Hania gagal berkali-kali dalam percintaan, membuat gadis SMA itu merasa prustasi. Pasalnya semua temannya sudah memiliki pacar, hanya dia saja yang belum pernah berpacaran karena berbagai alasan.
Sampai seketika ada guru baru di sekolahnya yang memi...
Tidak terasa sudah satu jam lamanya mereka mengobrol banyak hal, ucapan Hania soal membahas tugas hanya lah bualan semata. Nyatanya dia mereka malah bergosip banyak hal, termasuk seseorang yang merupakan mantan gebetan Hania.
"Kamu percaya gitu aja?" tanya Celine setelah membaca chat di handphone Hania. Hania hanya menggeleng pelan, lalu di acungi jempol.
Celine menatap Hania dengan tatapan aneh. "Gak malu tuh setelah kejadian kemaren?"
Hania langsung merubah raut wajah nya. "Ih ganggu mood aja sih Line."
Lama-lama Hania merasa bosan. Ia menatap sekitar sambil menggosok tangannya yang sedikit kedinginan.
"Aku pulang duluan deh!" ucap Celine.
"E-eh enak aja. Aku sama siapa?"
Celine terdiam lalu menunjuk seseorang. " Tuh pak Sabian. Inget lebih baik kamu deketin pak Sabian aja , dari pada si itu!"
Mendengar nama Sabian, Hania dengan cepat menoleh. Dan benar saja dia mendapati Sabian tengah duduk agak jauh dari mereka. Senyum Hania merekah, melihat Sabian terlihat begitu tampan apalagi dengan pakaian santai nya.
"Liat cogan langsung deh senyum. Sana kamu samperin tuh Pak Sabian. Jangan pulang ke maleman oke. Aku pulang dulu, dah bestie.." Celine langsung berlalu meninggalkan Hania.
"Dah juga bestie. Makasih ya," teriak Hania.
Setelah Celine hilang dari pandangan nya. Hania tersenyum manis, ini lah kesempatan baginya, tidak peduli kemarin dia kena hukum dan merasa malu atas apa yang telah dia perbuat.
Hania berjalan pelan menghampiri meja Sabian. Dia lalu berdiri di samping Sabian, sedangkan Sabian belum menyadari nya.
"Ehem.. Assalamualaikum wahai cogan. Ada apa gerangan mau magrib begini seorang pangeran masih nongkrong di Cafe?" ucap Hania semanis mungkin. Demi apapun Hania harus membuang rasa malunya.
Karena dia memutuskan untuk tidak menyia-nyiakan cogan untuk ke sekian kalinya.
Merasa mengenali suara tersebut, Sabian menoleh dan terkejut mendapati Hania sudah berdiri di samping.
"Waalaikumusalam," balasnya dengan ekspresi datar.
"Ehem.. Bapak ngapain disini?" tanya Hania.
Sabian terdiam dan sama sekali tidak merespon Hania.
"Hania boleh duduk kan, Pak ?" tanya Hania. Sabian berdehem dan langsung mendapat sorakan di dalam hati Hania.
"Ucapan Hania yang tadi belum di jawab, Pak!" seru Hania dengan selembut mungkin. Jauh dari dirinya yang sebenarnya.
Sabian menghela nafasnya. "Saya ada urusan tadi. Sambil nunggu sholat magrib, saya minum kopi dulu di sini!"
Hania mengganguk dan ber-oh ria. Dia jadi penasaran, urusan apa yang selesaikan Sabian. Mungkin saja, urusan di sekolah.
"Kamu-" suara Sabian membuat Hania terkejut, pasalnya dia sedang melamun.
Dan apa katanya barusan 'kamu' wajah Hania langsung memerah. Hania ini cepat terbawa perasaan, padahal itu adalah hal yang kecil.
"Iya pak kenapa?" tanya Hania sambil senyum-senyum.
"Mau ikut sholat bareng saya di masjid?" tanya Sabian. Hania menatap Sabian dengan kagum.
Dalam hati Hania dia berteriak. "Idaman banget. Fiks calon suami sih ini!"
"1ya pak, mau!"
•••
Setelah melaksankan sholat berjamaah di Masjid, baik Hania maupun Sabian terlebih dahulu berdoa kepada Sang Kuasa. Sabian berdoa semoga dia selalu dalam keadaan baik-baik saja. Sedangkan Hania meminta, semoga ketampanan Sabian bertambah berkali-kali lipat, supaya dia selalu bisa memandang nya sepuas hati.
Hania keluar terlebih dulu. Tapi, sendal nya hilang. Padahal itu adalah sendal mahal yang masih baru dan dia baru memakainya satu kali. Hania bertanya kepada orang sekitar, tapi tidak ada yang tau mengenai sandal Hania, mereka bilang sandal Hania mungkin di pakai oleh seseorang. Hania prustasi takut kenal Omelan ibunya. Dia duduk sambil menelungkup kan wajahnya.
"Kenapa?" tanya Sabian dengan heran.
Hania mendongkak dan menatap Sabian dengan wajah yang sudah memerah menahan tangis.
"Sendal-" lirih Hania.
"Hilang, " lanjutnya.
Sabian tertawa sampai deretan gigi putihnya terlihat. Menurutnya sangat konyol sekali kelakukan Hania, Hampir menangis hanya karena sendal, bukan kah dia berasal dari keluarga berada.
"Ini udah malem, saya anterin kamu pulang!" ucap Sabian sambil berjalan meninggalkan Hania.
"Sendal nya Pak?" pekik Hania.
Sabian menoleh sambil tersenyum kecil."Ayo masuk ke mobil saya. Biar saya anterin kamu pulang dulu. Perempuan gak baik pulang malem-malem. Besok saya beliin dua pasang sendal yang sama buat kamu!"
Hania terperanjat lalu tersenyum manis dan jantungnya berdegup kencang.
Ya Tuhan jika seperti ini aku rela sendal ku hilang tiap hari.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Hania Agisya Kirana
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.