Bagian 03 - 1

659 100 8
                                    

Now Playing | Juniel - Fool (Feat. Jung Yong Hwa)




💌💌💌




Kemarin, aku lupa. Aku dan Pak Rayyan berpisah tanpa tahu kontak yang harus dihubungi satu sama lain. Alhasil, aku jadi bingung bagaimana cara menemui Pak Rayyan. Di satu sisi, sebenarnya aku juga lega. Pak Rayyan tidak perlu ikut menanggung kerusakan kacamataku dan aku tidak lagi bertemu dengannya.

"Mau gue cariin kontaknya enggak, Ki'?" tawar Karina setelah aku selesai menceritakan detail kejadian kemarin.

Aku menoleh cepat. "Jangan! Dari awal, kan, gue nolak. Biar aja Pak Rayyan lupa. Gue enggak mau ketemu dia lagi."

Bukan takut, tapi aku tidak suka berhubungan dengan dosen di luar dari hal yang berkaitan dengan kuliah. Entahlah, rasanya tidak nyaman apalagi dosen laki-laki. Satu-satunya yang boleh cuma Bu Ratih, itu pun karena dia sepupuku.

Jasmine yang duduk di sebelah kiriku mencondongkan tubuhnya ke arahku. "Wae? (Kenapa?) Lo kok kayak takut gitu."

Aku menyandarkan punggung lalu mendongak menatap langit, cuacanya agak mendung jadi tidak begitu silau. "Bukan takut juga sih. Cuma ngerasa bersalah aja nabrak Pak Rayyan kemarin."

"Ki', lo tau enggak Pak Rayyan itu kayak gimana?"

Aku mengendikan bahu menanggapi pertanyaan Karina. Mana aku tahu, Pak Rayyan hanya kebagian mengajar di semester satu. Mata kuliah pengantar bisnis. Aku saja baru tahu kalau ada dosen bernama Pak Rayyan di Fakultas.

"Kata anak semester satu. Pak Rayyan itu serius dalam kelas, teman di luar kelas. Dia ramah banget sama mahasiswa," jelas Karina.

"Jadi, enggak usah takut chingu," timpal Jasmine yang langsung kubalas dengusan.

"Kan, gue udah bilang. Gue enggak takut cuma enggak mau aja memperpanjang masalah yang sebenarnya bisa gue selesain sendiri," aku menunjuk kacamata yang bertengger, "Gue udah punya kacamata baru. Selesai, kan?"

Jasmine dan Karina akhirnya mengangguk. Entah membenarkan apa yang barusan aku katakan atau pasrah dan tidak ingin melanjutkan perdebatan.

"Tapi, kalau lo tiba-tiba ketemu Pak Rayyan gimana?" tanya Jasmine.

Tanpa pikir panjang aku menjawab, "Gimana apanya? Paling juga dia udah lupa," lalu menoleh ke arah Jasmine.

Aku mengatakannya bukan tanpa alasan. Bayangkan saja profesinya sebagai dosen tidak mungkin cuma bertemu satu atau dua mahasiswa, belum lagi kalau Pak Rayyan punya pekerjaan lain yang mau tidak mau harus mempertemukannya dengan banyak orang.

Mengingat satu mahasiswa yang menabraknya bukanlah hal penting. Menurutku masih banyak hal penting yang mesti dia pikirkan hingga akhirnya lupa dengan kejadian kemarin.

Tapi memang itu yang aku inginkan.

"Ngomong-ngomong soal Pak Rayyan, lo pernah denger enggak kalau banyak mahasiswa bahkan sesama dosen yang naksir?" kata Jasmine dengan suara agak pelan. Seakan takut ada yang mendengar padahal jarak antara kursi panjang satu dengan yang lain cukup jauh.

"Wajar lah banyak yang naksir," ujar Karina acuh tak acuh.

Aku mengangguk setuju dengan perkataan Karina. Satu-satunya dosen laki-laki muda di fakultas cuma Pak Rayyan, ditambah fakta bahwa Pak Rayyan memang lumayan tampan menurutku. Kalau yang lain mungkin menilai Pak Rayyan di atas rata-rata.

"Kalau Pak Rayyan ngajar di kelas kita, mungkin gue juga bakal naksir karena terbiasa ketemu." Jasmine mendadak senyum malu-malu.

Karina mengangguk. "Mending lo selingkuh sama yang pasti-pasti aja. Haikal misalnya."

It's You, But Not YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang