemu Fai dan El"

Ahra mengerucutkan bibirnya. "Ck, si Gorila itu melarangku pergi keluar rumah, katanya takut terjadi sesuatu dengan kandunganku, bla bla bla"

"Wajar saja, usia kandunganmu masih terlalu rentan, apalagi kemarin kau juga mengalami hal yang kurang menyenangkan, Sharga hanya tidak ingin kau dan keponakanku terluka" Kata Diaz bijak.

Ahra menghembuskan nafas panjang. Ternyata tidak semudah itu membujuk Diaz yang jelas-jelas berada dipihak suaminya.

"Aku akan meminta El datang agar kau tidak kesepian" Lanjut Diaz yang tidak tega melihat wajah sedih Ahra.

"Tapi..."

"Tapi apa?" Sharga muncul sambil melipat tangannya didada. Menatap tajam sang istri yang sangat susah dinasehati.

Ditatap seperti itu, membuat Ahra menciut. Tubuhnya perlahan bersembunyi dibalik punggung Diaz.

"Apa susahnya kali ini kau menurut pada suamimu ini, aku melarangmu keluar karna tidak ingin terjadi sesuatu padamu dan anak kita, sudah cukup kejadian kemarin membuatku khawatir setengah mati jangan lagi ada kejadian lain" Sharga mengacak rambutnya frustasi.

"Diaz..." Ahra meremas jas yang dipakai Diaz dengan kuat. Berharap pria itu membantunya.

"Ehem... Sharga, aku minta ma'af atas kejadian kemarin yang mungkin membuatmu sangat mengkhawatirkan Ahra dan bayi dalam kandungannya. Tapi tidak bisakah kau memberi Ahra sedikit kebebasan. Mungkin dia bosan berada dirumah" Kata Diaz membela Ahra.

"Tapi..."

"Bukankah wanita hamil tidak dibolehkan stres? Aku rasa tidak ada salahnya Ahra pergi ketempat Fai untuk sejenak menghilangkan stresnya. Lagipula, kau bisa menemaniny juga disana" Lanjut Diaz yang tidak memberi Sharga kesempatan untuk membantah perkataannya.

Sharga diam sebentar. Tampak keraguan diwajah tampan itu. Ahra yang masih berdiri dibelakang tubuh Diaz menatap penuh harap.

Sharga menghembuskan nafas sebentar sebelum berucap. "Kemarilah Ahra, suamimu bukan Diaz tapi aku. Aku terlihat seperti suami yang kejam melihatmu malah bersembunyi dibelakang Diaz begitu" Sharga mengulurkan tangannya kearah sang istri, Ahra.

Love For EleanorWhere stories live. Discover now