BAB 1 | Bisik-bisik

253 58 12
                                    


"Teh, sampai mana kamu, Nak?" Suara Mama dengan nada khawatir terdengar jelas dari seberang telepon.

"Baru saja sampai stasiun, Mah. Ini baru mau naik ojek online," sahut seorang wanita berparas cantik yang sibuk memeriksa kembali barang bawaannya.

Dia mengenakan pakaian kasual dari mulai celana baggy pants berwarna cokelat tua dan kaus stripped berwarna gelap menjadi padanan yang dikenakan oleh wanita yang baru saja memesan ojek online menuju rumah sang mama di salah satu rumah sederhana yang berada di daerah Buah Batu, Bandung.

Tidak berapa lama tukang ojek online yang dipesannya datang. Sebelum dia mengenakan helm dengan warna khas tukang ojek online, dia mengambil sebuah ikat rambut dari dalam saku kaus miliknya, baru kemudian naik ke atas jok motor tukang ojek online.

"Yuk, Kang," serunya seraya memosisikan tas ransel berukuran besar di antara dirinya dengan tukang ojek online, seolah tas itu menjadi pembatas yang tidak sengaja ia buat.

"Pulang kerja, Teh Jane?" Suara tukang ojek terdengar bersahabat, sementara pandangannya fokus pada jalanan Kota Bandung yang selalu sibuk, apalagi saat masuk masa liburan sekolah seperti saat ini.

Logat Sunda kentara terdengar dari si tukang ojek saat menyebutkan nama si pemesan jasanya, membuat wanita cantik di belakangnya terkekeh geli.
"Nggak, Kang."

"Mudik?" tebak tukang ojek masih mencoba membuat pelanggan ojeknya nyaman, tidak jenuh selama di perjalanan menuju lokasi tujuan.

"Iya, Kang." Wanita bernama Jane menyahuti, dia lalu menyambung kalimatnya.

"Kang punten, kalau nggak sopan. Tapi saya ngantuk," tuturnya jujur. Biar bagaimanapun Jane masih merasakan efek obat pereda mabuk perjalanan yang ia minum sebelum kereta yang ia tumpangi melaju.

"Oh, gitu ... Siap, Teh Jane. Punten kalau saya bawel barusan ya, Teh. Tapi plis ini mah jangan sampai teteh kasih saya bintang jelek ya." Sekali lagi logat Sunda yang kental dari tukang ojek online membuat Jane terkekeh.

"Iya, Kang," jawab Jane tanpa berniat untuk membuka obrolan lebih banyak lagi dengan pengemudi ojek yang ia pesan.

Setelah cukup lama berkendara di jalanan padat merayap di kala senja bersama tukang ojek online, Jane akhirnya sampai di rumah Mama. Segera dia membuka pagar berwarna hitam sebelum lanjut menekan tombol bel di depan pintu masuk rumahnya.

Jane bertegur sapa dengan mamanya, tidak lupa dia juga mengecup punggung tangan serta kedua pipi mamanya. Dengan hangat Mama meminta Jane untuk mandi dan bergabung dengan kedua orang tuanya di meja makan.

Suasana yang biasanya hanya diisi dengan gurauan antara suami-istri yang sudah tidak muda lagi itu, kini bertambah meriah dengan hadirnya sang putri semata wayang mereka hingga santap malam selesai dengan menyisakan senyum yang tidak luntur dari wajah ketiganya.

Jane membantu Mama membersihkan meja makan.

"Biar nanti Bik Ade saja yang mencucinya, Nak," ucap Mama, yang segera diiakan oleh Jane.

"Mah, boleh Jane tidur lebih awal?" tanya Jane setelah selesai membantu menyimpan piring-piring kotor di wastafel mencuci piring.

Mama mengusap rambut pendek putrinya, lalu tangan keriputnya berhenti dengan membingkai wajah Jane dengan telapak tangan. "Putri Mama cantik sekali," celetuk Mama.

"Mama kok nggak nyambung?" Jane memprotes.

Mama tertawa sambil lalu, lalu berkata, "Boleh atuh, Jane pasti capek kan lepas kerja langsung perjalanan ke Bandung?"

Let's Get Married ✔️ (TERBIT) ‼️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang