19 (2)

3.2K 341 36
                                    

Park Chaeyoung POV


Flashback


"Menguji kesabaran kami hanya akan membuat mu berada pada posisi yang tidak aman, aku yakin kau tahu itu."

Seorang pria yang sejak tadi menatapnya, kini berbicara dengan suara berat yang sarat akan ancaman, wajahnya dihiasi oleh seringai menjijikkan, menyebabkan sekujur tubuh Chaeyoung merinding. Dua orang pria lain yang tampaknya memiliki posisi sebagai bawahan, tersenyum jahat seakan membenarkan kata-kata bos mereka.

Chaeyoung masih berdiri tegap sekalipun rasa takut menyelimuti dirinya, ia tak ingin terlihat takut didepan orang asing yang tiba-tiba masuk ke restoran mereka dan membuat keributan. Ia sudah mendengar semuanya dari pria-pria mengerikan ini, namun dirinya sulit untuk mempercayai mereka karena rasa percayanya pada Jennie jauh lebih besar.

"Jika kalian tidak pergi saat ini juga, aku akan menghubungi polisi! Bukankah ini pemerasan, huh?" Bentaknya.

"Silahkan saja." Pria itu terkekeh, "Rupanya nona muda ini tidak tahu bagaimana cara kerja perusahaan pinjaman era sekarang. Tentu saja polisi bisa menangkap kami, tapi bukan berarti dengan begitu hubungan kita akan berakhir begitu saja nona. Ada banyak orang kebal hukum di belakang kami, mereka akan terus mengejarmu dan keluargamu. Kurasa saudaramu sudah tahu hal ini saat menandatangi kontrak." lanjutnya.

Rahang Chaeyoung mengatup rapat, ia tak percaya Jennie terlibat dengan orang-orang berbahaya seperti mereka. Pinjaman ilegal, entah apa yang ada di benak Jennie saat memutuskan untuk melakukannya, Chaeng sama sekali tidak mengerti. Ini berbahaya, mengancam dan merugikan mereka berdua. Konsekuensi berurusan dengan para pria ini hanya ada dua, bebas jika melunasi hutang mereka atau terbunuh.

Memahami itu membuat darah Chaeyoung mendidih, ia benar-benar marah pada Jennie.

"Tuan-tuan, kurasa sebaiknya datanglah lain kali saat Jennie ada disini. Kami berdua tidak bisa memberikan apa yang kalian minta, dan orang-orang tampaknya terganggu dengan keributan ini." Sandara yang sejak tadi diam akhirnya ikut bicara dengan hati-hati.

"Aish, sialan. Aku sangat membenci seseorang yang tak bisa menepati kata-katanya. Kau tahu, Nona? Bukan urusanku jika kalian tak tahu soal ini." Pria itu berdiri lalu menyambar kertas di tangan bawahannya, "Lihat? Aku bisa memiliki restoran ini jika gadis sialan itu tak bisa membayar! Kenapa sulit sekali bagimu memahaminya?"

Ia mendekati Chaeyoung, memindai gadis itu dari kepala hingga kaki dan menyeringai lagi, menjilat bibirnya saat matanya memandangi paha Chaeyoung.

"Atau... Kau bisa menjadi saudara yang baik untuk gadis sial itu. Kau bisa membayarnya dengan dirimu." Bisiknya tepat ditelinga Chaeyoung.

Chaeyoung menepis tangan pria yang berusaha menyentuh pipinya, rasa takut semakin menjadi-jadi, ia sudah di ambang tangis namun menahannya.

"Persetan denganmu, dasar mesum!" Pekiknya.

••••

Mengingat kembali apa yang terjadi tempo hari membuatku bergidik ngeri. Bahaya yang berada di depan mataku membuatku membayangkan hal-hal buruk yang akan terjadi kepada Jennie unnie seandainya aku tidak memiliki uang saat itu. Bagaimana bisa Jennie unnie menghadapi para bedebah itu tanpa rasa takut?

Terkadang, aku bingung dengan cara kerja dunia ini, sebab hal-hal baik sangat jarang berpihak kepada kami. Kenapa? Seingatku kami berdua tak pernah melakukan sesuatu yang salah, kami tidak pernah menyakiti siapapun, namun apa alasannya sehingga kami selalu menghadapi hal-hal pahit dan menyakitkkan? aku sungguh tidak mengerti.

Should I Stay? (JENLISA)Where stories live. Discover now