52

2.2K 207 19
                                    



"Kau sudah memberitahu Chaeyoung?"

Jisoo yang duduk dengan kepala tertunduk segera menggelengkan kepalanya saat Jennie melontarkan pertanyaan itu. Ia tidak berani menatap Jennie, jantungnya seperti mau lepas hanya dengan duduk di ruangan yang sama dengan saudara perempuannya yang membencinya.

"Bagus," Jennie bergumam, "lebih baik tidak memberitahunya sampai dia kembali dari Sokcho." Lanjutnya.

Seperti anak kecil yang tidak punya pilihan selain mematuhi perintah ibunya, Jisoo mengangguk kuat. Dia akan melakukan apapun yang Jennie perintahkan.

Suasana di tempat ini terasa sangat tegang. Jennie tidak banyak bicara dan wajahnya tidak ramah, sementara Lisa sejak tadi terlihat seperti ingin membunuh seseorang. Jisoo takut pada dua orang ini, itu sebabnya dia hanya diam dan sebisa mungkin tidak membuat suasana semakin tegang.

"Sekarang apa? Kau masih ingin aku tidak melakukan apa-apa?" Suara Lisa mengalun, dalam dan berat.

"Lisa.." Jennie menghela napas perlahan, "aku...aku akan berbicara dengan Leo sendiri dan -"

"Kau masih berpikir dia sahabatmu yang bisa kau ajak bicara setelah semua ini? Jennie, temanmu itu ternyata adalah pemilik klub malam yang konon adalah bagian dari shadow world atau apa pun. Dia bukan hanya seorang pria parlente fotografi atau pemilik bisnis pakaian kecil!" Suara Lisa meninggi hingga Jisoo dibuat merinding.

Jennie menggelengkan kepalanya, wajahnya memohon seolah berharap Lisa akan tenang. "Dengar, aku tahu kenapa dia seperti ini. Pasti karena tawaran menjadi model itu."

"Aku tidak peduli. Dia mengacau denganmu, aku akan membunuhnya."

"Kau tidak bisa mengatakan ingin membunuh seseorang seolah itu bukan hal yang serius, Lisa!"

"Oh, itu memang hal serius. Aku juga serius sehingga ada banyak cara yang ingin aku gunakan untuk mengakhiri hidupnya sekarang."

Pasangan kekasih itu saling menatap dengan tajam, tak satu pun dari mereka ingin mengalah. Jisoo prihatin pada keduanya, dia lelah bahkan ketika tidak terlibat dalam pertengkaran ini.

Di satu sisi, ia memahami keputusasaan Lisa. Ia juga tidak menyangkal bahwa dirinya bahkan sangat marah setelah mendengar siapa Leo dan apa hubungannya dengan Jennie--Chaeyoung tidak pernah memberitahunya tentang hal ini, jadi dia sedikit terkejut. Namun di sisi lain, ia juga paham kenapa Jennie seolah tidak ingin membesar-besarkan masalah ini.

"Hei.. boleh aku bicara?" Jisoo bertanya setelah lama terdiam.

"Apa?" Lisa dan Jennie menjawab bersamaan.

Jisoo menelan ludah, mengumpulkan keberanian untuk berbicara. Untuk beberapa alasan dia seolah-olah tidak punya nyali di tengah-tengah dua orang yang sama-sama mengintimidasi ini. Padahal, orang-orang biasanya memujinya karena ketegasan dan percaya dirinya. "Kurasa Jennie ada benarnya. Apa kau masih berkomunikasi dengannya?" Tanyanya pada Jennie.

"Tidak. Tapi dia masih mencoba menghubungiku untuk meminta maaf."

"Ah.. kau harus bicara dan bertanya langsung padanya. Kau bisa memanggilnya ke sini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kita tidak bisa menyerangnya dan membuatnya terpojok."

"Kau pasti bercanda. Kalian masih ingin bersikap lunak padanya?!" Lisa mengerang tidak terima.

"Bukan, bukan bersikap lunak. Hanya...jangan menyerangnya. Kau tahu? Untuk meminimalkan bahaya." jawab Jisoo.

Rahang Lisa yang mengeras tampak mengerikan, matanya semakin merah seolah menyiratkan bahwa tidak akan ada harapan bagi siapa pun yang menghadapi kemarahannya. Jelas bahwa kesabarannya sudah habis.

Should I Stay? (JENLISA)Where stories live. Discover now