Ras

120 12 2
                                    

Aku meraih baju dari lemari. Aku tahu bahwa memakai baju akan membuatku hangat, tapi aku juga khawatir akan terasa sesak karena bulu-bulu di tubuhku.

Saat akan memakai celana, aku kembali teringat pertanyaan aneh ku. Bagaimana cara memasukkan ekorku ke dalam celana? Aku mencoba menggerakkan pinggulku agar celana yang ingin ku pakai bisa masuk dengan pas.

"Akhirnya lega," gumamku sambil menepuk pahaku. Aku memastikan bahwa ekorku tidak terjepit dan dengan leluasa bergerak kesana-kemari.

Aku melirik ke belakang dan melihat ekorku yang kini bergerak bebas. Aku tersenyum dan melambaikan ekorku.

Tok tok tok tok.

Aku menoleh ke arah pintu. Siapa yang bertamu sepagi ini?

Aku berjalan keluar kamar dan membuka pintu. Ternyata Chiko yang datang.

"Hola, Ciki," sapa Chiko sambil memelukku.

Setelah Chiko melepaskan pelukan, aku terpaku menatapnya. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya.

Secara tidak sadar, aku meraih lengan Chiko dan mengelusnya.

Chiko terkejut dan menarik tangannya kembali.

"Ada apa, kenapa kamu pegang-pegang?" tanyanya.

"Kamu juga," jawabku.

"Ya memang kenapa? Aku kan memang ganteng." Chiko tersenyum manis.

Aku tersenyum juga. Aku mengakui bahwa Chiko memang ganteng.

Chiko sekarang memiliki tubuh yang proporsional dan langsing. Dia memiliki rupa yang sama denganku, hanya saja warna bulunya berbeda. Tubuhnya berbulu dominan berwarna kuning dan putih seperti rubah, dan memiliki telinga khas bangsa anjing berwarna hitam.

Heh!

Lamunanku seketika buyar.

"Bengong aja nih. Banyak hutang ya?" Kata Chiko.

Gedebukk!

Chiko secara aneh tiba-tiba mendorongku sampai terjatuh dan masuk kembali ke dalam rumah, lalu ia menutup pintunya rapat-rapat.

"Apaansih dorong-dorong aja, sakit tau!"

Aku kemudian duduk di lantai kayu rumah yang dingin dan aku saling tatap muka dengan Ciko.

"Eh kenapa?? Sakit?"

"Kamu nanya?" Sambil mencubit gemas lengannya.

"Ih! Dengerin aku dahulu sini, kamu itu bangsa canine."

"Terus aku harus apa?" Salah satu telingaku menurun kemudian mengernyitkan dahi.

"Kamu itu sama aku termasuk golongan spesial." Katanya sambil menyentuh hidungku.

*boop!

"Apasih pegang-pegang hidungku, kaya gak punya aja sih," Aku mencubit lengannya lagi "Hah? Maksudnya apa maksudnya kita spesial?"

"Pokoknya kita harus bersikap layaknya orang penting gitu. Okeh? Just follow what rule I gave." Ucapnya.

"Seperti cowok cool? Kalau pada kedinginan gimana?" tanyaku.

"Shutt." Chiko menutup mulutku dengan jarinya.

"Jangan banyak tanya, oke? Ikutin aku aja." Sambil menarikku bangun dari duduk.

Ya sudah aku ikutin aja apa mau dia.

Setelah ku keluar dari rumah, suasana di luar tampak seperti biasanya namun banyak keanehan yang kulihat. Aku terdiam sejenak sambil melihat suasana di sekitar, lalu aku berjalan perlahan-lahan dan ekorku yang melambai-lambai.

Sashiki.Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu