Jalan keluar!

644 124 6
                                    

(Name) tidak akan mengira jika menjadi perempuan itu akan sangat melelahkan. Mari sejenak kita beri tepuk tangan untuk semua perempuan.

Salah satu beban yang menurut (Name) berat adalah payudara. Harus selalu menahan beban dari payudara itu sangat melelahkan! Apalagi ketika berlari! Dan ia juga tidak suka mengenakan bra, itu sangat tidak nyaman bagi (Name).

(Name) tidak menyangka para perempuan mampu menahan beban seperti ini layaknya tidak ada kesusahan sama sekali. Bagaimana dengan Yaoyorozu dengan ukuran yang agak anu, ya?

"Sabar (Name)... Baru juga 3 hari..."

Tapi setidaknya kamar (Name) agak sunyi semenjak (Baby Name) tidak ada. Entah apa yang terjadi pada bayi itu, yah (Name) juga tidak terlalu peduli.

"Udah 3 hari juga abang gak ke sini, kenapa ya?"

"Tapi ada kakak kok!"

"Hah?!"

(Name) melihat ke arah pintu, dan terdapat Rumi yang sedang berdiri tegap sembari tersenyum lebar. (Name) yang kegirangan langsung meloncat dari kasur dan memeluk Rumi.

"Kak Rumi!! Sudah lama kita gak ketemu! Aku kangen banget huaa!!" rengek (Name).

"Hahaha! Dan apa ini? Ketika aku berkunjung malah dapat adik perempuan?! Kemana perginya adik laki-laki ku yang manis?" goda Rumi.

"Kak, ayolah!"

"Bercanda~ aku hanya bercanda haha~"

Setelah itu Rumi dan (Name) berbaring bersama di kasur. Saat (Name) menjadi laki-laki tentu saja hal ini tak pernah dilakukan oleh mereka berdua terkecuali saat (Name) masih kecil.

(Name) dengan antusias menceritakan apa yang selama ini telah menimpa dirinya, dan bagaimana Keigo memberikan beban pikiran yang sangat besar bagi (Name).

Pokoknya, hari ini adalah sesi curahan hati (Name) yang selama ini terpendam.

Dan Rumi mendengarkan curhatan (Name) dengan rasa antusias yang sama, tapi Rumi lebih sering memaki Keigo dari pada memberikan saran yang lebih bermutu.

"Unggas sialan itu...! Berani-beraninya dia membuat adik tersayangku menderita! Akan ku cabik-cabik dia sampai mampus nanti!"  gerutu Rumi.

(Name) hanya tertawa kecil melihat respon dari Rumi. Setidaknya hal ini membuat (Name) merasa sedikit lebih lega.

"Oh, ya. Omong-omong ada apa kak Rumi datang kemari?" tanya (Name).

"Gak boleh emang?" tanya balik Rumi dengan nada yang sedikit sedih.

"Bukan gitu! Maksudnya kak Rumi datang kesini ada tujuan lain gak?"

Rumi tersenyum dan mengacak-acak rambut (Name), lalu ia berkata. "Aku datang untuk mengajak mu mencari obat yang dapat mengubah dirimu menjadi laki-laki lagi."

(Name) diam sejenak setelah mendengar perkataan Rumi. Lalu matanya berkilau, ia dengan cepat memeluk erat Rumi.

"Kak Rumi gak boong kan?! Itu beneran kan?!"

"Emang kapan kak Rumi bohong sama kamu?"

Rumi membalas pelukan (Name) dengan lembut. Walau sebenarnya (Name) itu bukan siapa-siapanya Rumi, namun ia rela melakukan segalanya untuk (Name).

Pelet (Name) sepertinya sangat kuat. Kalian para readers jika mau melet mas crush harus berguru dulu sama (Name) sih.

•••

Setelah mendapat izin dari sekolah, (Name) dan Rumi pun pergi mencari 'obat' yang akan membuat (Name) kembali normal.

(Name) bingung darimana Rumi mendapatkan info tentang 'obat' itu? Dan ketika ia bertanya pada Rumi, ia hanya mendapatkan senyuman sebagai balasan.

Abang Takami! (Male Reader)Where stories live. Discover now