6. ANTARA

20 22 14
                                    

Hayyy how are you today?

Arghhh akhirnya aku bisa up lagi. Jadi cerita ini yang akan sering aku up kalo bisa seminggu sekali atau dua kali. Mungkin bisa sekali dua Minggu.

Gaje yahh? Heheh emang aku orangnya gaje.

Astaghfirullahaladzim

Yok bisa yok tiga kali yokk...

Good bye silahkan menikmati ceritanya.

•••Happy Reading•••
"Tutup telinga mu untuk tidak mendengar sesuatu yang tidak penting. Tapi terus buka matamu untuk melihat kebenaran."

-Tamara-

5. Kejutan.

Pukul 20.04. Saat ini Aina sedang rebahan di kasur empuknya. Otaknya berfikir keras tentang sang ayah. Hampir empat bulan ayahnya belum pulang juga dari semarang. Aina berfikir seberat apa pekerjaan sang ayah.

Tidak pernah sedetikpun Aina berfikir hidupnya ada se'hampa ini. Di tinggal sang bunda untuk selamanya, posisi bundanya terganti, ayahnya yang sibuk. Sangat jarang memberikan kabar, bersamanya. Semuanya terasa hampa baginya.

Saat Aina ingin beranjak dari kasurnya seorang mengetuk pintu kamarnya. Aina berjalan kearah pintu, membuka pintu tersebut mendapati Bara yang berdiri di depan pintu.

"Kak Bara?" Taka Aina lembut.

"Ekhem," Bara ber'dehem guna menghilangkan rasa cemasnya, "Bisa turun dulu? Ada yang mau di bicarain." Kata bara dengan raut wajah yang sulit di artikan.

Aina mengangguk dan berjalan keluar, di perjalanan bara terlihat gelisah. Heran? Itu lah yang di rasakan oleh Aina.

"Na, kakak tau lo belum bisa nerima semua ini dengan sepenuh hati. Tapi kakak yakin kamu akan selalu menjadi orang yang baik." Kata Bara

Aina tak mengerti apa yang di katakan Bara, Aina hanya menatap Bara dengan bingung.

"Kakak harap setelah ini kamu bisa nerima, kita bertiga dengan sepenuhnya." Ucap Bara lagi.

Aina semakin bingung mereka bertiga? Siapa satunya? Jika Bara dan Rani mamanya Aina sudah bisa menerimanya, walaupun seperti yang di katakan Bara.

Aina terus berjalan. Ketika dia sampai di ruang utama betapa terkejutnya dirinya. Nafasnya tercekat, matanya memanas, jantungnya berdetak lebih cepat. Sedetik kemudian air matanya turun, berlari berhamburan memeluk seorang paru baya yang selalu ia rindukan.

"Ayah." Ucap Aina pelan.

"Peluk ayah, sayang. Ayah kangen banget sama kamu." Ucap ayah Aina.

Aina melepaskan pelukannya menatap ayahnya dengan marah, "Kenapa ayah pulang gak bilang-bilang? Ayah tau Aina kangen banget sama ayah. Aina nungguin kabar dari ayah. Kenapa ayah gak pernah ngabarin Aina. Hp ayah kemana. Sesibuk apa ayah sampai gak sempet ngabarin Aina. Ayah di sana emang gak ada sinyal? Apa di sana ayah gak ada istirahat? Apa ayah gak mau tau kabar Aina. Apa ayah udah lupa sama Aina. Apa--" ucapan Aina berhenti ketika Broto memeluknya.

𝙰𝙽𝚃𝙰𝚁𝙰 || 𝙰𝙸𝙽𝙰 & 𝚃𝙰𝙼𝙰𝚁𝙰Where stories live. Discover now