16 ALINGGA

13.3K 1.1K 61
                                    

Karena Alingga sedang dalam keadaan bersedih maka Lyana mau-mau saja ketika cowok itu mengajaknya pergi ke mini market dan membeli makanan, Lyana bahkan tidak memprotes saat Alingga hanya memberikannya satu permen yupi dan sisa semua makanan cowok itu makan sendirian.

Lyana pikir mungkin Alingga memang sedang butuh banyak makan, wajah cowok itu terlihat sangat pucat walaupun kelakuannya masih seperti anak tuyul yang aktif berlarian dan membuat kesal.

Sambil memegang susu rasa strawberry milik Alingga yang belum habis, Lyana membantu merapikan rambut Alingga yang sedikit acak-acakan dengan sebelah tangannya yang bebas. Alingga tidak memprotes dengan tindakan Lyana dan malah sibuk mengolesi perut dan lehernya dengan minyak telon bayi yang dia beli tadi.

"Lo benaran dua hari nggak mandi?" Tanya Lyana, masih menyisir rambut Alingga dengan jari-jarinya.

"Mandi lah bego! Yakali 2 hari Ayah menyampahkan diri sendiri, banyak orang di luaran yang nangis-nangis pengen muka tampan kayak Ayah, jadi Ayah harus mempertahan ketampanan ini supaya banyak yang makin iri," balas Alingga dengan percaya diri.

Lyana berdecih muak. "Tapi rambut lo kusut."

"Ayah mandi tapi nggak sisiran."

"Dih? Miskin lo nggak bisa beli sisir?" Tanya Lyana mengejek.

Alingga merampas susu kotak di tangan Lyana dengan kuat, mata cowok itu mendelik tajam. "Mampu! Sama pabrik-pabriknya juga Ayah mampu!" Ketusnya, cowok itu meminum sisa susunya dalam sekali seruputan, lalu sebelum membuang bekas kotaknya, Alingga masih sempat-sempatnya mengacungkan jari tengah di depan mata Lyana, membuat cewek itu mendengus kesal.

Alingga berdiri membuang kotak susunya, lalu dia merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan dua sisir kecil dengan warna berbeda. "Nih! Liat pakai mata hati Bunda, liat baik-baik Ayah punya sisir bagus! Masih baru, masih ada plastiknya. Ini asli, ada cap badaknya!" Ujar Alingga membentak.

Lyana berdecak, berusaha menahan dirinya agar tidak marah-marah pada Alingga. Ia harus ingat kalau Alingga sedang bersedih dan ia tidak boleh membuat masalah. "Terus kalau punya sisir kenapa nggak sisir rambut lo?" Tanya Lyana.

Alingga langsung bungkam, bibirnya terkatup rapat sambil matanya menatap kelain arah.

Tiba-tiba saja Lyana melihat wajah pucat Alingga berubah sedikit memerah, membuatnya mengernyit. "Jawab! Kenapa nggak sisir rambut lo?" Tannyanya sekali lagi.

"Ayah gak bisa sisir rambut sendiri!" Gumamnya tidak jelas dan cepat, laki-laki itu masih berusaha terlihat ketus walaupun ada guratan malu di wajahnya.

"Hah?"

"Ayah nggak bisa sisir rambut sendiri, biasanya di bantu bi Meli," Alingga kembali melihat kearah Lyana.

"Ayah bukannya bego nggak tahu cara nyisir, tapi Ayah biasa di sisirin bi Meli jadi Ayah takut kalau sisir sendiri nanti jelek, inget! Ayah bisa nyisir tapi harus sama bi Meli!" lanjutnya masih dengan usaha membuat dirinya sendiri terlihat ketus.

"Ayah nggak bego! Ayah-"

Tawa Lyana langsung lepas seketika hingga menghentikan ucapan Alingga, dia menertawakan betapa bodohnya Alingga yang tidak bisa menyisir rambutnya sendiri, tidak bisa memakai dasi sendiri bahkan fakta yang baru di tahu bahwa Alingga tidak bisa hidup tanpa minyak telon. Laki-laki itu bisa langsung masuk angin kalau sekali saja lupa mengoleskan ke tubuhnya minyak yang di khususkan untuk bayi itu.

Alingga adalah difinisi bayi besar yang tidak mau mengakui dirinya bayi.

"Nggak usah ketawa Bunda!" Sentak Alingga dengan galak yang malah membuat Lyana makin tertawa.

ALINGGA (Completed)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum