25 ALINGGA

11.6K 1K 36
                                    

Dari sekian banyak hal yang Alingga sukai di hidupnya, seperti menyukai pertengkarannya dengan Lyana, memandikan Jennie ataupun ketika pergi sekolah bertemu dengan teman-temannya. Ia tidak sekalipun menyukai kedatangan Mamanya kembali, ia benci wanita itu, sangat amat membencinya. Sebenci-bencinya ia pada Papa, ia lebih tidak ingin melihat lagi wajah wanita sialan itu.

Bahkan seandainya jika di beri pilihan lahir ke dunia dengan orang tua yang sama, Alingga tidak akan pernah mau lahir ke dunia.

Perempuan itu belum pergi, masih berbicara dengan orang tua Lyana sambil sesekali tersenyum meliriknya. Alingga melihatnya dengan muak.

Lyana masih duduk di tempatnya, beberapa tamu sudah mulai pulang dan hanya tersisa keluarga dekatnya. Gadis itu bergerak gelisah, ia melirik Alingga yang berkali-kali menghela napas menatap kearah Mamanya.

Laki-laki di sebelah Lyana melepas jas putihnya, meletakkannya di kursi dengan kasar.

"Lingga," bisik Lyana pelan, ia menarik ujung kemeja Alingga hingga laki-laki itu terduduk.

"Apaan sih njing?" Tanya Alingga ketus.

Lyana mengedipkan matanya beberapa kali, menatap Alingga dengan wajah memelas. "Gue tembus," bisiknya malu-malu.

Alingga menyipitkan matanya. "Tembus apaan, makhluk halus lo bisa nembus?" Tanyanya kesal.

"Ih jangan keras-keras!" Seru Lyana ketika Papa dan Mamanya menoleh. Ia menarik tangan laki-laki itu dan menggenggamnya dengan erat. "Lingga.."

"Apaan sih lo pegang-pegang, gue masih suci, Jangan goda gue!"

"Gue tembus itu, ih lo mah bego.." Lirih Lyana pelan.

"Yang benar anjir kalau ngomong, mana paham itu-itu guenya!" Tanya Alingga, ia benar-benar tidak paham apa yang di katakan oleh gadis di sampingnya.

"Datang bulan, gue tembus sampai ke kebayanya!!" Teriak Lyana dengan gemas.

Alingga sampai mundur satu langkah karena takut. "Wah-wah mata lo mau keluar tuh!" Ujarnya dengan gugup.

"Bodo!"

"Yaudah sih tembus dikit doang, ribet amat."

Lyana merengut, kembali menarik tangan Alingga. "Bantuin, bawa gue kabur dari sini. Ini masih banyak orang tau, gue malu."

Laki-laki itu menghela, menarik punggung Lyana hingga kepala gadis itu membentur pahanya. Lalu Alingga melirik ke belakang tubuh gadis itu dan melihat betapa mengenaskan kondisi kebaya putih yang di pakainya. Ternyata tidak sedikit seperti yang ia perkirakan.

"Jangan di intip bego, gue malu!" Pekik Lyana.

Alingga tidak menggubris Lyana, laki-laki itu melirik kearah Mamanya yang sekarang sedang melangkah kearahnya. Dengan gerakan cepat dan tanpa di duga, Alingga menarik lengan Lyana hingga gadis itu berdiri, kemudian ia melilitkan jas putih yang sebelumnya ia lempar ke kursi.

"Ayo pulang, first time jadi istri udah nyusahin aja lo," dumelnya sambil menarik tangan Lyana dan membawanya pergi.

Sejenak ia melihat Mamanya berhenti ketika mereka berjalan mendekat, namun akhirnya Alingga hanya melewatinya begitu saja tanpa mengatakan apapun.

"Anak itu makin sombong saja," gumam Ranita pelan.

***

"Gue sebenernya rada benci sama lo, kenapa bisa gitu lo beliin gue pampers bukan pembalut?" Sewot Lyana, kemudian ia memakan mie instan itu dengan lahap. Perutnya lapar sehabis acara pernikahan menjengkelkan itu, untungnya Alingga segera membawa dia kabur pulang ke rumah laki-laki itu hingga ia tidak perlu lagi menahan lapar sekaligus kekesalan.

ALINGGA (Completed)Where stories live. Discover now