Chapter VII : Born (Young Father)

416 73 0
                                    

*****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

Setelah Jisoo melenggang pergi, Taehyung mendekati Lia kecil. Ia merungguh, matanya berkaca-kaca mendapati presisi sang putri yang belum berhenti menangis. Dalam hati ia berkata, A-apakah aku telah menjadi seorang Ayah?

Jemari Taehyung secara naluriah bergerak menyentuh pipi mungil sang buah hati. Mengusap dengan gerakan lembut. Tak membutuhkan waktu lama dengan ajaibnya Lia berhenti menangis. Taehyung dibuat tertegun, mengapa ia bisa menghentikan tangisan Lia hanya dalam waktu kurang dari 2 menit?! Sungguh tidak bisa diterjemahkan oleh logika.

Apa mungkin, dia merindukanku? Ayahnya, pikir Taehyung.

Cukup lama Taehyung duduk di samping Lia yang tengah berbaring sembari terus menenangkan. Entah mengapa hanya dengan melihat Lia hatinya terasa tenang. Betah rasanya bila berlama-lama memperhatikan wajah si mungil meski tak melakukan pergerakan apapun.

"Tadi kudengar dia menyebutmu Lia, ternyata dia pintar memberimu nama. Nama yang cantik." Tanpa Taehyung sadari, pujian itu mencelos dari mulutnya.

Jisoo yang baru keluar dari dapur usai menyiapkan air panas untuk sang suami terkejut melihat presisi Taehyung di samping Lia yang kini sudah berhenti menangis. Matanya memanas mendapati Taehyung tengah menenangkan Lia.

"Apa aku tidak salah lihat? Taehyung sedang menenangkan Lia? Apa dengan kehadiran Lia akan membuat Taehyung berubah? Aku harap begitu," cicit Jisoo pelan menahan isaknya.

Suasana haru menyelimuti hati Jisoo, rasanya benar-benar suatu keajaiban saat Taehyung menyentuh dan menenangkan Lia. Sadar diperhatikan, Taehyung segera bangkit.

"Sepertinya Lia ingin didekap Ayahnya." Celetukan Jisoo mendapat tatapan menusuk dari Taehyung.

"Aku tidak peduli," balasnya sembari berlalu.

Jawaban Taehyung membuat perasaan Jisoo teriris. Sikapnya begitu cepat berubah. Padahal Jisoo baru saja merasa senang dengan sikap hangat Taehyung yang tidak pernah dilihatnya.

"Kamu sebenarnya mulai menyayangi Lia, tapi sayangnya ego kamu terlalu besar," gumam Jisoo pelan, nyaris tak terdengar.

*****

Selesai mandi air hangat yang disiapkan Jisoo, Taehyung melamun duduk di tepi ranjangnya. Matanya melirik ke arah pintu kamar yang tertutup rapih, di luar ada Jisoo dan si mungil Lia. Sejak menikahi Jisoo, ia tak pernah mengizinkan Jisoo tidur di kamar yang ia tempati. Entah mengapa, Taehyung mulai ingat kondisi kesehatan keduanya. Saat Jisoo tengah mengandung Lia, ia pasti kedinginan tidur di luar selama berbulan-bulan dengan tempat tidur dan selimut tipis, bahkan diawal pernikahan Jisoo hanya tidur di atas kursi usang. Wanita itu pasti sangat tidak nyaman berada dalam posisi yang memprihatinkan. Kondisi Jisoo makin prihatin saat ia harus bekerja keras memenuhi kebutuhannya sendiri, apalagi tengah berbadan dua, kebutuhannya makin menggunung tak terbendung. Kondisi itu tak ada ubahnya setelah melahirkan, Jisoo tetap tidur di tempat yang sama dengan pekerjaan yang sama beratnya.

"Kenapa dia memilih bertahan bukannya meninggalkan?" tanya Taehyung bingung. Terbuat dari apakah hatinya? Begitu kuat dan tegar seperti batu karang yang berkali-kali diterjang ombak tanpa perlawanan.

Tok ... tok ... tok ...

Suara ketukan pintu terdengar lembut membuyarkan lamunan Taehyung.

"Taehyung, bisa bicara sebentar?" Jisoo bertanya dari balik pintu.

"Buka pintunya."

Presisi Jisoo muncul dari balik pintu saat pintu terbuka sempurna. Jisoo tampak sedikit gugup dan takut, seperti biasa dirinya ditatap begitu dingin oleh sang suami.

"Berdiri di pintu, jangan masuk. Kuizinkan kamu bicara, hanya 2 menit. Katakan yang penting saja, aku lelah ingin istirahat." Belum sempat Jisoo berucap, Taehyung lebih dulu menyela.

Jisoo mengangguk kecil pertanda paham, walau tak dapat dipungkiri dirinya dibuat jengkel oleh Taehyung. "Aku ingin meminta izin agar Lia tidur di kamarmu, kasihan selama seminggu ini semenjak kelahirannya, dia kedinginan tidur di luar. Kamu tenang saja, hanya Lia yang tidur di kamar. Seperti biasa aku akan tidur di luar."

Taehyung terdiam sejenak, berusaha mencerna kalimat Jisoo. Sedetik kemudian, ia berkata, "Kalau anak itu menangis lagi dan mencari ibunya bagaimana?"

"Kamu bisa memanggilku."

"Itu akan sangat merepotkan! Bawa anak itu kemari, kamu dan dia tidur di kamar, biar aku yang tidur di luar," putus Taehyung kemudian.

Mata Jisoo membola, tunggu ... apa ia tak salah dengar? Taehyung mengizinkannya tidur di kamar?!


***** To Be Continued *****

BITTER MARRIAGEOn viuen les histories. Descobreix ara