30

2.3K 330 49
                                    


Di luar sedang hujan, suaranya bahkan sudah mengiringi isak tangis Jennie sejak mereka meninggalkan restoran, seolah menantang untuk memperebutkan siapa yang suaranya paling keras, hujan tidak mau mengalah. 

Jennie, masih dengan teriakan pilunya yang terdengar sesekali, kini mengiringi laju brankar yang membawa tubuh wanita yang dicintainya dengan kecepatan penuh. Dia ikut berlari di samping gadis itu, di antara beberapa perawat yang tengah mencoba segala cara untuk membuat Lalisa Manoban kembali sadar. Seorang perawat menekan pergelangan tangannya, darah mengucur deras dari sana, sementara yang lain memompa dadanya. Wajah semua orang terlihat khawatir, Chaeyoung juga ada disana berusaha menenangkan Jennie. Dan orang tua Lisa serta Yena juga ikut berlari menyusuri koridor rumah sakit tersebut.

"Kondisinya?"

Seorang Dokter muda wanita bertanya ketika mereka hanya beberapa langkah dari Ruang Gawat Darurat.

"Pasien tidak sadarkan diri, pendarahan, dan tidak ada tanda-tanda detak jantung sejauh ini, mungkin karena shock, Dokter." Seorang perawat menjelaskan dengan cepat.

Mendengar itu, air mata Jennie luruh semakin deras. Dia takut, sangat takut melihat bagaimana mata Lisa terpejam dan bagaimana gadis itu tidak merespon meskipun dia sudah memanggil-manggil namanya sejak tadi.

"Kita harus menghentikan pendarahannya." Kata Dokter.

Pintu ruangan gawat darurat kemudian terbuka, Dokter dan perawat segera mendorong brankar ke dalam. Beberapa orang yang tadinya membantu membuka pintu kemudian memblokir jalan masuk ketika Jennie hendak masuk ke sana.

"Maaf, Nona. Anda tidak diperbolehkan masuk." Ucap salah satunya.

Tetapi seolah-olah dia tidak mendengar apa yang baru saja dikatakan perawat, Jennie terus memaksa untuk masuk meskipun tubuhnya di tahan oleh kedua perawat tersebut.

"AKU INGIN BERSAMA LISA!" Pekik Jennie, masih dengan tangis pilunya.

"Unnie, hentikan." Chaeyoung memeluk Jennie yang meronta-ronta menatap pintu ruang gawat darurat.

"Chaeyoung-ah, Lisa.. Lisa membutuhkanku. Ak-"

"Unnie!" Chaeyoung memeluk Jennie dengan sangat erat. "Gadis sialan itu akan baik-baik saja, dan kita akan menunggunya di sini, oke?" kata Chaeyoung.

Jennie menggelengkan kepalanya, masih berjuang dan berusaha membuat Chaeyoung melepaskannya. "Tidak ada detak jantung.. mereka bilang tidak ada detak jantung, Chaeyoung-ah!" teriaknya. Ia memegangi dadanya yang terasa seperti tidak bisa menampung banyak udara karena rasa sakit setelah menyaksikan apa yang terjadi pada Lisa.

Tak mau menyerah, Chaeyoung tak sedikit pun mengendurkan pelukannya, ia tahu Jennie saat ini dalam keadaan shock berat dan tidak stabil. Sebisa mungkin, ia membisikkan berbagai kalimat yang bisa menenangkan kakaknya, ia tahu betapa hancurnya hati Jennie dengan apa yang terjadi. 

"Dia tidak akan mati, unnie. Itu hanya luka kecil jadi dia tidak akan mati hanya karena itu." Dia mencoba meyakinkan Jennie, meskipun dia sendiri tidak yakin seberapa parah keadaan Lisa. 

Bahu Jennie bergetar, tubuhnya kemudian perlahan merosot ke lantai karena dirinya tidak lagi memiliki tenaga untuk berdiri. Dia menyaksikan bagaimana pecahan kaca itu merobek pergelangan tangan Lisa dalam sekejap mata, dia melihat bagaimana wanita yang dia cintai jatuh ke lantai dengan darah merembes dari tangannya, dan yang lebih menghancurkan hatinya adalah dia menatap mata sedih Lisa sebelum mata itu perlahan tertutup. Ketakutan menggerogoti seluruh dirinya, hal yang menguras seluruh kekuatannya adalah rasa takutnya akan kehilangan Lisa.

Jika dia tahu Lisa akan melakukan itu, mungkin dia akan menarik Lisa dari sana lebih awal tidak peduli apa yang dikatakan Kim Tae Ri, atau dia akan berdiri di depan Lisa untuk mencegah ibunya memukulinya. Tapi dia hanya berdiri di sana, melihat semuanya tanpa bisa melakukan apa-apa, dia terlalu lambat untuk menghentikan Lisa, dan jika gadis itu tidak baik-baik saja maka Jennie akan menyalahkan dirinya sendiri. Begitu pikir Jennie.

Should I Stay? (JENLISA)Where stories live. Discover now