Ahra masih diposisi yang sama. Membuat Sharga sedikit kesal. Entahlah sejak hamil, Ahra sedikit membuatnya pusing. Terkadang menjadi wanita penurut dan kadang menjadi pembangkang seperti saat ini. Diaz menoleh kearah Ahra yang berdiri dibelakangnya. Diaz menghembuskan nafas lelah.

Sudah tinggal bersama pasangan suami istri itu, membuat Diaz hafal sifat keduanya. Ahra dengan kekanakannya dan Sharga dengan kepossesivannya.

"Hem Ahra, aku harus pergi. Kau tidak akan menahanku lebih lama lagi kan?" Diaz menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sebenarnya tidak tega meninggalkan wanita hamil itu bersama Sharga. Walau Sharga suaminya, Diaz tau wanita itu bosan hanya diam dirumah.

Tapi Diaz yakin setelah dia pulang nanti, Ahra akan bermanja-manja lagi pada Sharga dan menampakkan wajah cerianya.

"Aku benar-benar tidak boleh ikut ya?" Tanya Ahra penuh harap.

"Ti..." Baru saja Diaz ingin menjawab pertanyaan Ahra, Sharga sudah mendahuluinya.

"Kau pergi denganku saja, ayo sini" Sharga masih mengulurkan tangannya kearah Ahra.

Dengan cemberut, Ahra meraih tangan Sharga. Keinginannya untuk ikut Diaz bertemu kedua sahabatnya pupus sudah. Jika dia terus membantah perkataan suaminya, bukan tidak mungkin dia akan dikurung seharian didalam kamar.

"Baiklah, selesaikan masalah kalian. Aku pergi" Pamit Diaz lalu melangkah meninggalkan sepasang suami istri itu.

🌺🌺🌺

"Dia kenapa?" Tanya Aro yang memperhatikan El sejak beberapa menit yang lalu. Heran karna wanita itu terus menyunggingkan senyum seperti orang kurang waras.

Fai mengangkat bahu tanda tidak tau. Mereka bertiga saat ini ada di restoran milik Fai. Hanya tinggal mereka bertiga karna karyawan Fai sudah pulang beberapa menit lalu. Rencananya hari ini mereka akan menonton. Sebenarnya hanya El dan Diaz. Tapi karna permintaan El yang katanya sedikit canggung, maka dia meminta Fai dan Aro menemaninya.

"Apa penampilanku aneh?" Tanya El meminta pendapat Fai dan Aro.

"Penampilanmu tidak aneh, sikapmu yang aneh" Jawab Aro sambil meminum jus yang tadi sempat dibuatnya.

El mengerutkan keningnya bingung. "Memangnya ada apa denganku?"

"Berhentilah tersenyum tidak jelas, kau seperti baru pertama kali berkencan saja" Celetuk Fai yang dari tadi bermain game diponselnya.

"Hehehehe aku gugup, karna masalah kemarin, aku sempat marah-marah pada Diaz. Sempat tidak mempercayainya juga" Ada nada penyesalan dalam setiap kalimat yang El katakan.

"Kalau salah, ya minta ma'af" Kata Aro menasehati.

El mengangguk, membenarkan perkataan Aro. Nanti El akan minta ma'af pada tunangannya itu.

Beberapa menit kemudian, sosok Diaz muncul.

"Ma'af sedikit terlambat dan ma'af membuat kalian lama menunggu" Ucap Diaz dan langsung mencium kening El.

Diperlakukan seperti itu, tentu membuat El salah tingkah. Belum lagi penampilan Diaz yang membuat El terpesona. Kenapa semakin hari Diaz semakin tampan dimata El. Kenapa juga dulu dia sempat berlaku kasar pada orang yang saat ini berstatus tunangannya itu.

Fai memutar matanya jengah. Sudah terlalu sering melihat hal serupa dengan apa yang dilakukan pasangan didepannya ini. Baik Sharga ataupun Diaz sama saja.

Love For EleanorWhere stories live. Discover now