BAB 9 | Kenalkan, Pacarku

132 30 3
                                    

"Jadi, kedatanganku ke Bandung tepat kan?" Geni menaik-turunkan alis tebalnya, sebuah senyum sumringah terpampang di wajah tampan pria itu.

"Tepat gimana, yang ada runyam," cicit Jane, saat membayangkan bagaimana jadinya kalau Geni sampai nekat main ke rumah di saat situasi sedang panas karena perkara ajang pamer jodoh siapa cepat dia dapat, kira-kira begitu kondisi keluarga Jane saat ini.

"Loh kok runyam sih, Jane? Aku bisa kok tolong kamu. Aku bersedia loh jadi pacar kamu, atau kalau mau nikah sekarang juga hayu, aku lamar langsung!" Geni begitu menggebu-gebu tanpa pikir panjang.

Sebuah pukulan mendarat tepat di kepala pria itu, ralat di topi yang ia kenakan.

"Sembarangan kalau ngomong, nggak diayak dulu, kamu pikir nikah tinggal nikah? Orang nikah itu butuh banyak hal, Geni ...." Jane gemas dengan pria yang lebih muda darinya itu.

"Loh, banyak hal gimana? Wong nikah cuma butuh dua orang. Eh ralat, tiga orang." Geni menyebutkan tiga orang sembari menggerakkan jarinya, "Pertama kita, kedua penghulu, ketiga saksi, beres."

"Kalian mau nikah?" seseorang muncul dari arah belakang keduanya.

"Iya," sahut Geni.

"Nggak," sahut Jane, dua orang yang ditanya menjawab serempak.

"Kak Ros?" Sekali lagi Jane dan Geni bersamaan saat mendapati sosok wanita cantik bertubuh ramping, sosok penuh ancaman, sang bos.

Ros berdiri di antara kedua anak buahnya yang sedang duduk berdua di salah satu meja tempat nongkrong mal. Wanita berhidung mancung dengan bibir mungil itu menatap keduanya bergantian.

"Kenapa wajah kalian pucat, huh? Kalian pikir aku setan, apa?" ucap wanita yang disapa Kak Ros itu dengan tatapan galak.

"Ah, nya kumaha atuh, da emang siga Jurig, Jelangkung ketang! Ujug-ujug datang aya di tukangan, puraku teu kaget!" 1)*  Jane mencerocos layaknya kereta ekspres.

"Kamu ngomong apaan deh, Jane! Kaga ngarti, lain kali gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, nggak semua orang paham apa yang kamu omongin," omel Ros.

"Maaf, Kak. Aku cuma kaget," sesal Jane secara spontan ia tertunduk.

"Jadi, bagaimana pertemuanmu dengan Lemon water, lancar?" tanya Ros seraya ikut duduk di antara Jane dan Geni.

"Kak, bisa nggak Kak Ros nongolnya nanti aja, ini tadi aku sama Jane sedang bicara empat mata," sela Geni, pria itu terang-terangan kesal dengan kemunculan sang bos yang tiba-tiba.

"Maksud kamu ...?" Kelopak mata wanita cantik dengan rambut cokelat panjang itu melebar, menatap lekat-lekat ke arah Geni, seakan-akan menelan bulat pria itu.

Geni menelan salivanya, dia lalu menggeleng pelan seraya berkata, "Nggak apa-apa kok, Kak. Nggak penting," ucapnya kalah telak dari sang bos.

Melihat betapa ciut nyali Geni di hadapan Ros, Jane seketika terkekeh, cepat-cepat dia menutup mulutnya saat pandangan membunuh beralih dari arah Geni ke arah dirinya.

"Maaf, Kak," ucap Jane sekali lagi menunduk.

"Kamu dari tadi maaf melulu dah, Jane. Jadi gimana, pertemuan kamu dengan Lemon water lancar, hm?"

"Ah, anu, Kak ...." Jane menggigit bibir bawahnya, tangannya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Anjir, kumaha ngabejaanna nya? 2)* Jane berucap dalam hati, keringat dingin meluncur, tangan sibuk memilin ujung baju yang ia kenakan.

Let's Get Married ✔️ (TERBIT) ‼️Where stories live. Discover now