Part 4

4.6K 171 1
                                    

Gerakan dua pasang kaki itu menimbulkan riak-riak air di kolam renang. Berkali-kali suara tawa mereka pecah memecah hening yang tercipta sebelumnya. Ify dan Alvin masih sibuk bercanda melepaskan rindu mereka hingga hari kini sudah larut malam. Mengingat semua kenangan yang pernah mereka lewati sebagai sepasang sahabat sebelum Alvin melanjutkan sekolahnya ke Singapura dua setengah tahun lalu. Membicarakan hal-hal yang tidak bisa mereka utarakan di facebook atau e-mail, dan semua kata yang terbatas oleh 140 karakter maksimal di twitter, tempat mereka berkomunikasi selama ini.

"Fy.." panggil Alvin dengan nada serius.

Ify menatap Alvin seakan ingin bertanya ada apa.

"cinta gue ke elo... masih sama. Gue selalu cinta sama elo." Ucap Alvin sedikit ragu karena sebenarnya ia tak ingin merusak keceriaan ini. Namun perasaan yang sudah lama ditahannya itu juga terus mendesak meminta untuk diungkapkan.

"tapi perasaan gue ke elo juga masih sama, sebagai seorang sahabat, nggak lebih." Balas Ify pelan karena tak ingin menyinggung perasaan Alvin.

 "it's okay! But, I'll always wait for you."

Alvin tersenyum, menegaskan jika ia bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Seakan ucapannya sebelumnya adalah sebuah janji.

Ify hanya memaksakan seulas senyum terukir di bibirnya. Ia tau pasti bagaimana perasaan Alvin saat ini karena ia juga sedang mengalaminya dengan Rio. Namun di sisi lain ia tak bisa membalas perasaan Alvin karena memang cinta di hatinya tak tumbuh untuk Alvin, justru laki-laki lain yang mendapatkannya.

Mereka berdua diam larut dalam pikiran masing-masing. Hanya suara binatang malam yang terdengar dan menunjukan bahwa masih ada kehidupan di tempat itu.

 "gue perhatiin kok lo makin sipit ya, Pin? Jangan-jangan ini gue kabur lo nggak liat lagi?" canda Ify mencairkan suasana yang sempat membeku.

"sialan lo! Pan-Pin-Pan-Pin, lo kata gue Upin-Ipin? Alvin! Ve bukan Pe! Dari dulu juga mata gue segini, Ipi!"

"I-F-Y! eF bukan Pe, Alpin!"

Alvin dan Ify kembali asik bercanda. Mencoba mengabaikan pembicaraan mereka sebelumnya.

***

Hari Minggu pagi yang cerah. Burung-burung berkicau riang tanpa beban. Dinginnya embun yang belum juga mengering di telapak kakinya tak juga menghalangi langkah Ify yang begitu ringan mengitari taman yang berada tak jauh dari rumahnya.

Taman masih bergitu sepi, hanya ada satu-dua orang saja yang sedang berolahraga pagi atau hanya sekedar duduk menikmati udara yang masih begitu segar.

Mata indah Ify terpejam dengan kedua tangan yang ia rentangkan lebar-lebar. Menegaskan bahwa ia siap menghadapi apapun yang akan terjadi hari ini. Dihirupnya udara kuat-kuat untuk memenuhi seluruh rongga paru-parunya. Memenuhi seluruh tubuhnya dengan udara tanpa polusi dan kesesakan.

Setelah merasa lebih segar dari sebelumnya, Ify berlari kecil ke tepi danau buatan yang berada tepat di tengah taman. Segerombolan kecil burung gereja menyambutnya dengan tarian khas mereka. Seakan menunjukan itulah dunia mereka yang begitu sempurna tanpa jamahan tangan manusia yang tidak bertanggungjawab. Lagi-lagi Ify tersenyum kecil, ingin rasanya menjadi sebebas dan sebahagia burung-burung itu. Terbang jauh mengitari angkasa bersama kawanan yang selalu setia saling membantu, tanpa beban dan masalah.

Song Of LoveWhere stories live. Discover now