Perubahan

153 13 3
                                    

Pukul 1:15 dini hari.

Aku terbangun di kamar tidurku yang remang-remang. Badan ku terasa sangat lelah, Tapi aku juga merasa ada yang aneh. Aku berbaring di atas kasur yang kusut, masih mengenakan selimut yang terasa dingin.

Aku bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi yang hanya diterangi cahaya ponselku. Aku membuka pintu kamar mandi perlahan dan berdiri di depan cermin panjang.

Aku terkejut melihat apa yang kulihat di cermin. Wajahku pucat dan mataku merah. Aku merasa takut dan bingung. Apa yang terjadi padaku?


Aku terkejut saat melihat ke cermin. Aku memiliki ekor putih panjang yang berkibar-kibar di belakangku, dan tubuhku yang dulunya polos kini ditutupi oleh bulu putih halus. Telinga serigala yang tajam menjulang di atas kepalaku, rambut yang berwarna putih dengan sedikit warna hitam, dan mata biruku bersinar terang di bawah cahaya flash ponselku.

Aku membeku di tempat, tidak bisa berkata-kata. Aku menatap diriku sendiri dengan tatapan tak percaya, seperti melihat setan paling menyeramkan yang pernah kulihat. Apakah ini mimpi? Aku menggosok mataku, berharap ini hanyalah ilusi, tetapi ketika aku membuka mataku lagi, aku masih melihat diriku yang berubah menjadi rubah putih.

Aku mulai panik. Aku harus memastikan bahwa aku benar-benar sadar. Aku menampar pipiku dengan keras, dan rasa sakit yang menusuk menyadarkanku. Ini nyata. Aku benar-benar berubah menjadi serigala.


"Awww!!"

Sakit sekali! ternyata ini asli!

"Ada apa ini!!" Ku berteriak dikamar mandi

Menyadari hal ini secara saat aku menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan tubuhku, aku langsung berlari ke rak buku ibu. Aku meraih buku apa saja yang ada di depan mata, berharap menemukan jawaban di salah satunya.

Aku membuka buku demi buku, namun tidak ada satu pun yang membahas tentang kelainan yang aku alami. Setelah membuka sekitar 60 buku, aku menyerah. Aku memutuskan untuk mencari informasi di internet.


Aku membuka ponsel dan mulai mencari informasi tentang kelainan genetika. Aku mencari informasi tentang berbagai jenis kelainan, mulai dari yang paling umum hingga yang paling langka.

Semakin banyak aku membaca, semakin khawatir aku menjadi. Aku takut bahwa aku memiliki kelainan yang serius. Aku memutuskan untuk menemui dokter untuk mendapatkan diagnosis yang pasti.

Oops! Sinyal hilang di sini!

"Hp ini kenapa lagi sih!? Di saat seperti ini malah tidak bisa dipakai! Sialan!"

Aku duduk di ranjang empuk ini, tidak bisa berpikir apa-apa selain menatap layar ponsel yang hanya terasa sebagai kalkulator mahal.


Setelah 2 jam melamun dan hanya memainkan ekor baru, memeluk dan menjadikannya sebagai guling ku di kasur

Akhirnya ku bisa tenang dan tidak panik seperti tadi.

Apakah aku reinkarnasi dari seekor serigala putih?

Atau aku adalah rubah putih?

Aku masih tidak percaya dengan apa yang kulihat dan kurasakan. Aku membatin dalam hati, berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa ini semua hanya mimpi. Namun, saat aku menyentuh pipiku yang berbulu dan jari-jariku yang memiliki cakar kecil, aku tahu bahwa ini nyata.

Aku panik. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku akan menjelaskan perubahan tubuhku ini kepada orang lain? Aku tidak ingin mereka takut atau membenciku.

Aku menghela nafas dalam-dalam. Aku harus mencari tahu apa yang terjadi. Aku harus menemukan cara untuk mengubah diriku kembali.


Masih memandangi tangan ku yang agak menebal, paha yang halus, dan ekor besar yang bergerak kanan dan kiri

Tanganku yang agak menebal, pahaku yang halus, dan ekor besar ku yang bergerak ke sana kemari membuatku bosan. Aku berdiri dan meninggalkan kamar tidurku. Aku tidak peduli lagi apa yang mereka katakan tentang diriku. Toh, sekarang sudah malam, orang-orang pasti sudah tidur.

Aku berjalan keluar rumah dan menyusuri jalan setapak yang sepi. Aku menghirup udara malam yang segar dan merasakan angin berhembus di rambutku. Aku merasa bebas dan tidak terikat oleh apa pun.

Aku tersenyum. Aku tahu bahwa aku berbeda dari orang lain, tetapi aku tidak peduli. Aku akan menjalani hidupku sendiri dan tidak akan membiarkan orang lain menghalangiku.

"Haha, seperti di film saja."

Suasananya begitu gelap dan sunyi, mengingatkanku pada film masa kecilku yang bertema manusia serigala. Aku tersenyum kecil sambil mengingat adegan-adegan menyeramkan dalam film itu.

Aku kemudian melihat sekeliling dan membuka ponsel untuk mengirim pesan singkat ke Chiko, temanku yang ikut bersamaku. Namun, aku terkejut saat melihat layar ponselku yang kosong.

"Oh my goodness!" Aku berseru. "Sekarang aku harus bagaimana? Aku lupa kalau di sini tidak ada sinyal!"

Aku duduk di atas rerumputan pekarangan rumahku dengan tatapan kosong. Tiba-tiba, aku merasakan sesuatu bergerak-gerak di belakangku. Aku menoleh dan melihat ekor putih lebat ku yang bergerak-gerak ke kanan dan ke kiri.

Rasanya aneh dan tidak biasa. Aku belum pernah merasakan sensasi ini sebelumnya. Aku mencoba untuk mengendalikan ekorku, tetapi aku tidak bisa.

"Mungkin aku perlu beradaptasi dengan hal ini," kataku pada diri sendiri. "Ah, sudahlah, aku akan menikmatinya saja."

Selain ekorku yang bergerak-gerak, aku juga merasakan keseimbangan badanku yang sangat seimbang. Aku bisa berdiri dengan satu kaki dan tidak jatuh. Hal ini membuatku semakin penasaran dengan apa yang terjadi pada diriku.

Perasaan ragu dan takut menyelimuti diriku saat aku hendak membuktikan kemampuan keseimbangan baruku. Aku masih belum yakin apakah perubahan yang kurasakan adalah efek nyata atau hanya sugesti.

"Aku akan mencoba menjatuhkan diri ke tanah!" kataku pada diri sendiri. "Kalau aku bisa melakukannya dengan posisi tubuh yang stabil, maka itu berarti aku memang lebih seimbang."

Aku mulai berlari dari titik start, mataku tertuju pada batu yang menonjol di tanah sebagai target sandunganku. Aku berlari dengan kecepatan sedang, tidak terlalu cepat agar tidak kehilangan keseimbangan.

DUKKKK!!!!

Aku terjatuh dengan keras, kakiku menghantam batu dengan cukup menyakitkan. Namun, aku tidak jatuh dengan posisi tubuh yang buruk. Aku berhasil menahan diri dengan kedua tanganku, seperti sedang melakukan push up.

Aku tersenyum lega. Percobaan ku berhasil! Aku memang lebih seimbang sekarang.

Ekorku mengibas ke kanan dan kiri, mataku tertuju pada tanah di depanku. Aku membayangkan hidungku terluka karena tersungkur dan menghantam tanah, tetapi insting liar ku yang entah dari mana menyelamatkanku.

"Wow!" Aku tersenyum menyadari kemampuan baru yang kumiliki.

Tetapi kebahagiaanku tak berlangsung lama. Beberapa saat kemudian, aku merasakan sakit yang menusuk di kakiku. Aku teringat bahwa aku baru saja terjatuh dan kakiku menghantam batu.

"Ah, bodoh!" Aku meringis sambil memegangi jari kakiku yang tergores batu. Rasanya sakit sekali jika disentuh

☆☆☆☆

Sashiki.Where stories live. Discover now