Part 1

11.5K 304 5
                                    

Kabut tipis masih betah saja menyelimuti pagi kota Yogyakarta hari ini. Dedaunan dari berbagai macam pohon yang tumbuh subur di tepi koridor SMA Putra Buana masih ditenggeri rintikan air, mungkin embun dari pagi yang begitu dingin yang bercampur dengan sisa hujan semalam.

Burung-burung ikut bernyanyi riang mengikuti irama langkah gadis manis ini. Rambut ekor kudanya terus bergoyang ke kiri dan kanan mengikuti gerakan si pemilik. Senyum tipis yang terukir indah di bibirnya menandakan ia siap mengawali harinya. Menyambut segala hal baru yang akan datang.

"Ify!!!!" koar sebuah suara yang tak asing lagi untuk gadis itu. Suara yang selalu melafalkan namanya dengan nada khusus.

Gadis yang disapa Ify tadi mendengus pasrah. Tanpa niat ia berbalik menanggapi panggilannya.

"ada apa, bu?" tanya Ify yang nampak jelas ogah-ogahan.

"masih bisa tanya 'ada apa' kamu?"

Bu Mariam, guru Bimbingan Konseling kelas X yang selalu "perhatian" pada muridnya yang satu ini. Guru yang dalam beberapa bulan saja mampu membuat nama gadis ini terkenal seantero sekolah. Siapa yang tak kenal dengan Alyssa Saufika Umari? Gadis cantik, putri keluarga Umari, salah satu keluarga terpandang di kota ini.

"malu bertanya sesat di jalan, bu!" jawab Ify enteng.

"telinga kamu itu sudah tidak berfungsi lagi ya??"

"kalau sudah tidak berfungsi, saya tidak akan berdiri di sini melayani panggilan ibu!"

Sadar berdebat dengan murid yang secara tidak langsung sudah mengangkatnya menjadi manager pribadi ini, bu Mariam lebih memilih untuk mengutarakan maksudnya.

"di sekolah ini, SEMUA siswi harus memakai rok minimal di bawah lutut! Apa-apaan kamu ini pakai rok cuma sejengkal? Kurang bahan?"

"kalo panjang-panjang kenapa nggak pakai sarung sekalian, bu?"

"lama-lama alasan kamu semakin membuat saya emosi! Saya tidak mau tau besok kamu harus sudah berpakaian selayaknya!"

"iya bu.. iya!"

Sudah bosan mendengar khotbah bu Mariam, Ify kembali berjalan menuju kelasnya. Tetap tanpa beban.

Gadis yang spesial. Mungkin saat pertama kali kita mengenalnya ia terkesan angkuh, manja, dan sombong. Tak heran karena latar belakang keluarganya yang membuatnya mendapatkan segala hal yang ia inginkan menciptakan kepribadiannya menjadi seperti sekarang. Tetapi bukankah ada pepatah yang mengatakan 'dalamnya laut bisa diukur, namun dalamnya hati siapa tau?'

***

Beberapa buah seri komik Jepang  masih berceceran di atas meja yang ada di hadapan seorang laki-laki tampan yang kini sedang terhanyut oleh alunan musik dari i-Pod silver yang tersambung dengan headset putih ke telinganya. Mata sayunya tertutup rapat dari balik kaca mata tanpa frame yang membingkainya. Sebuah bola basket menjadi pijakan kaki kanannya.

Song Of LoveWhere stories live. Discover now