29. Acceptance

117 11 1
                                    

Stila sedang bersiap di kamarnya, hari ini ia dan Dama akan jalan-jalan ke daerah Pantai Indah Kapuk sambil menikmati senja. Ini adalah kali pertama mereka benar-benar berkencan di tempat umum yang mereka tau bahwa di akhir pekan seperti ini pasti ramai pengunjung, sejak hubungan mereka diketahui banyak orang. Stila terus-terusan meyakinkan dirinya bahwa ia bisa melakukan ini kalau bersama Dama, meskipun Dama berulang kali menanyakan keyakinan Stila saat ia diajak pergi ke PIK oleh Stila minggu lalu.

"Kamu yakin mau kesana? Pasti bakal rame loh" tanya Dama pada Stila saat menemuinya di cafe kantor Stila.
"Sebenernya akhir-akhir ini aku jadi agak takut mau jalan sendirian ke tempat umum, bahkan sekedar ke supermarket. Mungkin cuman kekhawatiranku aja yang berlebihan. Makanya besok aku mau lihat reaksi sebenernya orang-orang gimana, buat mastiin kalau aku emang cuman terlalu khawatir sendiri aja" jawab Stila.
"Jadi kamu udah bener-bener yakin?" Tanya Dama lagi, ingin betul-betul memastikan ajakan Stila.
"Aku yakin, selama sama kamu"
"Kalau kamu emang sekhawatir itu, aku bisa nemenin kamu kemanapun kamu mau pergi kok"
"Kamu nggak sekalian jadi bodyguard aku aja?"
"Hm, boleh juga. Asal bayarannya cocok. Hahaha".

Dan datanglah hari ini, hari dimana mereka akan berkencan di tempat ramai. Dama akan menjemput Stila lima belas menit lagi. Stila memeriksa riasannya di kaca, setelah merasa cukup ia lalu mengganti pakaiannya dengan kaus knit putih lengan pendek berkerah V dan celana blue jeans. Rambutnya digerai dengan sentuhan curly diujungnya. Ia memeriksa penampilannya sekali lagi di depan kaca lalu mengambil tas jinjingnya dan meninggalkan kamarnya. Dama menelepon untuk mengabarkan kalau dia sudah sampai di parkiran dan Stila bergegas memakai sepatunya lalu turun untuk menemui kekasihnya itu.

Stila memasuki mobil Dama yang terparkir tak jauh dari pintu lobby apartemennya, lalu mereka sama-sama terdiam menyadari pakaian mereka yang berwarna sama. Pasalnya, Dama juga mengenakan kaus oversize putih dan celana blue jeans, bedanya hanya Dama yang mengenakan topi hitam dan sepatu hitam, sedangkan Stila tak bertopi dan sepatunya berwarna putih. Mereka menertawakan kesamaan pakaian mereka yang tanpa disengaja itu.
"Aku ganti atasan dulu deh" ujar Stila bersiap membuka pintu mobil saat lengannya ditahan oleh Dama.
"Kenapa? Kamu malu samaan sama aku?" Tanya Dama tak ingin Stila mengganti pakaiannya. Pasalnya Stila terlihat sangat cantik dengan atasannya yang menunjukkan leher jenjangnya itu.
"Ih, nanti kita dikira lebay tau kalau pakai couple-an gini"
"Ya emang bener kita couple, kan? Coba deh kamu belajar nggak terlalu mikirin omongan orang lain yang nggak ada hubungannya sama hidup kamu. Lagian ini berarti kita emang jodoh, bisa sehati gini coba" gurau Dama. Stila menurut, lalu Dama mulai memacu mobilnya.

-••-

Setelah satu jam perjalanan yang dipenuhi dengan obrolan-obrolan ringan dan menyanyikan beberapa lagu yang diputar radio, mereka sampai juga di tujuan. Parkiran mobil tampak mulai penuh, Dama cukup kesulitan menemukan tempat parkir untuk mobilnya. Setelah lima belas menit mengelilingi area parkir akhirnya Dama bisa memarkirkan mobilnya walau jaraknya cukup jauh dengan pintu masuk.
"Jadi mau turun?" Tanya Dama memastikan Stila untuk kesekian kalinya lagi.
"Yap" jawab Stila bersiap untuk turun dari mobil.
Mereka memutuskan untuk berjalan-jalan di venue yang berada dipinggiran pantai karena sudah mulai senja, mengingat mereka baru berangkat jam empat sore setelah Dama selesai syuting. Sepanjang jalan, Dama menggandeng tangan Stila. Walaupun Stila agak merasa malu, tapi ia merasa lebih tenang dan nyaman dalam genggaman tangan Dama, membuat Stila membiarkan Dama terus menggandengnya. Sepanjang jalan itu juga, setiap kali mereka berpapasan dengan orang-orang maka sebagian besar akan menoleh ke arah mereka, beberapa hanya melirik, beberapa sambil menujuk, dan beberapa lagi sambil berbisik dengan orang di sebelahnya.
"Kamu cantik tuh, makanya pada ngeliatin" ujar Dama mencoba menghibur Stila agar tetap merasa nyaman. Stila terkekeh dibuatnya.
Tak lama sampai akhirnya beberapa orang yang menyadari kehadiran Dama meminta foto bersama. Stila hendak melepaskan tangan Dama untuk membiarkannya berfoto dengan fansnya, tapi Dama makin mengeratkan genggamannya lalu bertanya pada fansnya, "fotonya sama pacar saya nggak apa-apa ya?", membuat Stila sedikit terkejut. Hampir saja Stila menolak ajakan itu saat fansnya berkata tak keberatan jika ia harus ikut berfoto dengan wajah senang.
"Kakak ternyata aslinya lebih cantik deh" ujar gadis belia yang barusan berfoto dengannya dan Dama, membuat Stila sedikit terkejut dengan ucapannya itu lalu mengucapkan terima kasih. Dama melirik bangga pada kekasihnya itu.
Dan begitulah Dama selalu meminta agar pacarnya bisa ikut berfoto setiap kali ada yang mengajaknya berfoto bersama. Selama itu pula Stila beberapa kali mendapatkan pujian dari fans Dama, namun yang paling membuatnya senang adalah ungkapan kalau mereka berdua cocok satu sama lain, membuat Stila merasa bahwa dirinya sudah diterima dan diakui.

Matahari sudah mulai terbenam. Setelah puas jalan-jalan dan mengambil foto, Dama mengajak Stila menuju salah satu cafe yang menyediakan menu pastry. Situasi cafe cukup ramai. Beberapa orang tampak sudah mengisi sebagian kursi cafe, beberapa lagi hanya datang untuk take-away. Dama dan Stila langsung memilih tempat duduk mereka di bagian dalam cafe lalu memesan beberapa croissandwich, dessert dan kopi.
"Gimana? Nggak kapok kan?" Tanya Dama.
"Hm, enggak sih. Asal jangan sering-sering aja, hehehe" jawab Stila.
"Kamu tau kan, aku beneran nggak masalah kita ketemuan di rumah aja, nggak kemana-mana juga enggak apa-apa. Yang penting kamu happy. Daripada maksain keluar tapi kamunya nggak nyaman dan nggak happy pergi sama aku"
"Aku happy kok, Dam. Cuman perlu ngebiasain aja"
"Jadi, gimana menurut kamu soal reaksi orang-orang yang pengin kamu tau itu?"
"Yah, meskipun rasanya nggak nyaman diliatin sambil bisik-bisik gitu, tapi beberapa ada yang kayaknya bisa nerima hubungan kita sih. Kalau menurut kamu gimana?"
"Sebenernya kalau aku emang dari dulu nggak begitu meduliin kata orang yang nggak ngasih manfaat ke hidupku sih. Dan setelah aku masuk ke industri ini justru itu ngebantu aku untuk nggak gampang terpengaruh sama banyak hal. Kecuali kalau sama fans, ya pasti aku dengerin, aku hargain walau tetep aja nggak semuanya aku terima dan lakuin. Hidupku ya aku yang ngatur dan jalanin. Apalagi kalau udah masalah privasi"
"Pelan-pelan ya. Nanti pasti aku akan terbiasa kok buat nggak terlalu mikirin tanggapan orang"
"Bisa nggak, kalau kamu cuman mikirin aku aja? Gimana kalau nanti aku cemburu karena kamu mikirin orang lain?"
"Ish. Apaan sih kamu?!"
"Hahaha"
"Hahaha"

-••-

Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Mereka sudah berada di rumah Stila. Mengakhiri pertemuan mereka akhir pekan itu, Dama menginap di rumah Stila.
"Kamu nggak mandi?" Tanya Stila seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil setelah mandi, menghampiri Dama yang asyik memperhatikan layar ponselnya.
"Kamu lebih suka yang mana?" Tanya Dama balik sambil menunjukkan beberapa foto mereka tadi di ponselnya, tak menghiraukan pertanyaan Stila.
Stila ikut memperhatikan foto-foto di hp Dama satu persatu dan menunjuk satu foto siluet dirinya yang hanya tampak dari samping dengan view senja, walaupun begitu senyum lebar dan aura bahagianya tetap terlihat.
"Iya, aku juga suka ini. Kamu kelihatan happy" ujar Dama menyetujui pilihan Stila.
"Aku emang happy, kan" jawab Stila.
"Wah, aku jago juga ya ngefoto" gurau Dama, membuat Stila geleng-geleng sambil terkekeh.
"Aku boleh post foto ini nggak?" Tanya Dama.
"Kenapa nggak foto berdua aja?" Tanya Stila balik setelah berfikir sejenak, menimbang permintaan Dama.
"Kan tadi kita foto barengnya pake kamera depan. Nggak ada yang viewnya bagus sih. Tapi kalau kamu nggak mau juga enggak apa-apa".
Stila beranjak ke kamarnya tanpa menjawab Dama, lalu tak lama keluar dengan handuk bersih di tangannya dan melemparkannya perlahan pada Dama.
"Mandi dulu, baru boleh nge-post" ujarnya.
"Serius?" Tanya Dama lagi penuh semangat, membuat Stila tertawa, tak percaya hal seperti itu saja bisa membuat kekasihnya senang bukan main. Dama bergegas masuk ke kamar mandi, sedangkan Stila memasak mi instan cup yang tadi mereka beli di minimarket.

Tak lama Dama keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan celana pendek dan tanpa kaus, lalu menghampiri Stila yang sedang mengaduk mi instan di meja makan, dan memeluknya dari belakang.
"Serius nih boleh di post fotonya?" Tanya Dama lagi. Stila membalikkan badannya menghadap Dama, mengalungkan tangannya pada leher Dama.
"Serius. Biar orang-orang tau kalau kamu punyaku" jawab Stila, menyembulkan senyum di bibir Dama yang lalu mengecup bibir Stila. Stila membalas kecupannya yang semakin lama semakin dalam. Tangannya yang tadi bersandar di pundak Dama perlahan turun ke dadanya yang tak tertutup sehelaipun kain dan masih sedikit dingin setelah mandi, menyentuhnya lembut hingga ke punggungnya. Sementara tangan kanan Dama merengkuh tungkuk Stila, dan tangan kirinya diam-diam memindahkan dua cup mie di belakang Stila ke ujung meja, lalu mengangkat tubuh Stila dan mendudukkannya diatas meja. Nafas mereka berpacu. Dan saat mereka mulai kehabisan nafas, masing-masing menarik perlahan bibirnya, saling bersandar dahi dan saling menatap mata pasangannya, menyadari betapa saling mencintanya mereka, betapa mereka saling mengingini satu sama lain.

Celebrity Crush [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang