25. Percaya

111 12 0
                                    

Sepanjang sisa perjalanan kembali dari Jogja, Stila tidak banyak bicara. Ia hanya menjawab Niken seadanya saat ditanya dan memilih untuk memejamkan matanya yang sebenarnya tidak mengantuk. Ia masih berkelut dalam pikirannya. Sebenarnya ia tau bahwa Dama tidak sedekat itu dengan Catherine, hanya saja ia tak bisa menerima fakta bahwa kini ia harus menyesuaikan dirinya dengan dunia Dama yang penuh dengan perhatian banyak orang. Ia tak tau sejauh mana reaksi orang-orang terhadap postingan Dama dan Catherine, terlebih lagi nanti saat filmnya sudah ditayangkan, lalu apa dia sanggup menahan semua reaksi itu untuk dirinya sendiri. Bukan tak percaya pada Dama, ia lebih tak percaya pada dirinya sendiri.

Dama dan Veri sudah sampai di stasiun untuk menjemput kekasih mereka. Niken langsung pulang dengan Veri, begitupun Dama yang mengantarkan Stila ke apartemennya. Sepanjang perjalanan pulang pun, Stila tak banyak berbicara. Dia beralasan lelah dan ingin tidur lalu meminta Dama membangunkannya saat sudah sampai. Dan saat Stila menolak saat Dama ingin menemaninya malam ini, Dama tau ada yang salah, dia tau apa penyebabnya.

Hingga keesokan harinya dan hari-hari setelahnya, Stila masih belum kembali ke dirinya yang seperti biasa. Masih lebih diam dari biasanya, lebih acuh dari biasanya, dan masih tak menghiraukan Dama. Hati dan pikirannya masih belum berdamai, justru semakin berkelut. Dia merasa perlu bicara dengan Dama, tapi disaat bersamaan juga merasa tak siap karena ia khawatir emosinya tak dapat terjaga. Stila mengerti bahwa dunia Dama memang berbeda darinya, tapi Stila juga sangat mengerti bahwa ia kesulitan menyesuaikan dirinya dengan dunia Dama. Dan hal yang paling menyulitkannya adalah fakta bahwa ia tak mau kehilangan Dama lagi, tapi ia juga ragu seberapa jauh ia dapat bertahan.

-••-

Sepulang syuting, Dama ikut Veri pulang ke rumahnya. Ia perlu bertemu dengan Niken untuk meluruskan hal yang akhir-akhir ini mengganggu fikirannya. Niken sedang bersantai di sofa sambil menonton TV saat Dama dan suaminya tiba. Setelah berbasa-basi sambil menikmati martabak manis yang dibeli Veri, Dama melangsungkan pertanyaannya pada Niken.
"Kemarin di Jogja, Stila ada ngomong sesuatu nggak ke lo? Tepatnya sih setelah postingan terakhir gue di IG" tanyanya.
"Oh, jadi lo tau ya penyebab Stila jadi kayak begitu?"
"Gue nggak se-enggak peka-an itu lah, Ken"
"Pas gue ngasih tunjuk dia postingan lo sih, dia bilang kalian udah sempet ngobrolin itu. Dan setelah itu dia udah mulai banyak diem. Tapi, lo tau kan kalau Stila pasti keganggu sama postingan lo?, meskipun udah kalian obrolin. Lo pikir karena Stila cemburu sama lo? Kalaupun iya sih, cemburunya tuh cuman sedikit, karena dia cinta sama lo. Lo tau alasan terbesarnya tuh sebenernya apa? Dia itu lagi mempelajari dunia lo yang penuh perhatian banyak orang tapi dia merasa nggak bisa nyesuai-in dirinya sama dunia lo itu. Dia insecure, karena orang-orang banyak yang dukung hubungan lo sama Cath. Dia merasa invisible dalam hubungan kalian" jelas Niken panjang lebar. Dama akhirnya mendapat titik terang dari kekalutannya. Selain alasan itu memang masuk akal, tentu saja dia percaya karena Niken memang sangat dekat dengan Stila. Tanpa Stila beritahu pun, Niken sudah bisa tau sendiri.
"Lo harus omongin ini sama Stila, Dam. Buat dia ngerti. Sebelum makin parah kalau lo udah mulai promosi film nanti, karena gimmick lo sama Cath bakal lebih kuat" kali ini Veri yang memberi saran.
"Oke. Thanks ya, kalian" ujar Dama berterima kasih atas saran teman-temannya.

-••-

Stila baru saja sampai di parkiran apartemennya setelah menerabas kemacetan Jakarta di Jumat malam yang diguyur hujan sejak sore hari tadi. Ia langsung memasuki lift menuju unitnya. Begitu lift terbuka, matanya langsung menemukan sosok lelaki yang sedang sangat ingin ia temui beberapa hari terakhir ini, berdiri menyandar di pintu rumahnya. Saat melihatnya, Stila baru menyadari bahwa ia merindukan lelakinya itu. Rasa lelahnya selama seminggu terakhir ini sepertinya bisa hilang hanya dengan memeluknya. Stila berjalan sambil merasakan pelupuk matanya yang mulai hangat, air matanya seperti sudah mendesak keluar.
"Hai" sapa Dama. Stila membuka pintu rumahnya lalu mempersilahkan Dama masuk.
"Can I have a hug?" Tanya Stila setelah keduanya melepaskan sepatu. Dama langsung memeluk Stila, pelukan yang hangat dan penuh. Stila menangis dalam pelukannya. Dama ingat kalau Stila tak suka dilihat saat menangis, jadi ia hanya menepuk-nepuk punggung Stila sambil mengelus kepalanya dengan tangannya yang lain. Benar saja, Stila merasa jauh lebih lega setelah menangis dalam pelukan kekasinya itu.
"Aku minta maaf" ujar Stila setelah tangisnya mereda, masih sambil memeluk Dama.
"Aku juga minta maaf. Harusnya aku tau kalau kamu mungkin nggak bisa nerima duniaku semudah itu. Aku tau ini pasti sulit buat kamu. Aku minta maaf" kata Dama. Setelah itu Stila menceritakan isi hati dan kepalanya yang selama ini ia simpan sendiri, membuat Dama mengonfirmasi kebenaran informasi Niken hari itu.
"Jujur, aku juga bingung harus ambil langkah apa. Aku takut egois kalau minta kamu ngertiin pekerjaan aku. Tapi disaat yang bersamaan juga aku nggak bisa nggak ngelakuin ini. Apalagi nanti kalau udah promosi film. Karena reaksi orang-orang sama foto di IG positif, produser dan tim minta aku sama Cath buat nerusin image itu nanti saat promosi. Dan itu mungkin akan lebih berat lagi buat kamu" jelas Dama.
"Iya, aku tau. Aku juga nggak berhak nyalahin kamu, Dam. Aku aja yang nggak kuat mental dan malah ngebebanin diriku sendiri"
"Maaf ya, aku udah bikin kamu susah dan sedih sendirian. Aku nggak bisa ada terus buat kamu" ucap Dama seraya menggenggam tangan Stila.
Keduanya terdiam, tapi sama-sama merasa lega dengan adanya pembicaraan ini.
"Ternyata, kita cuman perlu saling komunikasi ya. Aku ngerasa seminggu ini kalut banget. Di rumah sendirian, aku overthinking. Di kantor pun, aku harus denger omongan orang-orang soal kamu dan Cath. Rasanya kayak dunia ini mendukung banget bikin aku murung, dan mikir kalau nggak ketemu kamu adalah pilihan paling bener. Ternyata setelah ketemu kamu, ngobrol kayak gini, semuanya jadi lebih baik, jauh lebih baik" ucap Stila.
Dama membenarkan duduknya menghadap Stila.
"Kamu, bisa nggak percaya aja sama aku? Percaya kalau ini cuman pekerjaan yang harus aku lakuin. Percaya kalau aku nggak akan macem-macem diluar sana. Percaya kalau hati aku cuman buat kamu. Percaya kalau kita bisa lewatin ini sama-sama, dan suatu saat orang-orang juga akan nerima hubungan kita." Ujar Dama. Stila tersenyum dan mengangguk, lalu larut dalam pelukan Dama.

Celebrity Crush [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang