NWY - 09

532 34 17
                                    

Kalian nungguin cerita ini gak? Kalau iya, kenapa masih sepi banget komentar di bab sebelumnya 😥😥😥

Tolong kasih semangat dong, soalnya ayang gak kasih semangat nih 🤭🤭. Canda ayang wkwkwk

Ya udah, lanjut deh baca cerita bab ini. Komentar dan bintangnya jangan lupa yeee 🙏🏻

Happy reading 🦋

*****

“Siapa Ayahnya?” tanya Zizi dengan tegas. Sedangkan Ayana hanya menggelengkan kepalanya, ia tidak ingin menjawab pertanyaan dari Zizi. Ia tidak ingin merusak kebahagiaan ayah dari bayi yang saat ini berada dalam rahimnya.

“Gue akan pergi, mungkin ini lebih baik untuk gue dengan bayi ini. Makasih ya Zi, lo dan Amel selalu ada untuk gue. Untuk Amel nanti gue cari waktu untuk membicarakan hal ini, gue juga udah urus ke mana gue akan menetap nantinya. Kalau semua udah tenang, nanti gue kabarin lo di mana keberadaan gue,” ucap Ayana dengan menguatkan hatinya.

“Kamu jangan bodoh seperti ini Ay, kamu harus meminta pertanggungjawaban dari laki-laki itu. Janin ini membutuhkan seorang ayah nantinya, walaupun kamu yakin bisa menjadi ayah sekaligus untuknya, tapi yakinlah bahwa figur seorang ayah yang sesungguhnya itu penting,” tegas Zizi. Ia merasa berada diposisi yang sangat sulit untuk saat ini, ia menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menjadi sahabat yang saling menjaga, dan ia juga menyalahkan Ayana yang sudah terjerumus begitu dalam akan pergaulan bebas.

“Keputusan gue udah bulat, semuanya udah gue atur. Tapi, gue mohon lo jangan bilang ke Amel dulu mengenai hal ini, gue gak mau dia merasa khawatir dan kondisinya kembali memburuk,” ucap Ayana.

“Sekarang aku hanya bisa mendukung keputusan kamu, tapi kapan pun dan di manapun kamu membutuhkan aku, aku akan selalu siap menjaga kamu Ay,” ucap Zizi.

“Makasih,” jawab Ayana dengan menahan tangisannya. Ia tidak ingin menangis lagi, ia sudah lelah untuk hal itu.

“Sekarang kita masuk, nanti Amel malah kelamaan nunggu kita,” ucap Zizi. Setelah itu mereka langsung menuju ke ruangan perawatan Amel.

*****

Sesampainya di sana, ruangan tampak begitu ramai. Tubuh Ayana menegang melihat sosok laki-laki yang berdiri tepat berada tidak jauh darinya. Tatapan mereka bertemu, Ayana langsung memalingkan wajahnya. Baru dua langkah, Ayana kembali kaget dengan ucapan seseorang.

“Ya ampun, Ayana kamu di sini juga sayang? Hanum, ini calon menantu aku,” ucap wanita cantik yang senyuman manisnya tertutup oleh cadarnya itu. Semua orang yang berada di dalam ruangan itu kaget, dengan ekspresi yang berbeda-beda.

Tubuh Ayana terasa kaku, ia tidak tahu akan mengatakan apapun lagi kepada mereka semua. Ia hanya bisa tersenyum dengan keterpaksaan ke arah Azkia, mama Dhaffi. Sedangkan Zizi yang berdiri di sampingnya itu, langsung menggenggam tangannya dengan erat. Ia tahu, bahwa sahabatnya itu dalam keadaan penuh tekanan. Sedangkan dari jarak cukup dekat, seorang laki-laki menatap Ayana dengan intens.

"Assalamualaikum, Tante," ucap Ayana langsung menghampiri Azkia.

"Waalaikumsalam, kok kamu di sini juga sayang?" tanya Azkia.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 08, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Notes With YouWhere stories live. Discover now