Tempat Persembunyian

66 5 1
                                    

Aku masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Memandangi kosong taman yang awalnya indah dengan kolam air di tengahnya, kini rusak karena gempa tadi. Suasana hening, aku dapat mendengar detak jantungku dan angin yang berhembus ke telingaku.

Tiba-tiba, mataku terbelalak dan mulutku ditutup oleh tangan Chiko. Chiko secara tiba-tiba menarik paksa aku ke belakang dan bersembunyi di belakang semak-semak tepat kami berdiri.

Kepalaku terbentur dengan pohon dan tubuhku terasa lemas.

"Eh!" aku memegangi kepalaku yang sakit beradu dahan pohon.

"Sshh!" Chiko dengan cepat menahan mulutku untuk berbicara.

Aku yang masih dalam keadaan setengah sadar dan setengah lagi tidak, duduk dan memerhatikan Chiko yang mengintip dari balik celah dedaunan kecil.

Kenapa dia mengajakku bersembunyi seperti ini?

Aku bertanya pada dia, "Kenapa.." Belum sempat aku melanjutkan perkataanku, dia langsung menutup mulutku dengan memegang muzzle hewanku ini.

Penasaran dengan apa yang ia lihat, aku langsung mencari posisi untuk mengintip ke luar juga.

Aku terkejut! Aku sedang melihat anthro ras rubah yang memakai atribut tentara sangat lengkap turun dari mobil tentara berwarna hitam. Suasana saat itu sangat hening. Aku dapat mendengar detak jantungku sendiri berdetak dengan cepat.

"Diem saja ya!" Chiko berbisik ke telingaku.

Aku tidak menjawab karena takut suaraku terlalu keras agar tidak mengundang mereka menuju ke persembunyian dadakan kami.

Seekor tentara mendekati ke arah kita bersembunyi!

Detak jantungku berdetak sangat cepat, takut mereka akan menuju tempat kami.

Kami bersembunyi di semak belukar yang lebat. Semak itu tumbuh tinggi dan rimbun, sehingga memberikan banyak tempat untuk bersembunyi. Namun, itu juga berarti bahwa kami tidak bisa melihat apa yang terjadi di luar.

Chiko memegang badanku dan mengarahkan ku agar duduk berhadapan dengannya. Chiko melihatku dengan tatapan mata yang takut.

Ia memandangiku beberapa saat lalu berkata, "Diem aja oke?" Lalu memegang kedua tangan hangat ku dengan erat. Dia menyadari bahwa aku dalam keadaan panik. Aku dibimbing Chiko untuk menghela nafas panjang agar tetap tenang dan sadar.

Setelah kurasa nyaman dan aman, aku kembali mengarahkan pandangan ke luar semak.

Para tentara itu terlihat mencari sesuatu. Mereka melihat ke tanah dan terlihat mencari benda yang terjatuh. Terlihat sangat penting bagi mereka sampai-sampai mereka berjalan jongkok untuk mencari apa yang para tentara itu inginkan.

Salah satu tentara mendekati ke arah tempat persembunyian kita.

Langkah kaki beratnya makin terasa dekat.

Rasa takut kembali menyerang habis-habisan. Aku menutup mataku dengan ekor yang melingkari ku.

Suaranya semakin dekat jaraknya hingga hitungan meter lagi.

Aku semakin takut dan tidak berani untuk membuka mata, tetapi Chiko memegang tanganku agar aku tenang dan memberikan jaminan bahwa kita akan baik-baik saja dengan tetap tidak membuat suara apapun.

"Diam dan tetap tenang. Aku berani menjamin kita berdua tetap hidup," ucapnya dengan suara berbisik pelan.

Suara tentara itu semakin dekat hingga jejak kakinya berhenti tepat di depan semak belukar yang kami diami. Aku tidak dapat merasakan diriku sendiri. Aku memberanikan diri untuk membuka mata dan melihat celah kecil dedaunan tersebut menyadari bahwa tentara itu ada di depan mata.

Sashiki.Where stories live. Discover now