Part 33

643 96 1
                                    

Harvey terduduk cukup lama di sofa ruang keluarganya. Sibuk berpikir hingga ia tidak menyadari, waktu sudah lama berlalu. Dengan enggan akhirnya, Harvey beranjak berdiri. Berjalan keluar dari ruangan dan saat itulah, ia tidak sengaja bertemu dengan Bu Tina.

"Mas Harvey kok tumben jam segini belum sarapan? Barusan saya cek lauk sarapannya mas Harvey masih utuh.." Tanya Bu Tina, beliau berdiri canggung di samping Harvey.

Harvey mendengus, "Mio mana?"

"Eh?" Mata bu Tina membelalak gugup dengan pertanyaan Harvey yang tidak nyambung, "Mbak Mio uhmm... Tadi nyapu halaman mas."

"Bukan dimana Mio tadi, tapi dimana Mio sekarang." Harvey menyipitkan matanya curiga dengan reaksi Bu Tina, Seandainya  Mio memang masih ada di halaman, seharusnya Harvey masih bisa melihat Mio dari jendela kaca besar sampingnya, "Apa dia juga sudah sarapan?" Tambah Harvey.

"Eh, ya kayaknya sudah mas. Saya nggak tau."

Harvey tersenyum kesal, "Apa nggak ada satupun orang disini yang nganggap Mio itu; tamu?"

"Maksud mas?"

"Tamu itu di hormati. Di perlakukan dengan baik."

Harvey tidak tau bagaimana tepatnya raut wajahnya sekarang, karena yang jelas, senyum Harvey malah membuat Bu Tina semakin gelagapan keringatan dingin, "Oh. Iya mas."

"Jadi." Harvey melipat kedua tangannya di depan dadanya. Gerakan yang Harvey tau betul membuat siapapun termasuk Co ass yang magang di polinya mati kutu, "Kenapa nggak jujur ke saya, dimana Mio sekarang?"

"Aduuuuh mas. Jangan bikin saya ketakutan gini lah mas. Mas Harvey kan biasanya ndak begini-begini amat." Pekik Bu Tina sambil garuk-garuk rambutnya yang sudah beruban.

"Kalau kamu langsung jujur tanpa muter-muter saya nggak bakal lebih seram lagi."

"Niku mas, tanya Bu Darsih aja.. atau pak Rohmat mawon."

"Kenapa nggak ibu saja yang jawab?"

Bu Tina terdiam selama beberapa detik sebelum berbisik, "Saya ndak berani mas."

"Kenapa harus tidak berani?"

Nafas Bu Tina semakin tidak beraturan saat akhirnya berkata pelan sambil melirik kanan kiri gugup, "Anu mas, tadi setau saya Bu Darsih di peseni ibunya mas; bilang ke mbak Mio, habis menyapu halaman jangan lupa bersihkan gudang taman."

Harvey menggertakan gigi curiga, "Apa ibu saya menginstruksikan juga, untuk memberi tau Mio kalau pintu gudang halaman itu hanya bisa di buka dari luar?"

"Ndak mas." Bu Tina menggeleng lemah.

"Apa Bu Darsih juga diminta ibu saya untuk nutup pintu masuknya setelah Mio masuk?" Geram Harvey. 

"Saya ndak tau mas." Kini kaki Bu Tina gemetaran, "Tapi kan ya mas tau, pintu gudang sering nutup sendiri kena angin."

Harvey seketika mengumpat, "Lalu dari sejak kapan Mio di gudang?"

"Ndak tau mas. Bener.. saya itu cuma di curhati sama Bu Darsih. Bu Darsih ya sebenernya ndak tega mas.. tapi mau gimana mas. Daripada nanti di suruh pulang kampung terus Ndak punya uang... Lah pripun."

"Sudah, cukup." Gertak Harvey sebelum ia mulai berlari.

Catatan Mio Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon