CAKRA

4 1 0
                                    

Mata Seba tajam menatap roki. "Oh jadi kau mengancamku, kau tidak tau aku siapa, mari kita buktikan siapa yang lebih kuat" ucap Roki sembari mencengkram tangan seba yang mengangkat kerahnya. Seba pun melepaskan peganganya dan saling berhadapan kuda kuda roki siap untuk menyerang, sedang seba berdiri dengan tangan mengepal, bersiap untuk pertarungan,

Dooooong.....Dooooong.....Dooooong.........

Suara Gong berbunyi yang menandakan waktunya berkumpul untuk kelas pertama dimulai, memaksa mereka berdua untuk berhenti. tatapan roki mengancam Seba, sembari pergi bergegas bersama teman temanya meninggalkan kantin. Seluruh siswa dikumpulkan di aula, barisan siswa yang berjumlah sembilan ratus siswa duduk rapi di kursi yang ditata berjajar. tak berselang lama munculah lima orang guru berdiri dibawah tiang yang diatasnya terdapat emblem kemarin, dan salah satu dari mereka adalah kakek Kamasura, terlihat juga kepala Padepokan yang berjalan lalu berdiri diatas mimbar,

Kasungka : "Wah ternyata kakek Sura, salah satu guru disini.... lihat Seba, dia disana"

Seba : "Mungkin karna itu juga Kakek Sura dengan mudah memasukan kita ketempat ini"

Karo : "Apa..., aku pikir kalian berdua sudah tau kalau beliau adalah guru di tempat ini, lagian tak kusangka kalian bisa sesantai ini setelah kejadian di kantin tadi" aku saja masih kawatir bagaimana kalau roki dan temanya mengganggu kita nanti, Ayahnya adalah salah satu petinggi di devisi Akramana"

Kasungka : "ha..ha..ha... Tak usah di fikirkan, seba memang seperti itu. dia tidak pernah takut dengan siapapun.

Suara sambutan Kepala Padepokan menghentikan pembicaraan, Pria paruhbaya berbadan tegap dan nampak gagah, dengan kumis dan janggut tipis berkacamata itu mulai bicara. "Selamat datang murid muridku yang saya cintai, perkenalkan Saya Siwa Patuka Kepala Padepokan ini, selamat belajar dan berlatih untuk menjadi orang yang hebat dimasa depan, mulai hari ini adalah titik awal kalian menapaki mimpi mimpi kalian, jangan mudah menyerah dan terus berjuang, masa depan bangsa ini berada di tangan kalian. bersama dengan lima guru yang berada di belakang saya ini, kalian akan dididik menjadi orang yang hebat dimasa depan, setelah sambutan ini kalian akan menjalani tes kemampuan yang kemudian nanti kalian akan ditempatkan sesuai kemampuan kalian kepada guru yang sesuai. dengan ini saya nyatakan tahun ajaran baru dimulai"

setelah selesai acara sambutan, para murid diminta menunggu satu persatu maju kedepan untuk tes kemampuan, didepan telah disediakan sebuah bola kaca diatas meja dan sebuah cermin besar didepanya. siswa pertama dipanggil dan diletakanya kedua tangan diatas bola kaca tersebut, bola kaca mulai bersinar dan cermin didepanya mulai menampilkan cahaya samar berbentuk panah, terlihat bocah itu berjingkrak girang melihat cahaya yang terbentuk dicermin, seba dan kasungka masih bingung apa maksud dari semua itu, yang kemudian dijelaskan oleh Karo bahwa itu adalah cara untuk melihat kemampuan dan pusaka apa yang bisa kalian dapatkan nanti, diantara mereka banyak juga murid yang terlihat sedih ketika mengetahui tidak ada bentuk apapun di cermin, tiba giliran Kamasri, ia mendapatkan gambar buku, yang kemudian dijelaskan oleh karo bahwa itu adalah senjata pengetahuan yang kemungkinan besar ia juga akan mendaptakan seperti itu karna keluarganya rata rata juga mendapatkan itu, buku pengetahuan yang berisi ilmu pengobatan, ilmu pendidikan, Ilmu sosial dan lain sebagainya yang akan masuk di devisi ke empat, benar saja setelah maju kedepan Karo mendapatkan gambar buku.

Tiba saatnya Kasungka untuk maju diletakan tanganya pada bola kaca nampak cahaya yang lebih terang dari pada siswa lain pada bola kaca, cermin kaca mulai membentuk kapak berukuran cukup besar yang membuat banyak siswa terkagum, namun roki masih saja memandang dengan remeh, giliran roki pun tiba dengan percaya diri ia meletakan tanganya pada bola kaca, sinar yang setara dengan milik kasungka terpancar, dan mulai terbentuklah dua pedang pada cermin, yang diikuti tepuk tangan seisi aula, menambah kosombonganya dan menatap remeh seba, setelah sekian lama giliran Seba untuk maju kedepan perlahan tanganya penyentuh bola kaca itu, cahaya yang amat terang memenuhi seisi ruangan, namun tidak ada gambar bentuk apapun pada cermin didepanya. para gurupun mulai terkaget,

"orang macam apa bocah ini, dengan cakra sebesar itu tidak muncul bentuk pusaka apapun dicermin" ucap Wanara Dipa seorang guru berbadan besar berotot dengan kepala plontos berjenggot tebal, Guru pendidikan devisi Raksa. spesialis senjata berat dan perisai.

"aku menemukan anak itu menggunakan cakra tingkat enam di pulau jatisari, lalu membawa dia kemari, namun aku tidak tau dia memiliki cakra sebesar itu" jika sampai dia jatuh dijalan yang salah mungkin dia aka menjadi ancaman bagi dunia, namun ternyata aku terlalu kawatir, rupanya dia sama sepertiku yang tidak bisa mengeluarkan pusaka, setidaknya aku akan melatihnya menjadi petarung tangan kosong yang hebat" saut Kamasura.

"Kau terlalu ceroboh kamasura, membawa anak yang tidak jelas ketempat elit seperti ini. aku tidak takut dengan cakra besar itu. tahun ini cukup banyak siswa berbakat yang akan masuk devisi Akramana, satu orang yang memiliki cakra besar namun tidak memiliki bakat pusaka bukanlah masalah" ucap Arya Sanjaya seorang pria tua berbadan tinggi kurus dengan pakaian rapi dan rambut disisir rapi pula, guru pendidikan devisi Akramana, spesialis senjata pedang dan senjata asasin mematikan.

"Ah kalian terus saja membahas cakra dan bakat, menurutku yang terpenting adalah latihan dan efektivitas, mau bagaimanapun panah lebih efektif daripada senjata jarak dekat" saut sinta mahesa wanita tua berambut putih panjang terlihat sedikit kerutan di wajahnya namun masih tampak cantik, Guru pendidikan devisi Bana, Spesialis senjata jarak jauh dan panah.

"orang Agharta memang menyukai pertarungan, hingga perang tak pernah berakir, andai saja kita semua sadar dan mulai menjunjung tinggi ilmu pengetahuan" ucap Arimbi Taruni, tertunduk lesu, guru wanita berkacamata berambut pendek dengan rambut yang sudah memutih sebagian, guru devisi Janam

"ha...ha..ha... kalian semua terlalu serius, ayolah sedikit bergembira, banyak murit menarik tahun ini" Kamasura mencairkan suasana.

Siwa Patuka : "Baik anak-anak, kalian semua telah selesai menjalani tes. untuk hari ini telah selesai, pemberitahuan untuk pembagian kelas kalian akan dikirimkan ke kamar kalian, jadi kembali ke asrama dan selamat beristirahat, sampai jumpa.."

Setelah tes selesai para muridpun mulai berhamburan pergi, namun di depan pintu tampak roki dengan wajah merendahkan menatap seba "ha..ha..ha ternyata kau tidak berbakat menggunakan pusaka ya... sungguh rendahan, setelah aku mendapatkan pusaku sendiri nanti, kau akan lari terbirit birit melihatku wa...ha...ha...ha..." tawa Roki diiringi teman temanya. namun seba hanya berjalan diam tanpa menghiraukan roki, hingga membuat karo pun "bertanya kenapa kamu diam saja dihina roki, padahal kau tadi terlihat sangat emosi waktu dikantin"

Seba : "aku tidak peduli orang lain menghinaku atau menggagguku seperti apapun, namun aku akan sangat marah bila sahabatku, saudaraku, dan orang orang yang aku sayangi disakiti" sudah sudah mari kita makan aku sudah sangat lapar he..he..he...

ucapan seba membuat karo terdiam sejenak hingga ia tertinggal beberapa langkah dari seba dan kasungka, lalu iapun berlari dan merangkul pundak mereka berdua dari tengah belakang sembari saling gurau mereka berjalan menuju kantin. perisai buatan pada tiang tiang kota mulai mengembang malam buatan pun tiba. saat sedang asik berbincang suara ketukan terdengar, karo perlahan membukakan pintu nampak petugas padepokan mengantarkan tiga surat kepada mereka, dibukalah ketiga surat tersebut,

KARO SANTAMA : KELAS 1B PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ILMU PENGETAHUAN BANA

SEBA : KELAS 1G PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BELADIRI TANGAN KOSONG NAGNA

KASUNGKA : KELAS 1D PENDIDIKAN SENJATA BERAT DAN PERISAI RAKSA


AGHARTA Dunia Tanpa MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang