Part VIII : Go Away

578 77 16
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Vote dulu sebelum baca. Jangan lupa tinggalkan komentar. Terima kasih. Selamat membaca.

*****

Berkali-kali Taehyung mengubah posisi tidurnya. Mulai dari menyamping kanan, menyamping kiri, telungkup, berbaring, mengubah posisi bantal, tetap saja ia gelisah tak tenang. Belum lagi udara dingin, kasur yang keras serta nyamuk haus darah yang berkeliaran amat sangat mengganggu. Sesekali ia berdecak sebal tak kunjung menemukan posisi tidur yang nyaman.

"Araghttttt ...." Taehyung menggerutu sebal membanting selimut tipis yang berukuran kecil tak mampu menutupi tubuhnya yang tinggi. "Harusnya tadi tak mengizinkan perempuan itu tidur di kamar. Jadi, tak bisa tidur, sial!" Umpatnya.

Tapi, kalau bayi itu tidur di luar, kasihan. Di sini dingin dan banyak nyamuk. Apa ini yang dirasakan Jisoo setiap hari? Pikir Taehyung.

Taehyung mulai memikirkan kondisi Jisoo yang setiap harinya harus tidur di luar. Taehyung saja sebagai pria merasa tak betah tidur di luar dengan kondisi begini, terlebih Jisoo sebagai wanita yang tengah berbadan dua. Pasti sangat tidak nyaman.

"Apa saya keterlaluan?" Taehyung sadari, pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulutnya. Secara tidak langsung, dia mengakui apa yang dilakukannya selama ini pada Jisoo memiliki nilai kesalahan yang tak patut diterima oleh wanita yang kini berstatus sebagai istri dan ibu dari anak Taehyung.

Bagaimana pun juga, terlepas dari mengiginkan atau tidak, Jisoo manusia yang sudah seharusnya dimanusiakan. Ia seorang wanita yang seharusnya dilindungi dan dihormati. Bukan diperlakukan tak adil hanya karena mengandung di luar kemauannya.

"Jangan terlalu memikirkan dan terlalu kasihan, Taehyung. Kamu hanya kasihan pada bayi itu, bukan Ibunya. Paksakan saja tidur." Taehyung berujar.

*****

Belum genap 24 jam penuh Taehyung berada di rumah, ia hendak pergi lagi. Jisoo yang baru selesai menggantikan popok untuk Lia mengerutkan dahi bingung. "Tae, kamu mau pergi lagi?" Jisoo memberanikan diri bertanya.

"3 hari lagi ujian masuk universitas. Aku akan serius belajar di rumah mama," jawab Taehyung datar.

Jisoo tak berani memberikan komentar usai Taehyung menyebut mamanya. Orang tua Taehyung belum menerima Jisoo hingga kini. Tiap bulannya Jisoo berusaha membangun hubungan baik dengan mertuanya, sekadar mengunjungi dan membawa bingkisan yang tak seberapa. Namun, usahanya tak membuahkan apa-apa. Ia malah dimaki dan diusir oleh sang mertua.

"Oh ya sudah, semoga kamu diterima di universitas impianmu, Tae. Belajar yang rajin, kudoakan yang terbaik," balas Jisoo tersenyum getir. Sebenarnya, ia juga memiliki impian yang sama dengan Taehyung, masuk universitas favorit dan bekerja mengejar cita-citanya yang sedari dulu didambakan. Namun, harapannya kini telah sirna. Satu-satunya yang ia perjuangkan saat ini adalah anaknya Lia, kini tujuan Jisoo hanya ingin membahagiakan Lia dan berusaha agar Lia hidup lebih baik dibandingkan dengan Jisoo nantinya.

Taehyung tak menanggapi apa-apa, ia fokus memakai sepatu tak menatap Jisoo sedikit pun.

"Satu lagi, Taehyung. Terima kasih semalam telah mengizinkan aku dan Lia tidur di kamar. Semalam, Lia tidur nyenyak sekali."

"Hm." Hanya deheman sebagai jawaban yang keluar dari mulut Taehyung, sebelum ia melenggang pergi.

"Setidaknya, dia punya sisi baik," gumam Jisoo pelan nyaris tak terdengar.

*****


Saat pengumuman ujian masuk universitas tiba, Taehyung luar biasa bahagia. Akhirnya ia kuliah di universitas impiannya. Alih-alih ikut bahagia, Jisoo justru merasa sedih karena ternyata universitas impian Taehyung berada di luar kota. Itu artinya, Taehyung akan semakin jarang pulang.

"Tae, apa kamu tidak mau mempertimbangkannya? Lia masih bayi, dia butuh kamu. Kalau kamu pergi, bagaimana dengannya?" tanya Jisoo pada Taehyung yang tengah mengemas pakaiannya untuk berangkat ke luar kota-mengurus daftar ulang di kampusnya-lusa.

Air muka Taehyung berubah masam. "Universitas ini adalah universitas impianku. Aku tidak mungkin mengorbankan impian yang mati-matian kudapatkan hanya demi anak itu! Sudah kubilang, aku tidak peduli dengan anak itu! Jangan menjadi parasit dan menghalangi aku, Jisoo!"
Lagi-lagi Taehyung menyebutnya parasit.

"Bukankah kamu sendiri yang kemarin berkata akan mendukung dan mendoakan yang terbaik untukku? Jadi, jangan banyak bicara. Pergi sana! Urus sendiri anakmu!"

Memang, Jisoo sangat mendukung Taehyung dalam dunia pendidikan. Tetapi, ia kira Taehyung tidak akan kuliah di luar kota. Kalau saja Jisoo tahu jika Taehyung akan pergi meninggalkan dirinya dan Lia, Jisoo akan menentangnya sejak awal. Apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur. Keputusan bulat Taehyung, tak bisa Jisoo cegah lagi.

*****To Be Continued*****

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 28, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BITTER MARRIAGEWhere stories live. Discover now