Jaemin mengukur panjang baju yang telah menjadi tali. Merasa masih kurang panjang, Jaemin kembali membongkar isi lemari dan mengambil beberapa pakaian lagi, namun sebelum itu kakinya terkatuk oleh kaki ranjang.

"Anjing sakit banget!"

Jeno menggeleng-geleng, ia menyadari sedari tadi ia ternyata menghayal sampai suara Jaemin menyadarkan dirinya. Jeno melihat Jaemin yang mengambil beberapa lembar pakaian dari lemari sambil menggerutu kesal.

Dan baru Jeno sadari ternyata kamar Jaemin sangat berantakan, pakaian yang berserakan dimana-mana, tas-tas, sepatu, dan beberapa pecahan kaca dari vas bunga. Firasat Jeno tidak enak.

"Na? Lo lagi ngapain?" Tanya Jeno sambil berjalan perlahan ke arah sang pemilik kamar yang tengah duduk di ranjang sambil mengikat baju-baju yang ia ambil dari lemari tadi.

"Diem. Gue lagi sibuk." Jawab Jaemin tanpa melihat ke arah Jeno.

"Nana gue–"

"Jangan manggil dengan sebutan itu, nama gue Jaemin!" Jaemin melirik tajam.

"J-jaemin, semua ini untuk apa?"

"Kalo Lo masih nanya, sebaiknya keluar dari kamar gue!" Jaemin muak di tanya-tanya terus.

Tak bisa! Jeno tidak akan tenang sebelum Jaemin menjawab pertanyaannya, karena sesungguhnya jiwanya tak tenang sekarang. Iaa takut jaemin membahayakan dirinya sendiri. "Jaem, Lo ga nyoba bunuh diri kan?"

"Mungkin" jawabnya asal.

Bola mata Jeno terbelalak mendengarnya. Dengan gerakan cepat ia menahan lengan Jaemin yang telah selesai mengikat baju yang terakhir.

"Apa sih lo!" Protes Jaemin, selain terkejut ia juga merasa sakit di genggam seperti ini.

"Gue ga akan biarin!"

"Kenapa sih Lo, selalu ikut campur! Lepasin gak?!"

"Gak! Gue ga mau Lo buat yang enggak-enggak." Jeno telah membayangkan apa yang tidak seharusnya di bayangkan. Dan dia tidak akan siap jika apa yang ia bayangkan terjadi di depan matanya.

"Lepasin! Lagian kenapa sih? Gue bukan Renjun yang bakal nyakitin diri dulu. Gue bakal langsung pergi selamanya tanpa buat drama."

Jeno menatap tajam ke kornea mata Jaemin. Matanya memerah menahan lelehan air mata yang ingin segera jatuh. "Lo ngomong apa sih, Na?"

"Udah dibilangin jangan sebut nama itu!"

Jeno menarik paksa tali yang terbuat dari baju yang terikat itu dari tangan Jaemin. Membuangnya jauh-jauh, dan menarik Jaemin ke pojokan kamarnya, mengukungnya dengan ke dua lengannya.

Jaemin menjadi takut, terlebih lagi melihat tatapan marah dari Jeno. Itu sangat menusuk hatinya. Ia tak bermaksud berkata seperti itu, ada hal yang ia tunggu dari bibir Jeno.

"Jeno jangan gini, gue takut." Jaemin menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Gue lebih takut!" Suara Jeno bergetar menahan diri untuk tidak menangis.

Rasanya waktu berhenti sejenak, Jaemin memberanikan diri untuk menatap wajah orang yang ada di hadapannya ini.

Jeno marah, kesal, sedih. Terlihat bagaimana alisnya yang menukik tajam, namun sorot matanya yang membendung sebuah kesedihan di sana. Tidak terlewatkan juga bibir Jeno yang gemetar.

Malaikat Ayah [REVISI]Where stories live. Discover now