six || Rezvan dan sikap manisnya.

13 4 0
                                    

Be a smart readers, and don't be silent readers!
Happy reading!!

🌸🌸🌸

Aletta berdiri menyender pada tiang yang ada di koridor depan kelasnya. Tangannya mendekap sebuah buku kecil, cukup tebal. Di sampingnya ada Mahira, gadis itu juga sama seperti Aletta.

Tapi bukan hanya mereka, hampir semua orang di koridor, entah yang sedang duduk atau berlalu lalang, sedang mendekap atau setidaknya memegang sebuah buku.

Wajar saja karena hari ini merupakan hari Jumat. Seperti biasa setiap hari Jumat di SMA Angkasa pasti akan diadakan sebuah kegiatan sebelum memulai pembelajaran, kalau tidak literasi ya Jumsih. Jumat bersih.

Nah, kebetulan Jumsih sudah dilaksanakan minggu kemarin, dan sekarang giliran literasi. Dimana semua muridnya diwajibkan membawa satu buah buku, boleh fiksi maupun nonfiksi untuk dibaca di kegiatan literasi pagi ini.

Tidak bawa dari rumah juga tidak apa, mereka masih bisa meminjamnya dari perpustakaan. Khusus di hari litetasi, perpustakaan akan buka pagi sekali.

Mereka akan diberi waktu selama tiga puluh menit untuk membaca, selesai membaca setiap kelas harus memberi perwakilannya untuk menceritakan kembali apa yang mereka baca. Kalau bisa dengan hikmahnya.

Perwakilan dari kelas Aletta hari ini adalah si sekretaris 2 alias Indah Restiana. Dan Aletta cukup bersyukur untuk itu, karena teman kelasnya tidak ada yang menunjuk dirinya.

Saat kepala sekolah mengintruksi semua muridnya agar turun ke lapangan, Aletta dan Mahira langsung turun dari koridor dan mengambil posisi yang teduh agar bisa diisi oleh mereka. Karena sungguh cuaca pagi ini cukup panas, baik Aletta maupun Mahira sedang tidak ingin terkena panas, walaupun mereka berdua tahu kalau panas pagi itu baik untuk kesehatan.

Setelah menemukan posisi yang pas, tepatnya di bawah pohon ketapang yang rindang, kedua gadis itu tak segan mendaratkan bokongnya di aspal lapangan.

Bukan hanya mereka berdua saja, bahkan Rezvan, Rafa, dan Altaff juga ikut duduk disana.

Sadar bukan hanya dirinya dan Aletta yang duduk disana, Mahira spontan mencibir, "Ngikut aja, bekantan tiga," sinisnya. Harusnya tempat ini tuh sekalian buat lesehan, selonjoran gitu. Tapi tidak jadi karena ada ketiga teman laki-lakinya itu.

"Dih, dikira ini pohon punya nenek moyang lo?" Balas Altaff tak mau kalah.

Mahira mendelik tak terima, "Tempat ini kita berdua duluan yang nemuin, kenapa kalian ikut-ikut sih? Mending pindah sana!" Usirnya yang malah mendapat tatapan tak suka dari ketiga laki-laki di sekitarnya.

"Heh kutu badak! Ini tempat umum kalo lo inget, siapapun boleh duduk disini!" Balas Altaff kembali.

Mahira hendak membalas ucapan Altaff kembali, tapi tidak jadi karena keduluan Aletta.

"Berisik ya anjir! Itu kepala sekolah lagi ngomong, nggak kedengeran!" Lerai Aletta dengan sedikit tegas, beruntungnya berhasil membungkam mulut mereka berdua.

Tapi yang nggak diem malah tangannya Rezvan, laki-laki itu dengan sengaja menepuk bibir gadis di sebelahnya.

"Dijaga itu omongannya, nggak boleh anjir-anjiran," ucapnya dengan lembut.

"Buset, malah bucin," sindir Rafa disamping kanannya Rezvan.

Begini, posisi mereka itu, laki-laki pada di sisi. Dan Aletta serta Mahira berada di tengah-tengah mereka.

"Apaan si jomlo!" Balas Aletta sambil menjitak kepalanya Rafa. Untung tangannya sampai.

Rafa berdecih, "Gue punya banyak kaca di rumah, perlu gue bawain nggak?"

Sebatas Sahabat ✔️Where stories live. Discover now