7. ANTARA

8 7 6
                                    

•••Happy Reading•••

7. A story about the real life of an Adistiana.

Hari ini begitu melelahkan bagi Adis. Mengejar nilai terbaik untuk mempertahankan beasiswa'nya cukup membuat tida bisa merasakan bahagia dunia luar. Yang ia kerjakan hanyalah belajar, dan belajar.

"Adissssss, Udahlah itu nanti aja. Sekarang gimana kalau kita main aja?" Aina sejak tadi memperhatikan Adis yang sibuk belajar membuat nya bosan.

Adis mengelah nafas berat, "Lo tau na? Minggu depan udah pembayaran SPP sekolah. Dan gue belum ada uangnya, lo pasti ngerti maksud gue kan, na?" Ujar Adis dengan lesu.

"Gimana kalau aku yang bayarin dulu?" Saran Aina.

Adis menoleh cepat kearah Aina. "Gak." Tolaknya.

"Ayok lah, Adis. Aku bisa bantu kamu." Tawar Aina lagi.

Adis bangkit dari duduknya membereskan peralatan belajar dan memasukkan ke dalam tasnya. "Udahlah, Na. Gue gak butuh bantuan lo. Gue juga mau usaha sendiri. Dan gue gak mau bebani lo terus Na." Adis meninggal kan Aina sendiri di taman.

***

Adis membuka pintu rumahnya yang sepi. Melangkah menuju dapur untuk minum karena merasa haus setalah berjalan ratusan meter dari taman.

Di dapur rupanya ibunya sedang duduk di meja makan. Adis melewati ibunya begitu saja. Tanpa mengucapkan apapun Adis langsung meneguk air dingin dengan rakus.

"Dari mana aja kamu jam segini baru pulang?" Suara membuat Adis menghentikan minum'nya.

Adis menghela nafas, "Abis nemenin Aina di taman." Jawab Adis seadanya.

Riana langsung berdiri dari duduknya. "Kamu itu harusnya belajar, jangan keluyuran terus." Bentak Mamanya.

Adis memejamkan matanya merasa lelah. "Adis capek ma, mau istirahat." Ujar Adis yang kelewat lelahnya.

"Sini kamu." Riana menarik Adis dengan kencang membuat gadis itu mengaduh sakit akibat kuku sang ibu yang menancap di lengannya.

"Kamu itu di sekolah kan untuk pintar, bukan ngelunjak kaya gini. KAMU PIKIR MAMA DI RUMAH MAIN GITU?" Teriak Riana di depan wajahnya.

"DAN MAMA PIKIR AKU DI SEKOLAH JUGA NGAPAIN? MAIN?" Katanya dengan berteriak. "GAK MA, AKU DI SEKOLAH BELAJAR. UNTUK APA? UNTUK MAMA. UNTUK MENUH'IN KEINGINAN MAMA." lanjutnya. Dia sudah sangat lelah dengan keadaan ini.

"Aku juga capek, ma. Aku juga butuh istirahat. Aku gak sekuat apa yang mama kira." Sudahlah air mata yang sejak tadi ia tahan jatuh begitu saja.

"Kenapa aku yang selalu salah, ma? KENAPA MAMA NUTUP MATA UNTUK ITU SEMUA? KENAPA CUMAN AKU YANG SELALU SAKIT? KENAPA MEREKA GAK MA? KENAPA? KENAPA,MA?"

PLAKKK....

Sebuah tamparan membuat nya diam membisu. Berjalan kearah meja makan. Mengambil sebuah pisau buah dari meja tersebut.

Dia menyodorkan pisau itu ke mamanya. "Bunuh ma. BUNUH AKU SEKALIAN, AKU CAPEK. AKU CUMAN MINTA MAMA GAK NUTUP MATA ATAS KESALAHAN ITU. AKU BUTUH PELUKAN, BUKAN PUKULAN, MA. AKU SAKIT. mama ngerti gak?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 01 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝙰𝙽𝚃𝙰𝚁𝙰 || 𝙰𝙸𝙽𝙰 & 𝚃𝙰𝙼𝙰𝚁𝙰Where stories live. Discover now