BAB XXXVI "Ngidam Seblak"

Mulai dari awal
                                    

"Emang kak Vano mau pergi ke mana sih? Sebentar doang, masak nggak bisa. Setelah itu terserah deh kalau kak Vano mau pergi."

Bukannya menjawab kak Vano malah sibuk bercermin. Membuatku kesal. Segitu pentingnya ya Bella. Sampai ajakanku saja di tolak olehnya.

Dia terus mengabaikanku. Bahkan alasan anak yang sedang aku kandung pun sepertinya tidak ngefek lagi untuknya. Akhirnya aku pun memilih keluar dari kamar dengan wajah yang cemberut.

***

Waktu menunjukkan pukul 3 siang. Sehabis sholat ashar aku kembali bermain dengan ponselku. Melanjutkan drama korea yang tadi aku tonton. Sejak kak Vano pergi hingga saat ini mungkin aku sudah menonton 4 episode.

Kebetulan mama dan papa mertuaku sedang pergi keluar. Jadi tidak akan ada yang menegurku walaupun aku seharian di kamar. Sebenarnya Mama dan papa tadi sempat mengajakku untuk ikut dengan mereka. Tapi aku menolaknya. Mood ku sedang tidak baik gara-gara kejadian tadi pagi. Gara-gara kak Vano yang menolak ajakanku. Rasanya moodku benar-benar hancur. Solusinya adalah dengan menonton drama korea favoritku. Biar bisa cengar-cengir.

Lagi asyik-asyiknya menonton, tiba-tiba baterai ponselku habis. Lalu aku mengisi dayanya biar penuh lagi. Lagian mataku juga sudah mulai lelah. Butuh istirahat. Aku pun lalu pergi ke alam mimpi.

Aku terbangun saat seseorang membangunkanku. Saat ku buka mata kulihat kak Vano ada di hadapanku. Masih menggunakan baju yang sama seperti tadi pagi.

"Jam berapa sekarang kak?" tanyaku masih setengah sadar.

"Jam 6 lebih seperempat." jawabnya.

"Ya ampun aku ketiduran. Aku belum sholat maghrib lagi." Aku bergegas bangun dari tempat tidur. "Kak Vano kenapa baru bangunin sih?" Omelku pada kak Vano. Aku mencari ikat rambut di meja rias dan lalu mengucir rambutku yang panjang ini.

"Aku baru dateng Risa. Lagian kamu maghrib-maghrib tidur. Pasti belum mandi ya."

Aku hanya tersenyum mendengar pernyataan kak Vano untukku. Padahal tadi niatnya cuma mau tidur sebentar. Tapi ini malah kelamaan jatuhnya.

"Ya udah kamu sholat maghrib dulu. Habis itu mandi. Siap-siap." katanya.

"Siap-siap? Mau ke mana emang?"

"Katanya mau beli seblak? Nggak jadi? Ya udah nggak apa-apa kalau nggak jadi."

"Eh iya iya jadi kak. Tapi ngomong-ngomong kak Vano emang udah mandi?"

"Aku bisa mandi nanti setelah beli seblak."

"Oh oke. Ya udah aku mandi dulu. Tungguin."

"Sholat maghrib dulu. Keburu waktunya habis ntar."

"Iya iya. Maksudnya sholat maghrib kak." Aku berhambur keluar kamar untuk mengambil air wudhu.

***

"Kak Vano beneran nggak mau seblak?" tanyaku saat seblak pesananku sudah datang. Kak Vano tidak memesan apa-apa. Hanya memesan air mineral saja.

"Aku nggak suka sama seblak." jawabnya.

"Cobain deh kak. Enak tahu. Kak Vano pasti nanti ketagihan deh." Aku menawarkan lagi seblaknya pada kak Vano. Namun lagi-lagi kak Vano masih tetap menolaknya.

"Ayolah kak. Cobain sesendok aja. Udah pegel ini tangan aku." kataku menyodorkan sesendok seblak untuk kak Vano.

"Kak." Aku memasang wajah yang memelas. Hingga di detik berikutnya kak Vano akhirnya memakan juga seblak yang aku suapin ke dia.

"Gimana kak? Enak kan?" Aku kembali bertanya.

"Enggak." jawabnya lalu kembali fokus ke ponselnya lagi.

Jawaban yang sangat menyebalkan. Dia bilang enggak dengan wajah dinginnya. Super nyebelin. Padahal dulu saja Daffa suka banget makan seblak. Sekali nyoba langsung ketagihan. Memang ya selera orang beda-beda.

Aku heran setiap kali pergi sama aku, kak Vano selalu sibuk dengan ponselnya. Apa dia sedang berbalas pesan dengan Bella? Memangnya seharian sudah ketemu masih belum cukup. Kalau kayak gini berasa kayak pergi sendiri.

"Kak Vano tadi pergi ke mana?" tanyaku memulai percakapan.

"Kamu nggak perlu tahu ke mana aku pergi." jawabnya.

"Janjian sama Bella?"

Ponselnya tiba-tiba berbunyi, mengabaikan pertanyaanku untuknya.

"Telepon dari siapa kak?" tanyaku setelah kak Vano selesai bertelepon.

"Dari Mama. Mama nanyain kita ke mana?" jawab kak Vano.

"Mama sama papa udah pulang?"

"Udah. Kamu tadi kenapa nggak ikut mama sama papa ke rumah tante Rosa dan Om Samuel. Daripada di rumah sendirian?"

"Lagi males. Lagi kesel juga sama kak Vano. Diajakin makan seblak nggak mau."

"Itu kamu udah makan seblak."

"Ya kan tadi keselnya."

***

Selasa, 01 November 2022

Jodoh Pilihanmu, "Dia Yang Terbaik" (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang