quinze || Candaan.

12 3 0
                                    

Don't be silent readers, and be a smart readers.
Happy reading!!

🌸🌸🌸

Pengumuman hasil nilai pts akan diumumkan hari ini. Seluruh murid SMA Angkasa akan mendapatkan selembaran rapot hasil kerja keras mereka selama seminggu kemarin. Dan nilai yang diisi di rapot pts ini adalah nilai murni, dimana tidak ada nilai tambahan dari nilai-nilai lainnya.

Makanya anak-anak kelas IPA 3 merasa terbohongi oleh ulangan harian yang diadakan pak Hema minggu lalu. Buat apa mereka mengerjakan kalau ujung-ujungnya nilai yang ditunjukkan adalah nilai murni hasil pts? Mereka bahkan sepakat akan protes ke pak Hema nanti.

Sementara itu, pelajaran pertama di kelas IPA 3 sedang berlangsung, masih dengan pak Zidan yang mengoceh di depan kelas. Dia tidak mengajar, hanya berbicara tentang hasil ulangan bahasa inggris mereka yang menurutnya agak ancur. Pak Zidan itu kalau ngomong pakai pisau tambah cabai sekilo, pedas dan menusuk.

Keadaan kelas hening, cuma ada suara pak Zidan dengan celotehannya. Anak-anak mana berani memotong atau bahkan menyahuti ucapan pak Zidan. Bukannya puas karena membela diri, yang ada malah makin sakit hati. Tapi walaupun begitu pak Zidan masih punya sisi baiknya kok. Sisi baiknya itu hadir kalau moodnya sedang baik, dan sekarang moodnya sedang tidak baik.

"Serius deh, bapak nggak tau kalian belajar atau nggak selama pts kemarin. Bapak udah kasih kisi-kisi loh sama kalian. Soal-soal yang bapak kasih juga dari materi yang selama ini kita pelajarin, tapi kenapa nilai kalian banyak yang dibawah kkm? Heran," kata pak Zidan untuk yang ke sekian kalinya.

Aletta sudah merasa bosan di bangkunya, walaupun dia takut dengan pak Zidan, tapi tetap saja siapa yang tidak bosan mendengar ucapan yang sama berkali-kali?

Bel pelajaran kedua kapan berbunyi coba?

"Bahasa Inggris itu apanya yang susah si? Materi yang kita pelajarin gampang loh, bapak yakin kalian juga udah pelajarin materi itu di bahasa Indonesia. Sama aja kan, cuma mengulang aja?" Lagi, pak Zidan dengan ocehannya yang sama seperti beberapa menit lalu.

"Simple past tense, simple present tense, juga gampang kan?" Entah pertanyaan atau bukan, yang jelas pak Zidan diam setelahnya, seperti menunggu jawaban dari anak-anak kelas. Tapi tetap saja, tak ada yang berani menjawab.

"Ini kenapa pada diam? Saya serasa lagi ngomong sendiri," katanya.

"Arya, jangang ngobrol kamu!"

Sontak semua anak kelas langsung menoleh ke belakang mendengar seruan pak Zidan untuk Arya.

Arya di belakang hanya cengo mendengar pak Zidan menyerukan itu untuknya. Dia hanya mengembalikan pulpen milik Irsyad yang duduk di belakangnya padahal, tapi malah dituduh yang tidak-tidak.

"Saya cuma balikin pulpen ke Irsyad, pak," kata Arya membela diri.

"Nggak usah alesan kamu!" Tudingnya tak mau kalah.

"Beneran, pak, saya cuma balikin pulpen," Arya masih membela dirinya.

"Ngapain balikin pulpen? Kamu nggak bawa pulpen sampai harus minjem ke dia?"

"Ketinggalan, pak," jawab Arya.

"Makanya ke sekolah tuh niatinnya belajar, bukan main!" Sindir pak Zidan telak.

Sebatas Sahabat ✔️Où les histoires vivent. Découvrez maintenant