Part 8

3.7K 125 0
                                    

Taman yang pernah menjadi saksi pertemuan mereka beberapa tahun lalu, dalam sebuah kecelakaan saat tak sengaja Gabriel menabrak Shilla yang sedang berjalan-jalan menghabiskan sorenya. Tempat Gabriel membawa Shilla saat ini.

Hari sudah menjelang malam, taman ini menjadi sangat sepi. Hanya ada Gabriel dan Shilla yang duduk di bangku taman dekat air mancur yang seakan menjadi objek utama dari taman ini. Lampu taman yang mulai menyala menambah kesan romantis di tempat sunyi ini.

Shilla masih saja diam sambil menatap kosong ke arah di hadapannya. Ia masih saja diliputi rasa bersalah pada Ify dan merutuki semua perbuatan bodohnya. Dan satu hal yang tak habis ia pikirkan sedari tadi adalah bagaimana cara Gabriel yang terus membelanya mati-matian, padahal jelas ia berada di posisi yang salah.

Ia menoleh ke samping kanannya, menatap Gabriel yang masih membungkuk dengan kedua sikunya ia tumpukan di atas pahanya, menatap ujung sneakersnya seakan ada sesuatu yang sangat menarik di sana. Setiap ukiran tegas di wajah tampannya sungguh mempesona, justru mengherankan jika tak ada orang yang mau berbagi kasih dengan laki-laki itu.

Sebuah butiran bening kembali mengalir dari mata indah milik Shilla. Perbuatannya bisa saja membuat Gabriel benar-benar pergi darinya, tapi ia tak melakukannya, hal yang justru membuat Shilla semakin merasa bersalah.

"Gab.. Gabriel.. maafin aku, aku nggak mau kamu marah sama aku." Ucap Shilla tak mampu lagi membendung tangisnya. Ia menyembunyikan wajahnya di balik telapak tangannya.

Sebuah reaksi yang tak pernah Shilla duga akan diberikan Gabriel padanya. Gabriel tak menjawab sepatah katapun, ia justru menarik tubuh Shilla dan memeluknya erat-erat.

"kamu pikir aku bisa marah sama kamu? Enggak, Shil.." bisik Gabriel tepat di sebelah telinga gadis cantik itu.

Mereka kembali diam. Gabriel membiarkan Shilla mendengar detakan jatungnya. Mencoba memberitahukan pada gadis itu bila ada namanya yang selalu disebut setiap kali jantung itu berdetak. Bukan sebuah kepalsuan atau permainan seperti yang biasa ia suguhkan kepada gadis-gadis lain.

"aku.. cinta kamu." Ucap Gabriel membulatkan tekatnya untuk segera mengungkapkan perasaannya.

Shilla melepaskan pelukan Gabriel tiba-tiba. Jujur ia tetap kaget dengan pengakuan Gabriel.

"kamu serius?" tanya Shilla meyakinkan.

Gabriel mengangkat dagu Shilla dan mengarahkan wajah cantik yang sebelumnya menunduk itu untuk menatapnya.

"aku yakin kamu bisa bedain kapan aku bohong dan enggak, silahkan kamu nilai sendiri." Gabriel memberi instruksi pada Shilla untuk membuktikan ucapannya dengan menatap matanya.

Dengan segenap keberanian yang telah dikumpulkannya, Shilla mencoba menatap dalam-dalam mata Gabriel, mencari sebuah kesungguhan dari sana, dan memang itu yang ia temukan. Gabriel sedang berkata jujur. Shilla tau persis jika bola mata gelap milik lelaki tampan itu tak akan bisa berhenti bergerak saat ia berbohong, namun saat ini mata itu terlihat tenang dan menatapnya dalam-dalam.

Perlahan Gabriel mencondongkan kepalanya ke kanan, mendekatkannya perlahan pada wajah Shilla, menghapuskan sedikit demi sedikit jarak yang memisahkan mereka. Jatung Gabriel berdetak semakin cepat setelah melihat wajah Shilla dalam jarak beberpa centi saja dari matanya. Ia memejamkan matanya, merasakan hembusan nafas Shilla yang makin memburu.

"maaf, Yel!" ucap Shilla tiba-tiba sambil memalingkan wajahnya.

Gabriel hanya menggaruk tengkuknya, canggung. Sepertinya ia lupa dengan siapa ia berhadapan sekarang. Shilla yang begitu polos.

"it's okay, I'm sorry." Balas Gabriel sambil tersenyum kikuk.

Shilla hanya menunduk menyembunyikan pipinya yang terasa sangat panas. Ia yakin saat ini kedua pipinya sudah berwarna sangat merah seperti tomat.

Song Of LoveWhere stories live. Discover now