NWY - 05

660 74 9
                                    

Sesampainya di rumah,
Ayana melihat mobil milik orang tuanya berada di garasi. Ia melirik mata sembabnya ke spion, benar-benar tidak bisa ditutupi. Tetapi ia tidak mau memikirkan keadaannya sekarang, tentunya kedua orang tuanya juga tidak akan menanyakan keadaannya. Mereka hanya memikirkan apakah uang bulanan Ayana sudah di kirim atau masih cukup? Ayana sangat malas memikirkan keluarga yang begitu membosankan baginya.


Ayana dapat melihat ternyata kedua orang tuanya sedang berada di ruang keluarga, ia hanya bersikap santai saja saat melewati kedua orang tuanya. Tetapi belum sampai ia menginjakkan kaki di anak tangga pertama, ia mendengar panggilan dari mamanya. “Ay, kamu dari mana? Ini sudah larut dan kamu baru pulang? Apa seperti ini kebiasaan kamu, jika kami tidak di rumah?”

Ayana sudah tahu pasti ada hal yang penting untuk dibicarakan. Padahal ia sangat malas saat ini menanggapi serta berdebat dengan kedua orang tuanya. Sebab pembicaraan di antara mereka selalu berakhir seperti itu. “Mama mau apa?” tanya Ayana yang tidak perlu basa-basi saat ini. Pikirannya lelah dan tidak sanggup berbicara panjang lebar lagi.

“Kamu benar-benar tidak pernah berubah saat bicara sama orang tua, selalu membantah ucapan orang tua,” kesal mamanya sambil melihat penampilan Ayana dari atas sampai ke bawah. Ayana benar-benar terlihat sangat kacau.

“Terserah Mama deh, kesalahan aku aja yang diingat,” setelah itu Ayana kembali membalikkan badannya untuk kembali ke kamarnya.

“Ayana, besok ikut sama kami. Papa ingin menjodohkan kamu dengan anak rekan bisnis Papa,” seketika langkah Ayana langsung terhenti, saat mendengar suara dari laki-laki di samping mamanya itu, siapa lagi kalau bukan papanya. Apa ia bermimpi saat mendengar kata perjodohan saat yang tidak tepat seperti ini?

“Pa, aku masih belum siap untuk menikah, dan kalau pun siap aku gak mau di jodoh-jodohkan seperti ini,” ucap Ayana dan setelah itu ia langsung melenggang pergi begitu saja.

“Pokoknya kamu harus ikut, Mama gak mau tahu. Setelah kamu bertemu dia nanti, terserah apa keputusan yang akan kamu ambil,” ucap mamanya dengan suara yang sedikit dikeraskan, sebab Ayana sudah melangkah pergi begitu saja.

Sesampainya di dalam kamar, Ayana langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Air matanya kembali jatuh membasahi pipi putihnya. Kenapa semuanya terasa semakin sulit seperti ini? Apa ia tidak pantas untuk bahagia, permasalahan selalu silih berganti datang kepadanya. Sebenarnya ia ingin membicarakan hal ini kepada kedua sahabatnya, tetapi ia juga tidak ingin memberatkan kedua sahabatnya karena kebodohannya sendiri.

Ayana sama sekali tidak berniat untuk mandi, ia lebih memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya. Ia langsung menutup seluruh tubuhnya dengan selimut tebal, dan sekali-kali ia mengusap perutnya. Ya, ia sudah memeriksa keadaannya, dan ternyata ia benar-benar hamil yang baru memasuki dua minggu. Sampai saat ini, ia belum tahu harus melakukan apa untuk menyelesaikan permasalahan ini.

*****

Cahaya matahari begitu mengusik Ayana dalam tidurnya. Ia langsung melihat ponselnya, ternyata ini sudah pukul sepuluh pagi. Ya, ini untuk kedua kalinya ia tidak masuk kuliah, dan ia sudah tidak berniat untuk masuk lagi. Pikirannya yang seperti saat ini, sangat tidak membuatnya tertarik untuk melangkahkan kaki ke kampus. Ia dapat melihat begitu banyak pesan serta panggilan untuk dirinya, dari kedua sahabatnya dan beberapa dari Dhaffi. Sebenarnya ia cukup heran kenapa Dhaffi begitu tertarik mengusik hidupnya saat ini? Padahal semua itu sudah tidak berarti lagi untuk dirinya.

Dengan menghela napas cukup panjang, Ayana langsung turun dari ranjangnya dan langsung masuk ke kamar mandi. Sesampainya di kamar mandi, ia dapat melihat pantulan dirinya dari cermin. Wajahnya yang begitu pucat, dan terlihat sedikit kurus. Ia mengangkat sedikit baju yang ia pakai saat ini, ia mengelus perutnya yang masih terlihat rata.

“Sayang, maafin mami gak bisa memberikan kebahagiaan kepada kamu. Kita harus kuat dan bagaimanapun caranya, mami akan menjadikan kamu hal yang paling utama dalam hidup mami sampai kapanpun. Jadi tolong bekerja sama ya, jangan buat mami selalu mual-mual,” monolog Ayana sambil tersenyum miris.

Jujur, dari satu sisi ia sangat kecewa dengan hal ini, tetapi dari sisi lain ia begitu bahagia atas kehadiran janin di dalam perutnya ini. Ia merasa seperti memiliki tanggung jawab yang lebih besar dari sebelumnya, ia lebih menjadi Ayana yang sabar dan bertanggung jawab. Ia harus kuat, dan tidak boleh menyerah karena semua ini. Bagaimana pun ia harus mencari solusi untuk semua ini secepatnya.

*****

"Kamu gak sarapan?” tanya Reta, mamanya Ayana.

“Gak, aku sarapan di luar aja. Oh iya, nanti malam jam berapa?” mendengar hal itu Reta langsung tersenyum. Ternyata Ayana masih menuruti  keinginan mereka, setidaknya pertemuan awal keluarga mereka tidak boleh saling mengecewakan, itu yang diinginkan Reta.

“Jam tujuh malam, nanti mama kirim alamatnya,” setelah mendengar hal itu Ayana langsung pergi begitu saja, ia tidak ingin berbicara panjang lebar dengan Reta.

Sesampainya di dalam mobil, ia langsung menyenderkan tubuhnya. Ya, ia memutuskan untuk mengikuti keinginan kedua orang tuanya. Setidaknya ia telah memperlihatkan tanggung jawabnya sebagai seorang anak, untuk menerima atau tidaknya perjodohan itu ia akan pikirkan nanti saja setelah bertemu dengan seseorang yang dijodohkan dengan dirinya itu.

Setelah menenangkan pikirannya, ia langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Saat ini ia ingin mengunjungi salah satu tempat penjual soto ayam kesukaannya, entah mengapa setelah mandi tadi ia ingin memakan soto itu dengan sesegera mungkin. Mungkin semua ini efek dari kehamilannya, seperti inikah yang dinamakan mengidam? Hal itu selalu berputar dalam pikiran Ayana.

*****

Malam pun sudah tiba, saat ini Ayana melihat pantulannya dari cermin. Sebuah dress di bawah lutut, serta dengan polesan make-up tipis yang terpancar di wajah cantiknya. Entah mengapa malam ini ia ingin berpenampilan sederhana saja, dan ini bukan lah penampilan dirinya yang sebenarnya. Padahal kalau ingin keluarga laki-laki itu menolaknya, seharusnya dia berpenampilan seperti biasanya, sedangkan ini ia melakukan hal yang malah sebaliknya.

Ayana melihat alamat yang baru saja di kirim oleh mamanya, sepertinya tidak jauh dari rumahnya. Ia langsung menuruni setiap anak tangga dengan terburu-buru, tetapi pada tangga terakhir ia merasakan keram pada bagian perutnya. Ia langsung terduduk dengan lemas, dan menarik napasnya begitu dalam. Ia langsung mengingat sepertinya hari ini ia sama sekali tidak ada mengistirahatkan tubuhnya. Ia langsung berdecak kesal, bisa-bisanya ia menganggap dirinya seperti dulu lagi, yang bisa bebas kemana-mana.

Setelah merasa sakitnya sedikit berkurang, Ayana kembali melangkahkan kakinya menuju ke garasi. Ia kemudian melajukan mobil miliknya dengan kecepatan cukup tinggi, karena ia sudah terlambat dengan waktu yang sudah dijanjikan dengan mamanya.

Sesampainya di sana, Ayana melihat rumah berwarna abu-abu itu dengan penuh kekaguman. Mewah, satu kata itu yang langsung terucap dari bibirnya. Ia langsung melangkahkan kakinya, dan disambut oleh dua orang yang sepertinya asisten rumah tangga di rumah itu. “Mari ikut dengan kami, nona,” mendengar hal itu Ayana tersenyum hangat. Ia berpikir, seperti apa kehidupan orang-orang di dalam rumah itu, asisten rumah tangga saja begitu ramah dan hangat saat menyambut kedatangannya.

“Ay, sini sayang,” sapa Reta dan semua pandangan mata tertuju kepadanya. Saat melihat semua orang yang berada di sana, rasanya Ayana ingin kabur saja dari hadapan mereka semua.

Tidak jauh berbeda darinya, laki-laki yang sedang duduk di samping wanita bercadar itu tak kaget melebihi dirinya. Mereka berdua sama-sama terpaku, dan hanya memperlihatkan ekspresi yang sulit diartikan. Bolehkah Ayana kabur saja, tanpa menghiraukan perasaan orang-orang yang telah menunggunya?

“Ya ampun, kenapa harus dia yang dijodohkan dengan gue?” teriak Ayana dalam hatinya.

bersambung...

Wah pasti kalian udah pada bosan menunggu chapter ini, padahal bagian ini udah siap lama. Tetapi, lupa ngeditnya, jadi ya gitu malah lupa nge-upnya.

Okee, gua minta maaf yaa. Sekarang kuat mental untuk membacanya, jangan emosi ya wkwkkw

Oh iya, bagi yang belum follow akun  tolong lah di follow biar tambah semangat nulisnya 🥺😍

Jangan lupa Komen dan vote juga 🌟

Salam sayang ❤️

Notes With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang