Prologue

395 95 63
                                    

Matahari nampak sangat bersinar terang seperti ikut bersuka ria menyambut hari baru yang yang telah tiba

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Matahari nampak sangat bersinar terang seperti ikut bersuka ria menyambut hari baru yang yang telah tiba.

Nampak seorang gadis dengan seragam sekolahnya tak lupa dengan bando ungu yang bertengger di rambut sebahunya yang tergerai indah. Gadis tersebut bernama Aruna.

Sedikit terdengar nafas memburu yang dihasilkan gadis cantik tersebut sembari menatap gerbang sekolahnya yang sudah tertutup rapat bahkan lingkungan sekolahnya saja pun sudah seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Ia menghela nafas panjang lalu berjalan melangkah kedinding beton pembatas belakang sekolah yang langsung terhubung dengan lingkungan belakang sekolah.

Ia terus melihat kearah tembok beton berwarna kuning pudar yang tingginya sudah melewati batas kepalanya lalu menatap ponselnya secara bergantian menatap lagi kearah tembok dengan tatapan campur aduk.

"Nunggu saya, Mbak?" ucap seseorang yang memunculkan kepalanya dari atas tembok dengan senyuman mengejeknya.

Dilihat dari perawakannya, cukup tampan, namun rambut dan seragamnya seperti sehabis berperang belum lagi senyum jahilnya yang sangat menyebalkan dimata Aruna.

"Lama banget, Ron!" ucap gadis tersebut dengan nada kesalnya.

Seseorang yang dipanggil Ron, oleh Aruna adalah Aaron.

"Gue nggak ditunggu?" ucap seseorang ikut memunculkan kepalanya disebelah Aaron.

Alis Aruna mengernyit sebentar.
"Lo bolos juga, Key?"

Seorang yang dipanggil Key tadi adalah Keyzo.

Bisa dilihat dari seragam rapi dan lengkapnya –berbanding terbalik dengan Aaron. Laki-laki yang satu ini rupanya siswa yang teladan dan rajin.

"Sejak kapan gue pernah bolos, Na?" Keyzo sedikit tertawa lalu turun kesisi aruna dengan sedikit melompat, terdengar sedikit eluhannya saat kakinya sedikit menyentak tanah saat sampai dibawah. Ia mulai berjongkok menghadap tembok.

Aruna yang sudah mengerti lalu naik kebahu Keyzo dengan perlahan dan penuh hati-hati.

Lalu Keyzo sedikit menaikan badannya agar Aruna bisa mencapai puncak dari tembok pembatas tersebut.

Dibantu dengan hati-hati pula oleh Aaron, akhirnya Aruna berhasil melewati tembok tersebut lalu berpijak kepada kursi panjang yang entah sejak kapan dan dari mana asalnya, untuk turun kedalam lingkungan sekolah.

Tak lupa Aaron kembali membantu Keyzo untuk memanjat dinding tersebut dengan sedikit eluhan yang keluar akibat beban menarik Keyzo yang berbeda jauh pada saat menarik Aruna.

Tahu akan berpijak disana, Aruna yang tadi ikut menyaksikan Keyzo yang sedang manjat tembok tersebut turun dari kursi yang ia pijak, sehingga tergantilah posisinya kini denga Keyzo.

Dirasa misi telah sukses dan berhasil, Aaron dan Keyzo turun lalu mengangkat kursi panjang tersebut kembali ketempatnya.

"Terus lo kenapa bisa ada disini?" tanya Aruna. Rupanya rasa penasaran yang tadi tertunda belum juga pergi dari fikirannya.

"Ya karena lo. Bego." sahut Aaron.

"Heh! bego-bego gini gue juga nggak pernah bolos kaya lo." sewot Aruna yang tak terima dengan Aaron yang pagi-pagi sudah menyematkan kata 'Bego' pada dirinya.

"Heh! biar tukang bolos gini gue juga nggak bego kaya lo." Aaron mengalah? Sangat tidak mungkin. Malah ia membalas dengan intonasi yang sama dengan Aruna.

"Udah. Lo berdua kalau mau ribut ntar aja deh jangan sekarang. Riweh kalau ketahuan." ucap keyzo dengan tatapan jengahnya.

"Kalian, mau kemana?!"

Aaron, Aruna, juga Keyzo mematung serentak mendengar suara tegas yang tak jauh dari mereka.

Pak Heru. Guru pengajar mata pelajaran paling membosankan di dunia, sejarah. Kini mulai mendekat ke arah tiga sekawan yang mulutnya sudah terbungkam.

"Untung saja ada nak Keyzo membantu saya mencari bocah-bocah bandel seperti kalian." 

Mereka bertiga reflek bertatapan satu sama lain dan di akhiri senyuman menyebalkan dari Keyzo.

"Memang tidak salah jika nak Keyzo
ini peringkat satu dikelas. Seharusnya kalian bisa mencotoh dia. Apalagi kamu, nak Aaron, peringkat lima mu itu masa hanya dijadikan pajangan saja. Padahal kalau kamu mau dan rajin belajar kamu mungkin bisa masuk tiga besar lho."

Aaron mengangguk patuh sembari melirik Keyzo yang sudah tersenyum bangga. Sungguh, benar-benar menyebalkan.

 Sungguh, benar-benar menyebalkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
𝐒𝐄𝐍𝐀𝐍𝐃𝐈𝐊𝐀Where stories live. Discover now